Prilly pov
Keluar dari studio aku segera menuju depan kampus. Kulihat Honda Jazz Mang Arif sudah menunggu. Aku memang di jemput driver pribadi keluarga Mahesa yang sudah ditugaskan mengantar jemputku. Papa, Mama dan Willy agak protective sekarang karena takut aku kenapa-kenapa lagi sementara mereka termasuk Ali tak bisa full time ada didekatku.
Persoalan dengan keluarga Mirna dianggap beres karna Doddy pelaku percobaan penusukan padaku yang membuat Ali jadi korban hanyalah terkena hasutan Mirna sementara dia tak tau duduk persoalannya. Keluarga Mahesa cukup berbelas kasian melihat keadaan mereka dalam kondisi keuangan yang buruk.
Aku salut dengan keluargaku yang baru kutemukan ini karna justru membantu memberikan usaha kepada keluarga Mirna untuk berjualan gado gado dengan memberikan modal berupa gerobak dorong dan juga bahan untuk berjualan mereka dipinggir jalan dekat pasar dimana mereka tinggal.
"Ke toko buku ya, Mang Arif."
Mang Arif tersenyum mengangguk ketika aku menaiki mobil dan memintanya jalan ke toko buku.
Aku sudah bilang sekaligus minta ijin dulu tadi pada ali setelah kuliah akan mencari buku referensi dosen untuk menunjang belajarku.
Drrttt....drrrtt.....
Handphoneku berbunyi sekaligus bergetar.
Ibu mertua calling
Ibu?
"Iya bu?"
Aku menjawab telpon dari ibunya Ali dengan bingung. Tumben ibu menelponku. Ada apa dengan Ali? Hatiku cemas seketika.
"Beauty dimana? Apa gak kerumah?"
Suara ibu menggema diujung telpon.
"Aku mau kegramedia bu, tadi udah bilang sama Ali, agak sorean kerumah!"
"Apa gak bisa sekarang aja, beli bukunya nanti bisa gak?"
"Bisa aja sih bu, memang kenapa bu?"
"Ada Azkia dirumah, lagi nengok Ali, ibu gak enak gak bisa nemanin lagi memasak, ibu gak mau ada salah-salah faham nantinya, kalau ada beauty ibu lebih tenang."
Azkia? Bukan salahnya sih kalau menengok orang lagi sakit. Tapi kenapa harus sendirian? Ya, gak salah juga sih tapii entahlah, rasanya aku sedikit terganggu mendengarnya, mengingat dia pernah memaksa sambil memeluk Ali. Jangan-jangan nanti didalam kamar dia ngapa-ngapain sama Ali. Ali tidak, dia yang menggoda. Ah, denyutan cemburu dijantungku semakin terasa kurasa. Tapi aku yakin, bukan membuat aku cemburu hingga ibunya Ali ingin aku datang kesana. Justru sebaliknya seperti yang beliau katakan, supaya tidak ada salah faham.
"Mang Arif, gak jadi ke toko bukunya, kerumah Ali aja, mang."
"Siapp, neng!"
Sampai didepan rumah Ali kulihat sebuah Ayla silver terparkir didepan pagar. Mobil Azkia.
"Makasih ya mang, mamang pulang aja dulu seperti biasa nanti aku telpon kalau mau pulang ya, mang."
Mang Arif segera berlalu. Aku segera melesat kepintu, belum sempat aku pencet bel pintu rumah sudah terbuka. Ibu tersenyum senang melihatku. Rupanya ibu sangat menunggu sampai suara mobilku beliau mengenali dan langsung membuka pintu.
"Beauty langsung kekamar Ali ya, ibu lagi goreng ikan nanti gosong."
Aku mengangguk dan berpisah diruang tengah dengan ibu, karna ibu langsung kedapur kearah kanan, aku menaiki tangga menuju kamar Ali.
Kulihat pintunya terbuka lebar. Untung saja tak tertutup rapat kalau tidak aku bisa berpikiran buruk.Tapi pikiran positifku terganggu pemandangan didepanku, kulihat tubuh sintalnya yang tertutup itu memeluk Ali dan hei, kenapa pipi dia mencium pipi Ali? Apakah tak ada tempat lain untuk memarkirkan bibirnya itu selain dipipi Lov-ku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is On
RomanceDia selalu bersandar ditembok depan pintu kelas dengan earphone dan buku ditangannya...aku selalu membatin melihatnya karena dia seperti tidak peduli orang-orang disekitarnya....Dan pendapatku tentangnya berubah ketika aku mengetahui dia adalah seor...