"Alhaitam."
Nama yang indah itu terdengar sangat familiar di telinganya. Terlalu familiar sampai membuat Kaveh terdiam untuk sesaat.
Dia yakin itu adalah pertama kalinya mereka bertemu. Tetapi bagaimana bisa dia merasa mereka telah saling mengenal? Bahkan dengan percaya diri dia bisa mengatakan kalau dia tahu semua hal mengenai anak bernama Alhaitam itu.
Tapi.....mana mungkin?? Dia bisa dianggap gila apabila tiba-tiba merasa sok kenal pada anak yang baru diajaknya berkenalan.
Kaveh tidak tahu harus bagaimana ia melanjutkan pembicaran dengan anak bernama Alhaitam. Dia terdiam sesaat sambil menatap Alhaitam yang nampak acuh tak acuh mengabaikan keberadaannya.
"Namaku Kaveh...."
Merasa canggung akan sepi diantara mereka. Kaveh pun memperkenalkan dirinya. Walau samar tetapi sepertinya Alhaitam nampak ragu setelah mendengar namanya.
"Aku dari Darshan Kshahrewar," Kaveh pun mengimbuhkan. Namanya sering beredar di sekitar Akademiya. Mungkin anak baru di depannya ini pernah mendengarnya.
Dan sesuai dugaannya. Raut wajah Alhaitam berubah, yang mulanya nampak jutek jadi melihatnya dengan tatapan berbinar. "Oh senior Kaveh yang itu!" serunya bersemangat, sesaat lupa tempat mereka berada.
Alhaitam adalah anak yang baik, tumbuh dan dibesarkan oleh neneknya. Kadang-kadang Alhaitam mengajaknya pergi ke rumah neneknya. Kaveh juga memperkenalkan Alhaitam pada kedua orang tuanya. Mereka sering terlihat jalan bersama dan sering mengerjakan proyek rumit yang tidak berani diambil mahasiswa lain. Proyek-proyek mereka selalu menjadi kebanggaan Akademiya.
Begitulah keakraban mereka di masa lalu.
Sampai suatu hari Kaveh terpukul oleh ingatan yang seharusnya sudah tak berada lagi di dunia ini. Hari itu Kaveh tersadarkan akan kesalahan terbesarnya.
Dosa yang telah merengut nyawanya dan juga nyawa banyak orang. Menyaksikan ingatan tersebut bagaikan melihat sebuah film horor. Dan akan lebih baik apabila yang dilihatnya hanyalah sekedar mimpi buruk.
Gambaran di mana ia bertemu dengan seorang kaisar. Seorang raja muda yang memimpin sebuah negeri di tengah padang gurun.
Kaisar muda berparas tampan. Bertubuh tinggi dan gagah. Sepasang pedang kembar berlapis batu giok senantiasa terikat di pinggangnya.
Kaisar nampak selalu tersenyum saat bersanding di sebelah seorang wanita cantik bersurai merah. Setiap wanita itu muncul dalam mimpinya. Aroma wangi bunga Padisarah dapat tercium samar. Di samping kaisar wanita itu tersenyum sehangat matahari.
Sering waktu Kaveh bahkan bisa melihat gambaran dimana wanita itu menyuguhkan tari-tarian. Caranya berputar-putar sambil membawa selendang panjang berwarna putih transparan sangatlah elegan dan lembut bagaikan bidadari jatuh dari khayangan.
Hanya kaisar yang menontonnya dan hanya wanita itu yang mempersembahkan tarian untuknya. Sementara seekor siluman rubah berbulu emas menyaksikan semua itu dari pojok ruangan.
Setiap malam Kaveh memimpikan hal yang serupa. Di dalam tidurnya ia seperti di suguhkan sebuah film yang baru selesai ketika siluman rubah mendapatkan ajalnya.
Kaveh adalah siluman rubah tersebut. Setiap saat perannya di dalam mimpi tidak pernah berubah. Dan apa yang dialami si siluman rubah terasa sangat nyata baginya.
Selama setahun lebih Kaveh tersiksa oleh mimpi-mimpi tersebut. Namun siapa sangka mimpi-mimpi yang terus menerus menyiksanya rupanya adalah peringatan baginya.
Kian hari Alhaitam tumbuh semakin lama makin mirip dengan kaisar di dalam mimpinya. Setiap kali bersamanya Kaveh merasakan kerinduan yang bercampur ketakutan. Bersama dengan Alhaitam membuatnya merasa berdosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
False Memories
FanfictionPairing: Alhaitam X Kaveh Summary: Kaveh yakin itu adalah pertama kalinya mereka bertemu. Tetapi bagaimana bisa dia merasa mereka telah saling mengenal? Bahkan dengan percaya diri dia bisa mengatakan kalau dia mengetahui semua hal mengenai anak b...