Author Pov
Prilly membalas pelukan Bu Vivin yang erat memeluknya tanpa mengerti apa sebenarnya yang terjadi.
"Prilly! Prilly anakku mungkin sebesar kamu sekarang."
Bu Vivin melepas pelukan dan menangkup wajah Prilly dengan dua tangannya. Prilly menatap Bu Vivin dan menghapus airmata beliau dengan jarinya. Prilly tiba-tiba merasa ikut sedih dan terharu. Melihat luka dimata wanita setengah baya dihadapannya.
"Ibu boleh menganggap saya anak ibu!"
Kalimat itu keluar begitu saja dari bibir Prilly. Kerinduan terhadap ibu kandungnya dirasa sama dengan kerinduan wanita didepannya ini terhadap anaknya.
Sementara Ali dan Pak Handoyo yang melihatnya saling pandang. Ali bingung sekarang apa yang harus dikatakan.
"Pak, sebenarnya saya ingin mengatakan sesuatu pada Bapak, tapi saya tak tau apakah ini waktunya tepat?"
Ali akhirnya membuka suara.
Pak Handoyo menarik Ali menuju tempat duduk yang ada didepan ruang ICU.
"Maafkan saya Pak mungkin saya lancang, beberapa hari lalu Prilly baru saja mengatakan kalau dia hanya anak angkat dari keluarga Ricardo!"
Ali melihat binar keterkejutan dimata Pak Handoyo setelah itu binar itu berubah menjadi binar harapan.
Ali mengungkapkan kalau dia sudah mencek kepanti asuhan tempat Prilly diadopsi dan menemukan fakta Willy sekitar tiga bulan lalu dari sana bersama seorang wanita bernama Mirna orang yang membawa Prilly ke panti dan mengetahui Prilly diadopsi keluarga Ricardo.
"Jadi Willy kesana, siapa Mirna?"
Pak Handoyo mengerutkan kening tak mengerti.
Sementara itu Bu Vivin mengajak Prilly menjenguk Willy keruang ICU sambil membantu memakaikan baju steril biru pada Prilly.
###########
PRilly Pov
Aku melihat seorang pria muda yang kata ibunya hampir berusia 26tahun terbaring tak berdaya diranjang ruang ICU. Monitor EKG,Selang Oksigen dan Infus mewarnai ruangan sepi.
Sedih. Itu yang kurasakan apalagi ketika ibunya mulai menangis lagi disisi tempat tidur Willy.
"Willy, ini Prilly!"
Bu Vivin meraih tangan Willy dan meraih tanganku,mengisyaratkan agar aku menggenggam tangan Willy.
"Namanya Prilly, sama dengan nama adik Willy yang hilang, Dia bilang Mama boleh menganggapnya anak Mama, ayo berkenalan dengan adikmu,Willy!"
Bu Vivin berkata lirih lagi pada Willy yang terbaring. Prilly terharu dengan usaha seorang Mama untuk membangkitkan respon pada anaknya yang terbaring koma dan tak tau kapan tersadar.
"Kakak, ini Prilly!"
Prilly meletakkan telapak tangan Willy ketelapak tangannya,sedang telapak tangan yang lain diletakkan dipunggung tangan Willy yang dingin.
Memandang wajah komanya yang terpejam, aku melihat wajah yang kuat disana. Tampan, berhidung runcing seperti Mamanya, berahang keras seperti Papanya. Entah dorongan darimana Aku menyentuh pipi Willy dengan telapak tanganku. Sementara tangan yang lain masih menggenggam tangannya.
Sepi. Hanya Suara monitor EKG menguasai ruangan. Seketika aku dikagetkan dengan genggaman tangan Willy yang menguat. Kupandang Bu Vivin yang melihatnya dengan mata melebar.
"Willyyyyy!"
Bu Vivin terpekik.
Dadaku berdegup lebih keras ketika melihat Mata Willy terbuka cepat. Memandang kosong kelangit kamar tanpa berkedip.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is On
RomanceDia selalu bersandar ditembok depan pintu kelas dengan earphone dan buku ditangannya...aku selalu membatin melihatnya karena dia seperti tidak peduli orang-orang disekitarnya....Dan pendapatku tentangnya berubah ketika aku mengetahui dia adalah seor...