Bab 16 | Ulangan Harian

7 0 0
                                    

Halo Vren!
Finally aku nulis lagi, setelah hiatus beberapa bulan. Aku sibuk persiapan ujian gess huhuu
Semoga kalian suka sama chapter ini, ya😄

 Aku sibuk persiapan ujian gess huhuuSemoga kalian suka sama chapter ini, ya😄

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semburat cahaya menembus kaca hingga menimbulkan pantulan estetik di dinding. Melalui sentuhan yang lembut, angin yang berembus seakan berusaha berbicara, bahwa rutinitas sudah harus kembali berjalan seperti biasa. Bahkan alarm pun sepertinya sudah jengah, berteriak sedari tadi tetapi tetap diabaikan. Tampaknya seseorang di balik selimut itu masih enggan untuk kembali ke dunia nyata.

"Ngga!"

Livi terduduk seketika dengan napas yang terengah-engah. Pelipisnya penuh peluh seakan baru saja dikejar-kejar hantu. Dia memikat pelipisnya seraya susah payah menelan ludahnya. Mimpi apa itu tadi? Mengapa rasanya sesak sekali?

Beberapa detik setelahnya, Livi menatap ke arah jam mungil di atas meja. Bola matanya membulat tidak percaya dengan jarum yang menunjuk ke arah pukul setengah tujuh itu. Cepat-cepat dia berlari ke kamar mandi.

Bruk!

Livi tidak sengaja menubruk pintu kamar mandi.

Setelah menghabiskan waktu kurang lebih dua puluh lima menit, kini Livi sudah mengenakan seragam sekolah. Ponselnya yang sedari tadi berdering membuatnya semakin frustasi. Sudah bisa ditebak siapa yang menghubunginya saat ini. Siapa lagi?

"Halo."

"Iya ini gue udah mau turun."

Livi meraih tas yang tergantung di dinding, lalu berlari menghampiri Leo yang terdengar sangat ketus itu.

"Sorry, gue kesiangan," jujur Livi sambil meraih helm yang Leo berikan. Livi segera naik ke motor Leo. Tanpa aba-aba, Leo langsung tancap gas. Membuat Livi terkejut bukan main. Livi yang terlampau takut tidak berani bersuara, karena saat ini Livi benar-benar dibawa ngebut. Semua motor dan mobil Leo salip tanpa ragu. Livi hanya bisa berpegangan pada perut Leo dan memejamkan mata.

Pukul tujuh lebih sepuluh menit, Leo dan Livi memasuki area sekolah. Beruntung, gerbang sekolah belum ditutup. Sepertinya nasib baik memihak pada keduanya. Livi turun dengan kaki yang sangat lemas.

"Loh, Li lo kenapa? Sorry banget gue harus bawa lo ngebut, gue takut kita dihukum karena telat." Leo berusaha menopang bahu Livi yang sepertinya sudah tidak sanggup berdiri tegap.

"Ngga papa, gue yang salah kok, " jawab Livi dengan volume lirih.

"Kita ke UKS, ya?"

"Ngga, gue ngga papa kok."

"Ngga papa gimana? Lo lemes gini. Udah, biar gue yang izinin ke guru. Jam pertama siapa?"

"Ngga, Le. Gue beneran ngga papa. Lo tenang aja. Yok, buruan ke kelas." Livi berjalan lebih dulu, meninggalkan Leo yang kini khawatir dengan keadaannya.

Popularity (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang