~oo~
Membutuhkan dua jam untuk sampai tempat acara, dan akhirnya kini mereka sampai di sebuah gedung yang begitu besar. Khansa dan Daksa bersiap turun, terlihat Daksa begitu terburu-buru membuka pintu mobil. Setelah itu, beberapa detik Daksa keluar dari mobil khansa menyusulnya.
Suasana ketika mereka keluar dari mobil benar-benar membuat mereka tidak bisa berbicara. Jantung khansa berdetak lebih dari biasanya- kakinya gemetar. Bagaimana tidak gemetar yang ia lihat saat ini sekumpulan manusia, saat ini mereka sedang dikelilingi banyak orang yang meneriaki sebuah nama, Khansa sendiri tidak mengenal nama itu.
"Arghh!! Pengarang kalea sudah tiba."
"Itu kalea, sastrawan muda yang hebat, kalea!"
"Dia benar-benar cantik untuk seorang penulis."Khansa mendengar teriakan orang-orang menyebut nama seseorang 'kalea' namun mereka menunjuk kearahnya saat memanggil nama itu.
"Luar biasa, apakah ini setengah jiwa dari jumlah penduduk bumi." Daksa bergumam sambil melihat sekelilingnya.
Huft, Khansa membuang nafasnya-" meskipun setengah jiwa namun aku merasa ini seperti satu universal."
"Ayo non kita masuk." Ucap supir sambil menggiring khansa dan Daksa masuk, lalu mereka dikawal oleh beberapa pengawal pribadi saat masuk. Khansa bersyukur ia dikawal, karena jika tidak dia tidak tahu lagi keadaannya dan Daksa, bisa-bisa orang Sebanyak itu mengerubungi mereka. Lalu, ketika khansa mulai berjalan untuk masuk, orang-orang saling dorong mendorong kearahnya dan saling berlarian, pengawal saja kewalahan untuk menanganinya.
Khansa berjalan berdampingan dengan Daksa, dan supir berada dibelakang sekaligus sebagai pengawal- ditambah beberapa pengawal di samping kanan- kirik untuk berjaga.
"Kalea!" Seseorang berteriak sangat kencang sambil berusaha menerobos kearah khansa, namun pengawal menahan orang itu dengan sekuat tenaga.
"Pak, kalea itu siapa?" Khansa yang bingung sedari tadi akhirnya bertanya kepada supir yang berada di belakangnya.
"Itu nama nona."ucap supir.
"Namaku?" Khansa menengok kearah supir untuk memastikannya.
Supir menganggukkan kepala mengiyakan perkataan Khansa.
Saat itu khansa sedikit bingung- khansa berjalan sambil memikirkannya. Sejak kapan namanya kalea? Sebenarnya apa yang saat ini terjadi? Semua ini kenapa bisa terjadi padanya? Dia ada dimana sekarang? dan kalea itu siapa? Mengapa dia menjadi dirinya? ini benar-benar tidak masuk akal bagi khansa. Tidak lama mereka berjalan, Khansa dan Daksa diarahkan keatas panggung. namun, ketika Daksa ingin membututi Khansa untuk menaiki panggung ia dihentikan supir untuk tetap diam bersamanya, dan hanya Khansa saja yang diperboleh ke panggung.
"Kenapa saya tidak boleh pak?" Tanya Daksa.
"Maaf anak muda, saat ini adalah acara nona dan kamu hanyalah temannya. Di acara ini kamu tidak ada sangkut pautnya, jadi kamu hanya bisa menonton nona dari sini."
Saat itu Khansa terkejut ditambah cemas, jika Daksa tidak ikut dengannya apa yang akan dia lakukan di atas panggung? Lalu, saat Daksa berusaha meyakinkan supir agar bisa ikut bersamanya, Khansa juga memikirkan suatu rencana agar Daksa bisa ikut dengannya, apapun itu.
Aduh. Khansa berpura-pura sakit kepala dan acting seperti orang sakit di depan supir dan Daksa. Khansa membuat tubuhnya terhuyung-huyung sambil memegang kepala.
"Nona! Ada apa non?" Supir langsung menangkap tubuh Khansa yang ingin jatuh.
Melihat Khansa yang tiba-tiba ingin jatuh Daksa berlari kecil- "Khansa...!" Teriak Daksa dengan khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO DREAM ROPES-||REVISI
Mystery / ThrillerMenemukan keindahan dikabut kegelapan rasanya berbeda dibanding keindahan yang sering ditemukan pada cahaya yang terpancar. Beberapa mimpi mungkin menakutkan, dan Aku paham betul apa itu imajinasi, namun waktu itu aku tidak percaya dengan apa yang t...