AUTHOR POV
"From blue studio yours 99,1Fm Adimulya, last song for this day jika aku menjadi, and i'm Prilly Ricardo, see you next time, bye!"
Dendy Operator menekan tombol off pada tulisan mic di mixer dan menaikkan tombol song dan terdengarlah lagu dari Melly Goeslow Jika aku menjadi....
"Jika aku menjadi seperti yang lain hidup bercahaya, mungkin saja aku kehilangan rasa syukur....."
Prilly si penyiar yang baru saja menyelesaikan tugasnya,terdengar bersenandung merdu sambil melepas headphone dan menjauhkan micropon dari dekat mulutnya.
"Suara lo bagus dan lo berbakat jadi presenter, kenapa kuliah gak ngambil jurusan komunikasi sih Pril? Kenapa justru ngambil Managemen?"
Prilly melirik Dendy sekilas sambil tersenyum tanpa menjawab tanyanya. Lalu ia memasang Earphone, meraih buku dan tasnya.
"Bye Dendy! Ketemu lagi besok ya," pamit Prilly pada Dendi yang masih menanti jawaban, bahkan hampir saja ia mengulang pertanyaannya jika tidak melihat Prilly melambaikan tangan dan bergegas keluar dari studio lalu say 'hello' dengan Dewi penyiar yang on air di jam berikutnya ketika mereka berpapasan dipintu studio.
"Ck. Cewe misterius!" Dendy berdecak penasaran.
Prilly tergesa menuju kelasnya,ada kelas terakhir hari ini jam satu. Prilly harus segera karena waktu siarannya berakhir mepet sekali dengan jam masuk kelas. Selalu begitu.
Dikoridor mendekati kelas dari depan tanpa dia perhatikan ada Pria yang sedang sama tergesa berselisihan dengannya. Tak sengaja bahu mereka bersenggolan. Mereka hanya saling melirik.
'Cool Man...'
Prilly membatin sambil bergegas pergi.
'Earphone Girl...'
Si Pria membatin sambil kepalanya menoleh melihat punggung Prilly yang berlalu.
###########
ALI POV
Earphone Girl aku sering menyebutnya begitu ketika melihatnya.Karena Earphone tak pernah lepas dari telinganya. Dan satu lagi ciri khasnya selalu ada buku ditangannya.
Dia selalu bersandar ditembok depan pintu kelas dengan earphone dan buku ditangannya. Aku selalu membatin melihatnya karena dia seperti tidak peduli orang-orang disekitarnya.
Kami Tak pernah saling mengenal,dan tak berusaha saling kenal.
Entah, aku memang tak fokus pada yang namanya wanita,bukan aku pria yang fokus pada pria juga. Aku normal tapi lebih berkonsentrasi pada masa depanku demi membahagiakan orang tuaku yang hanya karyawan swasta biasa yang sewaktu-waktu bisa pensiun dan tak punya penghasilan lagi. Aku harus menjadi orang yang berhasil demi orang tua dan adikku Melly yang masih sekolah dikelas satu SMA.
"Heyyyyy, Bos Ali! Meleng aja lo, nabrak gue awas lo!"
Seseorang menepuk bahuku sampai kertas yang kupegang terlepas.
"Ngagetin gue aja lo Er," Aku meraih kertas yang terbang kelantai.
"Kalau hilang habis dah gue, inikan nama-nama yang menyumbangkan apa saja di bakti sosial minggu depan," Aku bergumam.
"Gimana apa sudah banyak mendapat sumbangan dan bantuan dari mahasiswa dan mahasiswi disini, Li?" Eri bertanya sambil melirik kertas yang kupegang .
"Belum capai target sih, padahal sudah menunggu hari Er," Aku memijit kepalaku. Sebagai Ketua panitia bakti sosial aku harus berperan dalam mensukseskannya.
"Gimana kalau lo promosi aja di yours radio, radio kampus ini kan setiap waktu diperdengarkan diruangan ruangan kampus, siapa tau dari situ bisa narik banyak para mahasiswa dermawan dikampus ini!" Eri memberikan idenya.
"Ide yang bagus,tolong lo jadwalkan promosi diacara talk show ya, gw sendiri yang akan promosi!"
Aku menepuk bahu Eri. Kebetulan Eri juga sebagai anggota panitia selain bagian pengumpulan dana atau barang juga bagian promosi.
"Siap Bos!!"
Eri menaruh tangannya dikepala dan melayangkannya diudara.
########
PRILLY POV
Aku menutup telingaku dengan aerphone dan aku membatasi pandanganku dengan hanya membaca buku agar aku tak perlu melihat keindahan diluar sana yang membuat aku harus memilih karena aku tak punya pilihan dalam hidupku.
"Pril, kamu tukar sama adikmu ya baju yang kemarin dikasih Om Darmawan buat acara resepsi pernikahan Kak Sihan, Feli suka model baju yang kamu buat itu!"
Mommy melongok kedalam kamar sambil membawa baju berwarna cream yang sebenarnya bahan dan warnanya sama dengan miliknya tapi beda model.
"Iya Mom!"
Aku hanya bisa iya dan terus iya dengan apa yang mereka inginkan.
Itulah kenapa aku bilang hidupku tak punya pilihan? Semua diatur oleh mommy dan daddy. Termasuk jurusan yang kuambil dikampus. Sebenarnya aku ingin mengambil jurusan komunikasi tapi karna daddy ingin aku belajar managemen dan bisnis jadinya aku harus melupakan anganku untuk menjadi publik relation.
Untuk menghilangkan kecewaku aku mencoba bergabung di Yours Radio milik universitasku Universitas Adimulya sebagai penyiar. Walaupun sekarang profesi penyiar radio sudah bukan zaman tapi buatku berekspresi dengapn celotehan diudara sangat membuatku melupakan semua angan dan harapanku tentang masa depan.
Kenapa aku merasa harus patuh pada tuntutan mereka? Itu karena aku hanyalah anak angkat. Aku mengetahui itu berawal dari pertengkaranku dengan Felicia. Saat aku kelas tiga SMA dan Feli kelas satu SMA,ada pria bernama Randy yang suka padaku dan akupun menyukainya tapi ternyata Feli juga menyukainya.
"Kakak, aku mau Randy, kakak jangan dekati dia!"
Feli berteriak didepanku membuat kegaduhan ketika aku menonton tv diruang tengah.
"Randy itu menyukaiku, bukan menyukaimu, Feli!" Aku melipat tangan didada.
"Dasar tukang rebut gebetan orang! Kayak gak laku aja lo kak, mending jual diri aja kak dijalanan!"
Plakkkk!!!
Tanganku melayang tanpa bisa ditahan mendengar ucapan yang membuat telingaku berdenging."Heiii, Prilly lancang sekali kau menampar Feli, aku yang ibu kandungnya saja tidak pernah, kenapa kamu yang tidak ada hubungan darah berani menamparnya?"
Mommy berteriak histeris menatapku. Aku terkejut bukan main melihat kilatan amarah dimatanya.
"Maksut Mommy apa?"
Waktu itu aku bertanya sambil terperangah.
Ternyata aku adalah anak yang diambil dari panti asuhan sejak umur enam bulan karena keluarga Ricardo selama lima tahun menikah belum dikaruniai seorang anak. Tujuh bulan aku bersama mereka ternyata mommy hamil dan melahirkan ketika aku berumur dua tahun. Seorang bayi kecil diberi nama Felicia Armenia Ricardo.
Sejak aku tahu aku anak angkat hidupku berubah. Aku seperti tak punya pilihan kecuali dipilihkan. Tentu aku berhutang hidup dan berhutang kasih sayang pada keluarga Ricardo yang kaya raya. Itulah sebabnya aku gunakan Earphone untuk menutup telinga dan membaca buku untuk menjaga mataku, agar aku tak mengenal cinta dan kesenangan dunia lainnya karena takut aku tak dapat memilihnya untuk hidupku.
##########
Banjarmasin, Juni 2015Hai Readers tersayang....
Maaf kalau masih belum ada feel...Nantikan pertemuan Ali dan Prilly di Blue studio Yours 99,1Fm yang mendebarkan sebagai penyiar dan nara sumber dipart berikutnya.
Terima Kasih memberikan vote dan komennya ya Readers.
Cover story dibuat oleh RifdahDestiSalsaaa26
Terima kasih banyak yaa.Re-post 30 Maret 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is On
RomanceDia selalu bersandar ditembok depan pintu kelas dengan earphone dan buku ditangannya...aku selalu membatin melihatnya karena dia seperti tidak peduli orang-orang disekitarnya....Dan pendapatku tentangnya berubah ketika aku mengetahui dia adalah seor...