Chapter 23 Love Is On

30.5K 2.6K 85
                                    

AUTHOR POV

Author POV

"Bapak ibu sekalian berbahagia, hari ini saya juga akan memperkenalkan wakil CEO untuk bagian Sell In, dialah orang yang berjasaa untuk memberik kekuatan pada saya dan perusahaan selama dua bulan ini, dengan komitmen dan daya juangnya yang tinggi, dialah calon menantu kami, Zaheer Ali Andrean!"

Ali terbius sejenak mendengar namanya disebut Pak Handoyo. Bukan hanya karna Pak Handoyo membagi adil jabatannya antara Wakil CEO Sell Thru untuk Willy dan Wakil CEO Sell In untuk dirinya. Dimana bagian Sell Thru dan Sell In itu tadinya menjadi satu dibawah CEO dan wakilnya.

Sell Thru adalah bagian yang mengurus penjualan langsung kepada costumer. Sell In adalah bagian yang mengurus penjualan ke outlet-outlet penjual produk yang Mahesa Indonesia produksi. Tetapi yang lebih mengejutkan Ali adalah kata-kata calon menantu yang ditunjukan pada dirinya.

Ali sampai tak sadar sorotan mata undangan yang hadir saat itu tertuju padanya karna lampu sorot yang tadi menyorot Willy dan Prilly ketika naik keatas stage kini telah menyilaukannya.

Bu Yosi, mama Ali menepuk bahu Anaknya pelan untuk menyadarkan keterbiusan Ali,  sambil berbisik padanya, "Nak, ayo berjalan yang gagah, ibu dan ayah bangga padamu!"

Ali berdiri sambil merapikan setelan jasnya, berjalan gagah disertai senyum menawan dibawah lampu sorot yang mengiringnya.

Naik stage disambut uluran tangan Willy, bergenggaman tangan dan mengayunkan dengan tekanan tanda akan bekerjasama dengan baik. Pak Handoyo menepuk-nepuk bahunya ketika berjabat tangan. Memeluk Ibu Vivin yang menepuk-nepuk dadanya. Ali merasa masih tak percaya. Berada dihadapannya Prilly merasa saling memandang takjub. Riuh pesta semakin terasa memenuhi ruangan ketika Ali dan Prilly berpelukan. Terbayang hubungan mereka selama ini tersendat oleh berbagai macam hal tetapi dengan tegar tetap mereka lalui bersama.

Acara sambutan dam perkenalan malam itu diakhri dengan kehadiran Terrya Marsha seorang gadis manis berwajah teduh dengan langkah anggun menghampiri Willy yang seketika membuat gadis-gadis dipesta itu terlihat kecewa dan patah hati mendadak. Dia yang selama tiga bulan dengan setia menjaga Willy dan menunggu dengan sabar. Malam itu ketika Willy pamit pulang ban mobilnya bocor dan hujan sedang turun dengan derasnya. Menunggu pagi Willy akhirnya memutuskan menginap dirumah Terry. Sekarang apapun yang terjadi mereka yakin semua telah diatur yang maha kuasa.

Pak Handoyo dan Bu Vivin sudah terlalu lama kehilangan. Dengan hadirnya Ali dan Terry pada saat anak-anak mereka tak jelas kondisinya membuat mereka tak menolak dan menyambut hangat kehadiran mereka sebagai calon menantu. Mereka menilai secara pribadi pada calon pendamping anak mereka kelak. Mereka menemukan ketulusan dari Ali dan Terrya hingga disebut calon menantu yang artinya lebih dari sekedar orang terdekat atau kekasih.

"Mommy!"

Prilly memeluk Nensi yang dengan airmata berderai menyambutnya hangat.

"Pasti kamu akan lebih bahagia bersama mereka, sayang!"

"Prilly juga bahagia bersama Mom dan Dad, Jangan bilang begitu lagi," Prilly menghapus airmata Mommy yang biar bagaimanapun membesarkan selama 19 tahun.

"Selamat ya Ali, keluarga Handoyo lebih bisa melihat sisi baikmu dan lebih menghargai keberadaanmu daripada kami!"

Daddy menepuk bahu Ali.

"Enggak Om, sikap Om menurut saya wajar saja untuk kebaikan Prilly, saya yang harus lebih membuktikan kalo niat saya bersama Prilly gak main-main!"

Ali merendahkan hatinya untuk melihat kesisi postif sikap keluarga Ricardo.

Acara ramah tamah setelah sambutan membuat suasan makin akrab. Tamu undangan dipersilahkan menikmati hidangan semantara Tuan rumah sebagai yang mengundang akan menghampiri meja undangan satu persatu. Ali dan Prilly terlihat selalu menempel tanpa melepaskan genggaman tangan mereka. Mereka menghampiri meja tamu yang mereka kenali.

Love Is OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang