Bagian 11 ||
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
- s i n g g a h -“NAJIS banget cuma gara-gara makan di pinggir jalan jadi sakit!” Jiyeon baru saja masuk ke dalam kamar Juyeon. Meletakkan tas selempangnya ke atas nakas, lalu duduk di tepi tempat tidur.
“Bukan karena itu ya, anjir!”
Jiyeon tertawa pelan. “Terus kenapa dong? Sini gue peluk,” katanya memeluk leher Juyeon dengan kedua tangan ketika Juyeon sudah merubah posisi tidurnya itu.
Kepala Juyeon menggeleng. “Ngga tau.” Padahal, pagi tadi ia baik-baik saja. Tidak ada gejala pusing atau apa pun itu. Mungkin ini efek dari ia yang tidur tidak teratur dan berusaha menyelesaikan tugasnya secepat mungkin, sehingga tidak memerhatikan kesehatan sendiri.
“Wangi banget. Lo abis ketemu siapa tadi?” Mana cantik banget lagi.
Jiyeon saat ia tanyai mengenai keberadaanya di mana memberitahu bahwa sedang memiliki keperluan dahulu bersama seseorang. Mengirimkan foto yang tersenyum cerah sebagai bukti, yang lagi-lagi masuk ke dalam album galeri khusus foto Jiyeon yang Juyeon buat.
“Temen gue.”
Juyeon menarik tubuh menjauh. Memandang Jiyeon yang menaikkan sebelah alisnya. “Emang lo punya temen? Bukannya temen lo cuma gue doang?” Begitu polos Juyeon bertanya hal tersebut.
“Monyet!” Tangan Jiyeon yang sedang tidak digenggam oleh Juyeon, gadis itu pukul menghantam bahu.
Ih, yaampun, Jiyeon ingin berkata lebih kasar dari sekadar nama hewan. Jika tidak mengingat Juyeon yang sedang sakit, sudah Jiyeon tarik kasar rambut ash blonde Juyeon, sudah Jiyeon pukul punggung yang hanya terbalut kaos oblong, dan akan Jiyeon gigit hingga biru tangan Juyeon. Sampai berdarah! Sampai Juyeon berteriak kesakitan!
Sabar, sabar.
Tetapi Jiyeon tidak bisa. Tangannya sudah mencengkram lengan Juyeon, menusukkan kuku-kukunya pada kulit berdaging itu yang di detik berikut terdengar suara ringis kesakitan.
“Lo nginep di sini dong. Nemenin gue,” lanjut Juyeon menjatuhkan kepala pada bahu Jiyeon. Membawa tangan Jiyeon yang berada di lengan ke pinggangnya, menyuruh Jiyeon memeluk saja daripada menyiksa. Bunda sedang pergi ke luar kota bersama ayah. Jadi, untuk dua hari ke depan ia hanya sendirian di rumah.
Sendirian. Lagi.
“Ya ngga bisalah!”Ngaco banget.
“Gue yang nginep di tempat lo berarti ya?” Dengan mata penuh harap Juyeon menatap Jiyeon. Sudah lama juga ia tidak menginap di tempat Jiyeon. Terakhir waktu ia yang jatuh dari motor. Itu pun sudah lama.
Mirip Bilu. Lucu. “Telepon temen-temen lo aja suruh pada tidur di sini.” Jiyeon dengan tangan kanannya mengusap pipi hangat Juyeon berkali-kali.
Juyeon menggeleng pelan. “Ngga mau, pengennya sama lo,” sahutnya. “Ya Jiyeon ya, gue nginep di tempat lo. Kangen banget soalnya ini. Gak bisa ditunda lagi.”
“Gelii!” Jiyeon terkekeh pelan. Mendorong tubuh Juyeon yang memeluk pinggangnya begitu erat. Kenceng banget anjir meluknya! “Lepas ihh!”
“Bolehin dulu.” Juyeon menatap lurus ke inti iris Jiyeon. Jika Jiyeon mengiyakan, ia akan melakukan segala perintah Jiyeon.
“Eh, ini lo udah minum obat belum, sih?” Jiyeon membuka topik baru yang dibalas decakan pelan dari Juyeon. Diam-diam Jiyeon tertawa mendapat respons Juyeon yang seperti itu. “Udah belum?” Dengan nada tingginya Jiyeon bertanya, memelototi Juyeon juga yang sekarang cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
singgah, eunbo.
Fanfictions i n g g a h Started : 25 Februari 2023 © 2023 by jxkzslasks