"Ini benar-benar manis sekali!." Khansa meneguk segelas coklat panas.
Malamnya Daksa menepati janjinya, ia membawa Khansa ke sebuah kedai untuk minum segelas coklat panas disana. Laki-laki dengan perawakan kekar dengan memakai kaos biru tua lengan panjang, kini ia duduk di depan seorang gadis yang sedang menikmati segelas coklat panas.
"Kau akan tersedak jika berbicara sambil minum."
Daksa melihat Khansa dengan ekspresi yang sangat tajam, dengan kedua tangan disilangkan didepan dada.
"Kau tidak memesan?" Tanya Khansa sambil menatap Daksa yang sedaritadi hanya melihatnya minum coklat panas tanpa memesan apapun.
"Melihatmu membuatku kehilangan selera makanku." Ucap Daksa sambil mengembangkan senyum tipis kearah Khansa.
"Bilang saja kau tidak punya banyak uang untuk memesan lagi, pesanlah biar aku mentraktirmu." Ucap Khansa sambil menyuruh Daksa untuk memesan beberapa makanan.
"Aku sungguh tidak ingin, Khansa." Penolakan dengan nada lembut.
"Kau sudah menolak rezeki." Khansa meneguk segelas coklat yang tersisa di gelas.
Daksa tersenyum kecil kepadanya." Gadis aneh, ngomong-ngomong tentang mimpi yang kau bicarakan pagi tadi kenapa aku merasa bahwa mimpi itu bukan semacam mimpi biasa?" Daksa memegang dagunya dengan satu tangan, dan tangan lainnya dimasukka ke saku celananya.
"Aku juga berpikir seperti itu, aku merasa mimpi itu sebuah pesan untukku, dan itu juga seperti nyata ketika aku sedang memimpikannya." Khansa menaruh gelas kosong bekas coklat panas yang telah ia habiskan.
Sambil menikmati coklat panas mereka mengobrol berdua, membahas mimpi aneh itu. Dengan lampu remang serta jalan yang sunyi suasana itu cocok sekali untuk berdiskusi masalah, dan mereka pun saling bertukar pendapat dan pikiran.
"Kemungkinan wanita itu ada hubungannya dengan semua ini." Ucap Daksa, ia menggebrak meja dengan pelan, lalu menaruh tangannya diatas meja.
"Kau bisa mengontrol dirimu tidak? Bagaimana jika orang lain melihatnya." Ucap Khansa sambil memincingkan mata tajam kearah Daksa.
Daksa langsung membenarkan posisi duduknya, lalu ia melihat sekitarnya yang cukup ramai oleh para pengunjung yang sedang menikmati coklat panas juga dan beberapa makanan.
"Apa kalian juga bukan dari sini?"
Tiba-tiba seorang laki-laki menghampiri mereka, ia salah satu pengunjung di kedai coklat panas juga. Laki-laki dengan perawakan yang tak jauh dari daksa, dan wajahnya pun cukup tampan ia tiba-tiba masuk ke obrolan mereka berdua. laki-laki itu ia duduk disamping daksa hingga kemungkinan dia mendengar semua obrolan yang dibicarakan Khansa dan Daksa. Lalu, Secara mengejutkan dia bertanya yang membuat Khansa dan Daksa menatap satu sama lain, bagaimana dia bisa tahu bahwa mereka bukanlah warga asli sini? Seperti naluri yang terikat Khansa dan Daksa mengerti maksud satu sama lain walaupun mereka hanya bertatapan saja.
"Maksudmu?" Daksa menatap pemuda yang berada disampingnya.
"Aku ini sama seperti kalian, jiwa yang tidak tahu arah. Beberapa terakhir ini aku juga mengalami seperti wanita yang didepanmu itu, bermimpi aneh dan bertemu dengan seorang yang tak kukenal." Ucap pemuda itu sambil menatap daksa, lalu ia memakan sepotong roti yang ada ditangannya.
"Kapan kau ada disini?" Tanya daksa.
Laki-laki itu tersenyum kearah daksa" tiga hari yang lalu."
Mendengar jawaban dari pemuda misterius itu Khansa dan daksa saling menatap satu sama lain, dan pupil mata mereka melebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWO DREAM ROPES-||REVISI
Mystery / ThrillerMenemukan keindahan dikabut kegelapan rasanya berbeda dibanding keindahan yang sering ditemukan pada cahaya yang terpancar. Beberapa mimpi mungkin menakutkan, dan Aku paham betul apa itu imajinasi, namun waktu itu aku tidak percaya dengan apa yang t...