Author Pov
"Ali, beginikah caramu bekerja??"
Pak Handoyo berdiri tegak didepan pintu ruangan Ali. Ali berdiri dari duduknya dengan perasaan tak nyaman. Kenapa tiba-tiba Pak Handoyo masuk keruangannya? Biasanya jika Pak Handoyo ada keperluan dia tinggal menelpon diline telponnya dan menyuruh Ali keruangannya.
"Maafkan saya Pak, saya hanya..."
"Saya berikan kepercayaan padamu bukan berarti kau bisa seenaknya saja dikantor ini, ini kantor tempat kau bekerja bukan tempat bercinta!"
Pak Handoyo bersuara keras.
"Tapi, Pak..."
Ali merasa terpojok, ingin menjelaskan tetapi Pak Handoyo sudah terlanjur salah faham.
Mata Prilly yang terbaring di Sofa tiba-tiba terbuka mendengar suara keributan seperti didekat telinganya. Seketika melirik kearah dua orang pria yang sedang berhadapan disamping Sofa tempat dia berbaring. Segera Prilly duduk dan berdiri merapikan bajunya menyadari kalau dia sudah ketiduran.
"Ma... maafkan saya, Pak!"
Prilly menatap Pak Handoyo yang juga reflex menatapnya karna Prilly yang tiba-tiba berdiri.
Seketika Pak Handoyo melihat binar mata Prilly yang sangat tidak asing dimatanya. Pak Handoyo melepas kacamata dan mengusap mata dan wajahnya perlahan. Ia merasa pasti sedang kelelahan dan stress. Baru saja dia melihat didata report weeklynya melalui link online seluruh Indonesia pasaran didaerah Indonesia Timur merosot walaupun tidak tajam dikalahkan kompetitornya. Lalu Ririn datang mendatanginya dengan berita yang membuat darahnya semakin mendidih.
"Om...!"
"Ada apa Rin? Kenapa kesini, bukannya kamu nyelesain kerja diruanganmu, perhatian kamu untuk Indonesia Barat harus lebih ditingkatkan, lihat grafik Indonesia Timur turun minggu ini,kamu ini manager marketing, walaupun masih muda harus menunjukkan pada Manager Marketing seluruh Indonesia kamu mampu mengatasi disini, jangan sampai saya dikritik oleh Bu Lani karena berani mengangkatmu menjadi Manager Marketing untuk Indonesia Barat padahal kamu gak bisa kerja!"
Pak Handoyo menyebut Bu Lani Regional Manager atasan seluruh manager.
"Om ini, yang bermasalah Indonesia Timur kenapa Indonesia Barat jadi sasarannya...!"
"Ini pelajaran buat kamu juga...!"
"Buat Ali juga kan Om..? "
"Tentu saja buat semua yang berkaitan...!"
"Tolong Om cek dia sedang apa diruangannya? Ini kantor...bukan tempat berbuat Mesum,kaya gak ada tempat lain saja...!"
Pak Handoyo mengeryitkan alis,meraih gagang telpon tetapi disanggah oleh Ririn.
"Kenapa Om gak langsung saja keruangannya supaya bisa langsung membuktikan,kalau Om telpon tentu saja dia akan menyangkal...gak enak om...staf jadi bisik-bisik gak karuan gara-gara Ali...yang bisa menegurnya hanya om...!"
Ririn berdiri akan pamit kembali keruangannya."Baiklah saya akan cek langsung, dan untuk kamu tolong jangan panggil saya om saat jam kerja, kita Profesional, kembalilah keruangan!"
Pak Handoyo meredam emosinya didepan Ririn mendengar laporannya. Biar bagaimanapun sebagai atasan dari semua bagian dikantor ini Pak Handoyo tak mau terkesan mudah dipengaruhi karna ini menyangkut bisnisnya. Dia tak mau menanamkan tabiat saling sikut menyikut antara karyawan. Kalau dia bersikap mudah sekali terpengaruh maka tabiat berbuat asal bos senang pasti akan berkembang pesat daripada hasil.
"Maafkan saya, Pak, saya hanya menunggu Ali bekerja, bukan bermaksut mengganggu!"
Prilly melanjutkan kalimatnya melihat Pak Handoyo mengusap wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is On
RomanceDia selalu bersandar ditembok depan pintu kelas dengan earphone dan buku ditangannya...aku selalu membatin melihatnya karena dia seperti tidak peduli orang-orang disekitarnya....Dan pendapatku tentangnya berubah ketika aku mengetahui dia adalah seor...