Popularity merupakan cerita yang mengangkat kisah siswa SMA Negeri Pelita Bangsa yang berusaha keras untuk mendapatkan popularitas. Berbagai hal mereka lakukan agar keberadaan mereka dapat terlihat. Mulai dari selalu menjadi bintang kelas bahkan bin...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dalam setiap hubungan baik itu keluarga, pertemanan, maupun percintaan, kepercayaan pada satu sama lain adalah hal yang sangat penting. Tidak peduli seberapa banyak omong kosong yang berlalu lalang, jika kepercayaan itu ada, maka mudah saja untuk menepis itu semua. Namun, bagaimana jika orang yang kita percaya justru menjadi sumber dari keraguan yang muncul di benak kita? Menimbulkan berbagai pertanyaan yang tak berujung.
Ada yang bilang, bahwa masalah dan pertikaian adalah hal yang wajar yang justru bisa mempererat hubungan setelah berhasil melaluinya. Namun, kali ini berbeda. Sepertinya memang akan berlalu, tetapi bukan untuk mempererat, melainkan menjadi sekat.
Angin malam sepertinya memang sangat mendukung untuk merenungi hal-hal dengan genre yang cukup menyedihkan. Seperti pemandangan saat ini. Entahlah, berbagai bayangan buruk terus melintas tentang bagaimana pertemanan Livi dan Leo benar-benar berakhir. Livi dan Leo pernah berjanji untuk terus bersama hingga bangku sekolah yang memisahkan mereka. Namun, semua janji itu harus pupus karena keegoisan mereka. Livi hanya bisa menundukkan kepala dan menghela napas lelah. Lagi-lagi bayangan tentang bagaimana Leo terlihat sangat kecewa kepada Livi pada saat dirinya membela Zavas membuat Livi nyaris gila. Atau memang dia sudah gila karena membiarkan teman kecilnya terluka.
Sementara itu, pada udara lain, Leo masih bergelut dengan berbagai tumpukan kertas di hadapannya. Bagaimana tatapan Livi kepadanya siang itu membuat Leo semakin giat untuk belajar dan membuktikan bahwa Zavas tidak jauh lebih baik darinya. Dia ingin membuat Livi menyesal karena sudah membela Zavas dibandingkan Leo, teman kecilnya. Oke, sekarang bukan saatnya untuk bersedih. Leo yakin, cepat atau lambat pertemanan mereka akan membaik.
Hari demi hari berlalu, sedangkan hubungan Livi dan Leo semakin memburuk. Sudah seminggu sejak kejadian kala itu, keduanya tidak saling menyapa maupun berkabar. Bahkan, pernah pada suatu momen keduanya berjalan berlawanan arah, tetapi tidak saling menengok. Hal ini lantas membuat Rea khawatir. Bagaimanapun, mereka berdua sudah seperti saudara kandung, bahkan kadang sudah seperti orang pacaran.
"Li, Lo ngga mau perbaiki hubungan lo sama Leo?"
"...."
"Li, lo cuma terlalu gengsi buat minta maaf. Minta maaf duluan ngga bikin lo keliatan lemah, kok." Mendengar itu, Livi termenung. Sebenarnya bukan tentang menang atau kalah, tetapi entah mengapa rasanya sangat berat.
"Lo cuma perlu .... " Belum sempat Rea menyelesaikan kalimatnya, Zavas muncul dengan antek-anteknya.
"Buat lo." Zavas meletakkan sebuah susu kotak di atas meja Livi. Hal ini membuat seisi kelas gaduh dan mengabadikan momen ini untuk menjadi bahan gosip di akun menfes.
"Dih, Livi doang? Gue mana?" tanya Rea sambil memoncongkan bibirnya.
"Udah, ini aja buat lo Re. Gue ngga nafsu minum susu." Livi menggeser susu kotak yang Zavas berikan ke arah Rea. Zavas sedikit kecewa melihat itu, tetapi dia tidak menyerah. Dia akan mencoba lagi untuk bisa lebih dekat dengan gadis jutek itu.
***
Seperti biasa, jam pelajaran berjalan dengan hening, kecuali di bangku belakang. Mereka adalah Raka dan beberapa anak Xander. Livi kali ini tidak memedulikan mereka. Dia mencoba untuk fokus di tengah pikirannya yang berkecamuk. Namun, dia tidak boleh larut pada masalah ini, atau nilainya akan turun dan Leo akan menggantikan posisinya nanti. Dia tau seambis apa anak itu, sampai-sampai tidak sempat untuk mengirimnya pesan sekali saja.
Sementara itu, Leo sedang sibuk mondar-mandir untuk persiapan pergantian pengurus OSIS yang sebentar lagi akan dilaksanakan. Tidak hanya itu, dia juga sibuk mengejar beberapa ketertinggalan materi akibat rapat di jam pelajaran. Ini sudah bukan hal baru lagi bagi anak organisasi. Hampir setiap anak organisasi merasakannya, dan yang paling menjengkelkan adalah ketika sedang asik mengikuti pelajaran yang kita suka, tetapi tiba-tiba diminta untuk rapat. Rasanya sedikit mengganggu.
Jam pelajaran sudah berakhir dan kini sudah masuk jam istirahat. Tiba-tiba suasana kelas Leo ramai karena sebuah foto dan caption yang membuat heboh anak-anak SMAPSA. Leo akhirnya melihat sendiri postingan dari akun menfes sekolah yang menampilkan kedekatan Zavas dengan Livi. Bahkan admin juga menuliskan caption bahwa hubungan Zavas dan Livi semakin dekat. Leo membaca beberapa komentar, yang mana di antaranya ada mempertanyakan hubungan Livi dengan Leo. Leo meremas kuat ponselnya, lalu pergi keluar kelas.
"Cih," Leo mendengus kasar.
"Pantes udah ngga peduli, udah ada yang gantiin gue ternyata," monolog Leo sambil mengamati ponsel di genggamannya.
Ada rasa kecewa yang melilit hati Leo. Dia merasa Livi mengabaikan perkataannya yang meminta gadis itu untuk menjaga jarak dengan Zavas. Dia melakukan itu bukan tanpa alasan. Bagaimana Leo tidak khawatir? Zavas adalah anak geng motor yang pasti memiliki musuh di mana pun dan ini sangat membahayakan keselamatan Livi. Zavas juga bisa memengaruhi nilai Livi karena bisa saja cowok pemalas itu memberikan pengaruh buruk kepadanya. Namun, sepertinya semua sudah terlambat. Leo hanya bisa berdoa, semoga Livi akan baik-baik saja.
Di rooftop, Livi memaki admin menfes yang sudah membuat gosip tentang dirinya. Dia terus mondar-mandir sambil menggigiti kuku tangannya.
"Udah gue chat adminnya Li, tapi masih belum ada respon," ucap Rea mencoba menenangkan Livi.
"Tolol banget sih, yang bikin postingan. Mau main-main sama gue, hah?!" Livi sudah naik pitam. Postingan konyol itu membuatnya tidak tenang dan mendapatkan banyak tatapan aneh dari semua anak.
Kini Livi dan Rea sudah turun dan berniat kembali ke kelas. Livi terus menunduk tidak nyaman untuk menghindari tatapan tidak menyenangkan itu, sampai tidak sadar bahwa dia baru saja melewati Leo. Dia baru tersadar setelah indra penciumannya menangkap bau parfum cowok itu. Namun, Livi tidak punya waktu untuk menoleh, dia hanya ingin cepat sampai di kelas.
Entah sampai kapan Livi akan terus menghindar dari anak-anak di sekolah. Rasanya ini sangat merepotkan dirinya. Seorang bintang pelajar harus berhadapan dengan rumor membagongkan ini. Huh.
Keesokan harinya, Livi mendapatkan kabar bahwa postingan tentang dirinya dengan Zavas sudah menghilang. Dia langsung menghubungi Rea dan berterima kasih karena sudah membantunya meminta admin untuk menghapus postingan itu. Namun, anehnya Rea mengatakan bahkan chatnya tidak dibaca oleh admin. Dasar admin sialan.
"Wait. Terus siapa yang ... Ngga mungkin admin tiba-tiba random langsung hapus gitu aja." Livi menautkan alisnya sambil bersedekap di depan dada.
"Whatever. Yang penting postingan itu udah ilang."
Baru saja merasa tenang, matanya kini kembali melotot tidak percaya. Rupanya gosip tentang dirinya kini digantikan dengan gosip kedekatan Leo dengan calon ketua OSIS yang akan mendampinginya selama bertugas. Hal ini dibuktikan pada postingan terakhir Leo yang menampilkan foto dirinya dengan gadis itu.
"What the fuck?"
*** Duh, susah ya kehidupan para bintang sekolah. Gerak dikit jadi bahan gosip.
Ini btw kok tiba-tiba banget Leo bikin gebrakan, ya?