Bagian 14 ||
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
- s i n g g a h -Jiyeon Kim : Jangan ketemu sama gue dulu!
Kalo liat gue pura-pura gak kenal!
Ish, Juyeon monyet!
Jelek, jelek, jelek!!
Read 7:37 AMJUYEON terkekeh mendapatkan pesan masuk seperti itu. Merutuki diri sendiri pula sebetulnya sebab tindakan yang membuatnya memukul udara. Malu juga senang. Kembali memanggil ingatan yang Juyeon harap akan berlangsung lama teringat, salah satunya kejadian semalam.
Pun, pagi tadi ketika ia terbangun di kamar milik Jiyeon—sebab semalam rasa lelah dan kantuk menguasai diri, membuatnya langsung hilang kesadaran begitu tubuh direbahkan—hal pertama yang Juyeon lihat ketika bangun adalah Jiyeon yang telah selesai mandi, lengkap bersama pakaian terpasang sempurna di tubuh, pun make up yang Juyeon akui membuat Jiyeon menjadi lebih-lebih memukau.
“Udah selesai mandinya?” Suara serak khas bangun tidur dari Juyeon terdengar.
Lewat pantulan cermin meja rias, Jiyeon melihat ke arah Juyeon yang kini duduk memerhatikan. “Ya menurut lo?” sahutnya seraya menyisir rambut, mengambil sedikit helaian rambut panjang yang berada di sisi kanan untuk kemudian Jiyeon kepang kecil. Terakhir, meraih beberapa bobby pin agar rambutnya terlihat lebih rapi.
“Iya, bener juga.”
Kali ini Jiyeon melihat Juyeon bangkit dari tepi tempat tidur, bergerak berjalan mendekat. Memilih untuk mengabaikan apa yang akan Juyeon lakukan, Jiyeon memutuskan kembali fokus dalam membuat kepangan di sisi lain. Namun, dwimaniknya justru melirik ke arah di mana pantulan Juyeon berada; si laki-laki tengah berdiri menjulang di belakang tubuhnya.
“Gue bantuin.” Kedua tangan Juyeon bergerak membenarkan letak bobby pin yang berada di rambut Jiyeon, merapikan juga helaian-helaian rambut milik si perempuan yang terlihat mencuat.
Dalam hening Jiyeon mengamati wajah serius Juyeon melalui kaca, melihat pergerakan si lelaki yang tidak pernah membosankan untuk dipandangi. Secara berulang kali. Lama. Serta, rambut ash blonde-nya yang berantakan justru membuat Juyeon semakin menarik. Lantas, tubuhnya sedikit menegang begitu Juyeon menunduk, berbisik di sisi kiri telinga.
“Kancing kemeja lo mau gue benerin juga ngga, Jiyeon?”
Mendengar itu Jiyeon langsung melihat ke arah kemejanya, kontan menutup dua bagian dari atas yang ternyata belum dikancingkan. “Jelalatan banget mata lo, ish!” Dipenuhi oleh kekesalan serta rasa malu, tangan kecil itu melayang memukul penuh tenaga pada bahu Juyeon. Berengsek banget!
Juyeon mengernyit, kemudian membalikkan tubuh. Meraih ponsel miliknya yang tergeletak di nakas samping tempat tidur. “Kenapa malah guenya yang digampar, sih? Orang ngasih tau doang,” decaknya.
“Ya lo ngeliat!”
“Lo pikir gue ngeliat apaan?” sahut Juyeon, membaca beberapa pesan masuk di ponselnya itu.
Jiyeon mendengkus. “AU AH!” jeritnya kesal.
Senyum tengil Juyeon terlihat begitu mendengar jawaban tersebut. Asyik saja membercandai Jiyeon di pagi hari. Berpikir bahwa Jiyeon sudah membenarkan kemejanya, Juyeon membalikkan tubuh, dan hal pertama yang Juyeon perhatikan adalah kemeja Jiyeon.
Oh, udah dikancingin.
“Ngeliatin apa lo anjir?!” Tangan Jiyeon meraih rahang Juyeon cepat, mengarahkan pandangan si laki-laki untuk lurus menatap irisnya.
Kerutan di dahi, kedua alis menukik, mata menatap tajam, serta bibir yang cemberut. Juyeon meraih tangan Jiyeon, senyum tipisnya terlihat. “Gue cuma mau mastiin, Jiyeon,” jawab Juyeon memakaikan jaket yang tadi ia ambil ke bahu Jiyeon, dengan mata tidak beralih dari raut kesal milik Kim Jiyeon itu. Pengen gigit astagaaa!
Dan senyuman Juyeon masih bertahan sepanjang jalan menuju parkiran ketika ia mengingat paginya yang meriah, hingga tatapannya jatuh pada Hyunjung yang berdiri di samping motor dengan tangan kanan terangkat, menyapa.
“Si Anjing! Mau apa lo?”
“Wow, wow, santai!” Hyunjung terkekeh. Bergerak mundur cepat begitu Juyeon menarik langkah mendekat. Sisi wajahnya masih terasa sakit sebab pukulan yang dilayangkan oleh laki-laki di hadapan. “Gue cuma mau nanya.”
“Nanya apaan monyet?” Perkataan tidak baik nan bernada tidak sopan itu terlontar. Juyeon berdecak, merasa tidak perlu juga bersikap baik pada senior di hadapan. ”Gue gak ada banyak waktu, lo kalo mau ngomong buruan!“ serobot Juyeon begitu melihat Hyunjung diam berpikir.
Hyunjung yang diperlakukan seperti itu terkekeh. “Chill, gue yakin lo bakal luangin waktu lo karena hal ini.” Bersama tangan kiri Hyunjung terangkat, ponsel pintar itu memperlihatkan sesuatu di layarnya. “Never expected it was you, Son Juyeon. Wow, you did well as someone who people know as a kind person with a lovely heart.” Hyunjung berpura-pura muntah sewaktu mengucapkannya.
Sontak kedua tangan Juyeon mengepal erat, hingga vena di dua tangan itu terlihat lebih menonjol. Dalam sekali gerak, laki-laki itu segera menarik kerah pakaian Hyunjung, giginya menggertak kasar. “Mau lo apa, Anjing?!”
“Simple, berapa banyak yang bisa lo kasih ke gue?” Hyunjung tersenyum, mengejek.
“Si bangsat!” Juyeon terkekeh. Makin menarik kasar kerah pakaian Hyunjung bersama iris menyorot tajam. “Bisa lo buktiin kalo itu gua?”
Hyunjung tertawa pelan. “Dari apa yang lo lakuin sekarang aja udah ngebuktiin, Nyet.”
“Should I tell her, yang bikin dia di posisi jelek kayak sekarang itu lo. Orang yang sok baik nemenin ke mana-mana, taunya si berengsek serigala berbulu domba,” kekeh Hyunjung mengejek. “Jiyeon will be back to earth.”
Fuck!
“Pahlawan kesiangannya ternyata yang nyebarin isu cewek gak bener yang hobinya maen sama om-om di hotel. Yang ngebuat dia di posisi gak enak sampe dihujat sana-sini sama banyak orang. Ohh ...,” Hyunjung menyeringai. “Bahkan, sampe dipukulin sama bokapnya juga.” Hyunjung menunjuk letak posisi memar di wajah Jiyeon dulu. Mengingatkan.
Fuck!
Anjing!
- s i n g g a h -
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
❝ to be continued ❞.
.
jadi ... gitu. hehe 🛴💨
Juyeon's villain era 😤 satu kata buat Son Juyeon?
KAMU SEDANG MEMBACA
singgah, eunbo.
Fanfics i n g g a h Started : 25 Februari 2023 © 2023 by jxkzslasks