Prolog

255 31 116
                                    

Haiiiiii
Selamat datang di Popularity, guys🤗
Cerita yang bakal bikin kalian salbrut, kesel, gemes, kaget, dan masih banyak lagi.

Semoga kalian suka sama sambutannya, ya.

Pagi hari, seorang gadis kecil memasuki lorong sekolah dengan kepala yang terus menunduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi hari, seorang gadis kecil memasuki lorong sekolah dengan kepala yang terus menunduk. Matanya menatap gelisah ke sana kemari. Jika anak-anak pada umumnya takut sendirian, lain halnya dengan gadis ini. Baginya, sendiri jauh lebih menenangkan. Setidaknya, dia jauh dari segala macam bahaya.

Brak

Segerombolan anak dengan sengaja mendorong tubuh mungil gadis dengan rambut berkepang dua. Tawanya menggema, membuat degup jantung semakin menggila.

Mama, tolong.

Air mata yang sedari tadi berusaha dia tahan akhirnya terpaksa mencuat kala satu per satu dari anak-anak itu menyiramkan sebotol minum ke seragam sekolahnya. Tidak cukup sampai disitu, bahkan kakak kelasnya dengan tanpa hati mengabadikan momen tersebut.

Gadis sepuluh tahun yang malang.

***

SMA Negeri Pelita Bangsa (SMAPSA). Sekolah yang menjunjung tinggi ketenaran. Sekolah yang tidak segan mengeluarkan murid yang membuat citra sekolah menurun. Maka tidak heran jika semua siswa di sini berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai terbaik dan aktif mengikuti kegiatan sekolah. Salah satunya gadis berparas cantik yang saat ini tengah melintasi koridor sekolah. Tubuhnya tegak dengan tatapan mata yang lurus, berjalan dengan penuh percaya diri.

Dia, Livia Stephanie Maheswari. Terkenal karena kepintarannya. Sejak kelas sepuluh, Livi sudah sering diberi kepercayaan untuk mewakili sekolah dalam berbagai perlombaan. Nilainya yang selalu di luar nalar membuat namanya dengan cepat melambung tinggi.

Tidak hanya Livi, teman seangkatannya pun sama-sama memiliki tingkat kepopuleran yang cukup baik. Mereka adalah Leonard William Aditama dan Rea Putri Herlambang. Leo, atau Livi biasanya memanggilnya dengan nama Lele. Pria ambisius yang sangat aktif di sekolah. Selain selalu menjadi partner lomba Livi, Leo juga berencana akan mencalonkan diri sebagai ketua OSIS tahun ini. Setelah sebelumnya hanya sebagai anggota, dia ingin naik tahta.

Rea, teman dekat Livi di sekolah sekaligus teman kecil Zavas. Dia merupakan atlet silat yang sebelumnya mendalami ilmu taekwondo. Rea terobsesi untuk menjadi gadis mandiri dan menguasai ilmu bela diri. Namun, obsesinya itu lantas tidak membuatnya mengabaikan mata pelajaran di kelas. Rea juga gigih belajar hingga membuatnya berhasil masuk urutan lima besar di sekolah.

Namun, di balik ketatnya persaingan nilai di sekolah, masih ada saja yang tidak peduli dengan itu semua. Azriel Zavas Fernandes, putra donatur sekolah yang selalu menjadi most wanted sekolah tanpa harus bersaing dengan semua anak-anak itu. Dia juga merupakan ketua Ramos, geng motor paling ditakuti oleh geng motor lainnya, kecuali Xander. Selain itu, Zavas memang tidak menguasai berbagai mata pelajaran, tetapi dia cukup mahir dalam bermain bola basket. Maka tidak heran jika dia terpilih sebagai ketua tim basket di sekolahnya.

Tin tin tin!

Livi terkejut bukan main saat sebuah sepeda motor besar melintasinya begitu saja. Karena hal itu, Livi reflek melemparkan bukunya dan menutup kedua daun telinganya sebelum tuli. Setelahnya, dia meraup napas dengan rakus, bersiap menghujani pria tersebut dengan kata-kata mutiara.

"Woy! Gila lo, ya! Motor jelek lo jangan dibawa masuk, norak! Noh, udah ada parkiran," pekik Livi sambil terus memaki pria tersebut.

Si pemilik motor akhirnya berhenti beberapa meter di depan Livi. Dia membuka kaca helm nya, menatap Livi dari bawah seolah merendahkan, kemudian tersenyum remeh. Pria itu tidak berbicara sama sekali, dia menutup kaca helm nya kembali dan melajukan motornya meninggalkan Livi. Iya, dia adalah Zavas.

"Dasar cowok gila!" Livi cepat-cepat memungut buku-bukunya sebelum bel masuk berbunyi.

"Demi apa pun, semoga kita nggak ketemu lagi," ucapnya sambil menatap bayangan Zavas di hadapannya.

***
Yeay, dikit yaaa. Iya, soalnya kan prolog wkwk.

Gimana? Seru banget, 'kan, ceritanya. Aku aja gemes sendiri.
Jangan lupa vote sambil spam komen ya, Vren.

See u di chapter selanjutnya❤️

Popularity (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang