Rin sempat ingin membantah itu namun ia terhenti karna Chigiri mendadak muncul.
"Ah..Rin, terimakasih untuk semuanya..maaf merepotkan mu..selanjutnya Kunigami yang akan mengurusku..kau bisa pergi"
Rin merasa sudah merepotkan Rin begitu banyak hal hari ini..ia memutuskan untuk menghentikannya disini, Rin yang mendengar itu dan melihat senyumannya Chigiri hanya bisa menghelan nafas..Rin membungkuk kan badannya dan mengusap kepala Chigiri, tangannya turun dan berhenti di wajah manisnya Chigiri.
"Hubungi aku jika butuh sesuatu"
Ia pun pergi meninggalkan mereka berdua..tak disangka muka Chigiri memerah dan ia membeku.
"Ck..ayo pulang!"
Kunigami mengngkat Chigiri dan menggendongnya mereka langsung pergi, Chigiri tak sempat mengatakan apapun, dalam perjalanan hanya terdengan suara hembusan angin sisanya menyatu dengan sunyinya malam hari..Tak terasa mereka sampai di depan rumah Chigiri.
Chigiri berpamitan dengan Kunigami dan hendak memasuki rumahnya, ia terhenti karna Kunigami menariknya, ia menarik Chigiri sampai ke dalam pelukannya, Chigiri terkejut dengan apa yang sedang terjadi.
"Hei..jika kau butuh sesuatu..katakan padaku..aku mohon.."
Ia heran, mengapa anak baru ini sangat peduli terhadapnya, mereka bahkan belum mempunyai percakapan yang panjang, namun orang ini sangat memperdulikannya, tapi saat ini yang ada di benaknya hanya ingin lebih lama merasakan kehangatan ini..seakan ia tak ingin lepas dari sumber hangat itu..Tanpa sadar, Kunigami menurunkan tangannya, itu menyusuri tubuh belakang Chigiri, Chigiri reflek mengeluarkan suara itu, Kunigami yang mendengarnya langsung melepaskan pelukannya.
"M-maaf..aku..aku tidak bermaksud.."
Keduanya memerah seakan baru sadar dari sebuah halusinasi..
'Apa yang..aku lakukan?"
Batin ke duanya...
"Aku..aku pergi"
Kunigami berbalik dan langsung berlari.Begitu juga Chigiri, ia memasuki kamarnya dan bersih-bersih, ia duduk di kasurnya sambil mengeringkan rambutnya..
Ia merebahkan dirinya di kasur miliknya.
Terdengar nada dering dari handphone Chigiri, ia sedikit terkejut karna jarang sekali ada yang menelponnya terlebih ini sudah larut malam..
Ia mengambil handphone miliknya, ternyata itu sang ketua OSIS, "ah...kenapa dia menelfon ?"
Chigiri mengangkat telepon tersebut, dan terjadi percakapan singkat disana."Kau disana ?"
"Ah..yaa, aku disini, ketua"
"Bagaimana keadaanmu ? Apa bocah itu mengantarmu pulang dengan baik ?"
ChIgiri mengingat sentuhan itu dan membuatnya terdiam sekaligus merasakan rasa itu lagi
"Ngh.."
"Ha ? Apa ? Apa kau mengatakan sesuatu ?"
'Astaga.. apa yang kulakukan.. betapa bodohnya aku, kuharap ia tak mendengarnya..'
Chigiri menutup mulutnya sambil menjauhkan handphone nya."Hei ? Apa kau masih disana ? Mangapa tak jawab pertanyaan ku ?"
"Ah ? Ya, ya, aku masih disini..maaf..tapi aku baik-baik saja, kunigami mengantarku dengan baik..terimakasih atas perhatiannya"
"Baguslah..bagaimana dengan kepala mu ?"
"Ini hanya luka kecil, ketua..aku hanya menerima 3 jaitan untuk ini..kau tidak perlu khawatir, aku akan tetap sekolah dan belajar untuk olimpiade nya.."
"Aku tidak berbicara tentang olimpiade, aku mengkhawatirkanmu, beristirahat lah dulu jika perlu...dan lagi apa kau sudah makan ? Disana kau makan sedikit sekali"
"Ah..orangtua ku sudah tertidur...aku tidak ingin menimbulkan bising, jadi aku aka memasak besok pagi saja."
"Tapi kau harus minum obat, akan ku kirim makanan ke alamat mu, cepat berikan alamatmu lewat chat."
"Eh ? Tidak perlu..kau sudah mengurus administrasi ku..sekarang kau mau-"
"Hitungan ke 3 jika kau tidak mengirimkan alamatmu maka aku akan memberitahu orng tuamu tentang malam ini, 1 ?"
"Eh ? Eh ? Ketua ?"
"2"
"Aku-aku sudah mengirimnya.."
"Hah...anak baik.."
"Kau mengerikan ketua"
"Ahahaha..tenanglah..aku tidak akan memberitahu orang tua mu sekalipun kau tidak memberikan alamatmu tadi..aku sudah berjanji..lagipula aku bisa melacakmu selama kita berhubungan saat ini"
"Ah ? Aku tidak mengangka ketua selicik ini.."
"Tunggulah..makanan mu akan segera datang, makan yang baik,ok ?"
"Ah..baiklah.. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Draw.
Teen FictionChigiri, seorang anak yang sungguh pintar, dan bersinar bak bintang. Ia seorang lelaki, yang ber paras secantik peri. Peri yang dituntut secara paksa tuk jadi sempurna. Ia gemar menggambar namun itu terhalang dengan harapan ke dua orang tuanya yang...