Author Pov
Operasi Ali berjalan cukup lama hampir tiga jam tetapi lancar. Keluarga bisa menarik nafas dengan lega. Dipindahkan keruang perawatan Ali masih belum sadar. Prilly dengan setia menunggu Ali yang terbaring pucat dengan luka yang tertutup perban sehabis dioperasi.
Prilly tak bisa bayangkan jika yang terkena pisau dapur adalah punggungnya, tentu sekarang dia yang harusnya berada diranjang perawatan terbaring.
Ali mendapatkan donor darah dua kantong. Sekantong dari ayahnya, satu kantong lagi Prilly yang minta darahnya diambil untuk Ali karna mereka ternyata bergolongan darah yang sama. Sebenarnya Prilly orang yang takut dengan jarum suntik, tetapi demi Ali apapun rela dilakukannya.
Prilly memaksa menjaga Ali dan menyuruh yang lain pulang beristirahat. Dengan pengawalan ketat didepan pintu kamar perawatan Ali, Prilly merasa aman. Baju pesta yang dikenakannya sudah berganti dengan kaos yang ditutup cardigan dan jeans yang dibawakan Feli.
"Kakak, kakak harus istirahat juga ya, nanti kakak sakit, kalau mau menjaga kak Ali, kakak harus sehat!"
Feli berpesan sebelum pulang bersama Mom dan Dad. Prilly mengangguk haru pada Feli yang sekarang justru lebih perhatian saat sudah tak lagi akan bersama-sama.
"Makasih Fel, kamu hati-hati ya, jaga mom dan dad, kakak sayang kalian!"
"Pasti Kak, aku akan berusaha jadi kebanggaan buat Mom dan Dad, sebentar lagi aku lulus SMA dan kuliah, doakan aku bisa kuliah di Kampus terbaik ya, kak!"
Prilly dan Feli berpelukan sambil menangis. Tak ada kata terlambat untuk saling menyayangi walaupun akan terpisah tinggal. Tak masalah hanya berbeda rumah karna masih berada dalam satu kota.
Prilly menatap Ali yang masih terpejam diranjang perawatannya. Sedari tadi tangannya tak lepas menggenggam tangan Ali, mengelus punggung tangannya dan meletakkan dipipinya yang terus basah karna airmata.
"Love, cepat sadar ya aku merindukanmu!"
Prilly mengelus Pipi Ali yang pucat. Bibirnya yang harusnya merah kini sedikit berubah kepucatan. Prilly mengelusnya dengan ibu jarinya. Bibir yang memberikan kehangatan yang memabukkan itu kini sedang tak berdaya. Prilly berdiri dan menundukkan wajahnya mendekat mengecup bibir Ali yang dingin dan kering. Bibirnya kini berpindah kedahi Ali cukup lama.
Rasanya rindu dengan godaan dan kemesuman pria yang merubah pendengarannya dari earphone dan musik menjadi selalu mendengar kata cinta darinya. Pria yang merubah penglihatannya yang hanya pada tulisan didalam buku-buku yang dibacanya menjadi selalu melihat mata dengan pandangan mematikan urat syaraf dan mata penuh cinta. Merubah pandangan hidup yang selalu berpikiran negatif tanpa harapan menjadi positif dan pengharapan yang luar biasa. Pria mirip malaikat yang posesif tapi berjiwa besar.
Kini Prilly hanya bisa memandang mata berbulu lentik yang sedang terpejam tenang itu dengan perasaan sedih. Berharap mata itu terbuka dan melihat betapa ia sangat mencintainya.
##########
Ali Pov
Aku merasakan sakit yang luar biasa dibagian perutku. Mengerjapkan mataku yang masih terasa berat. Tanganku terasa hangat karna genggaman. Kulihat Prilly tertidur dalam keadaan duduk dengan kepala mengarah padaku.
Kutarik pelan tanganku yang digenggamnya. Menyisihkan rambut yang menutup sedikit wajahnya. Wajahnya kelihatan lelah. Aku mengelusnya dengan punggung tanganku. Dia mulai mengerjapkan matanya. Melihat kearahku yang menatapnya.
"Lov!"
Prilly meluruskan badannya, mengelus tanganku, menyelipkan jarinya dijariku, mengecup punggung tanganku, dan meletakkan dipipinya setelahnya. Airmatanya meleleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is On
RomanceDia selalu bersandar ditembok depan pintu kelas dengan earphone dan buku ditangannya...aku selalu membatin melihatnya karena dia seperti tidak peduli orang-orang disekitarnya....Dan pendapatku tentangnya berubah ketika aku mengetahui dia adalah seor...