Bab I

307 56 87
                                    

~oo~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~oo~

Di waktu malam yang gelap dan misterius, dibawah cahaya bulan yang samar seorang gadis terbangun dari tidurnya. Dikala dia terbangun- bisahkah kau bayangkan?- Sebuah rumah tua yang berdiri di sudut kebun dengan beratap jerami, dan pintu kayunya yang berdecit ketika angin menyapu ruang kosong didalamnya. Jika dilihat sekelilingnya hanya ada dinding kayu yang sudah rapuh, namun ketika dia melihat kearah sebuah tirai yang dijadikan sebagai penutup ruangan, seorang wanita paruh baya muncul dari balik tirai itu dengan membawa nampan yang berisi segeleas air putih hangat.

"Hai nak, kau sudah bangun? darimana asalmu? Kami menemukanmu di jalan arah ke kebun kami. Saat itu saya dan suami sedang berkebun, lalu kami menemukan kamu sedang tergeletak pingsan di jalan itu." Wanita paruh baya membawa sebuah nampan berisikan segelas air putih dan menaruhnya di meja berbahan kayu jati.

"Sebelumnya aku ingin berterimakasih kepada ibu dan suami ibu yang sudah menolong saya. namun, saya juga bingung sama keberadaan saya di sini, mengapa saya tiba-tiba ada disini? Saya juga tidak tahu." Ucap wanita berambut sebahu yang duduk diatas bale kayu jati dengan kondisi tubuh sedikit lemah.

"Kasihan sekali kamu nak, apa kamu tahu keluargamu? Atau tempat tinggalmu?" Tanya seorang wanita paruh bayu sambil memegang pundak gadis yang sedang terduduk lemas.

Dengan mata sayu gadis itu menggelengkan kepalanya.

"Yasudah, karena kondisimu kurang sehat kau boleh tinggal disini sampai kau menemukan keluargamu." Tangannya mengelus puncuk rambut seorang gadis muda dihadapannya.

Tanpa menjawab sepatah kata, gadis itu hanya menganggukkan kepalanya sambil menenggak sisa air putih yang ada digelas.

"Apa aku boleh berjalan keluar sebentar untuk menyegarkan tubuhku, Bu?" Tanyanya sambil menatap wanita paruh baya yang duduk dihadapannya.

"Tentu, tapi kau hati-hati karena ini sudah malam dan jangan terlalu malam untuk pulang." Jawab wanita itu.

Setelah dia dapat izin dari pemilik rumah itu selang beberapa menit kemudian dia keluar dari rumahnya untuk berjalan kecil dan menikmati udara malam.

Sudah banyak menit diarungi, kini ia menelusuri jalan basah dengan kedua tangan dimasukkan ke saku switer. Dia tidak tahu ini ada dimana? tempat ini begitu asing. Dia melihat sekitar, tidak ada apapun kecuali dia dan rasa kesunyian jalan. Kenikmatan sang malam membuat dia ingin memandang langit untuk melepaskan segala resah dan kekhawatiran yang ada- berharap ketenangan akan datang dalam benaknya. Segarnya rasa udara malam membuat ia menenggakkan kepalanya keatas- baginya udara yang masuk mampu menyejukkan segala kegundahan. Dia merasa malam adalah teman terbaik untuk orang sepertinya, untuk meditasi diri dan meluapkan segala emosi. Tidak hanya itu malam juga sangat cocok untuk menenangkan pikiran, dan waktu mencari jalan suatu masalah yang kini ia hadapi. apa yang sedang terjadi? dimana aku sekarang? Dia membatin.

TWO DREAM ROPES-||REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang