00. The End of Epilogue

330 45 5
                                    

Kaveh menemukan dirinya di sebuah ruangan berbau obat. Ruangan putih dengan langit-langit tinggi, menyambutnya begitu dia terbangun dari tidur panjangnya.

Apakah dia berada di surga atau neraka? Kaveh tak bisa memastikannya kondisi di sekelilingnya. Anehnya dia masih merasa tenang. Kaveh lantas bangkit dari berbaringnya. Siapa sangka dia akan menemukan seorang pria tampan sedang duduk di kursi tamu sambil memangku seorang anak laki-laki yang mungkin berusia 6 tahunan.

Pria tersebut bersurai panjang. Rambutnya hitam kecoklatan, diikat ke belakang. Saat mereka bertemu tatap. Kaveh mengagumi sepasang mata emasnya yang indah. Pria itu mengeluarkan aura yang lembut dan anggun, tetapi juga berwibawa. Tanpa Kaveh sadari ia menatapnya terlalu lama. Kulit wajahnya langsing merona dan panas ketika pria itu memberinya senyuman ramah.

"Ah. Akhirnya kau bangun juga," ujar pria tersebut. Suaranya tenang dan mengalir bagaikan air. "Selama sebulan penuh jiwamu terjebak di jembatan perantara hidup dan mati. Terlihat jelas kalau kau enggan bereinkarnasi.."

".....jadi. Aku masih belum mati?" tanya Kaveh seraya melihat kedua telapak tangannya sendiri. Dia seorang seniman yang sering menggunakan tangannya untuk menggambar. Dia tersenyum lega melihat bekas-bekas kerja kerasnya masih nampak jelas.

"Bersyukurlah kau masih hidup. Untungnya direktur Hu mau bekerja keras untuk menuntunmu kembali," jawab pria itu lalu menurunkan anak di pangkuannya. "Jalanmu masih panjang. Apa gunanya mencari kematian?"

".....aku tidak bunuh diri," jawab Kaveh. "Jangan mengatakan seolah-olah aku sengaja---"

"Tapi kau memang sengaja. Di kehidupan yang sebelumnya, dan juga di kehidupan ini. Kau dan siluman rubah masih suka melakukan pengorbanan yang tak perlu."

Walaupun Kaveh merasa aura pria ini bukanlah aura orang biasa. Tapi Kaveh masih dibuatnya tertegun, setelah pria itu berkata seolah selama ini ia selalu mengamati setiap gerak-geriknya.

"Aku cuma berusaha memenuhi janjiku. Kali ini aku beruntung, mungkin karena Dendro Archon mengasihaniku."

Pria itu menghela nafas. "Walau kau reinkarnasi siluman rubah. Tetapi bukan berarti kau memang siluman rubah itu. Kau tidak perlu menganggap apa yang kau ingat sebagai kewajibanmu," ujarnya lalu mengelus puncak kepala Kaveh. "Lihat. Seperti aku dan anak itu," tunjuknya pada anak laki-laki bersurai orange. "Percaya atau tidak. Sebenarnya di kehidupan anak itu sebelumnya. Dia adalah kekasihku, suamiku yang tak bisa kutemani sampai dia tua."

"Aku tidak seperti kalian manusia. Aku tak berusia dan juga tak menua. Begitu aku mengetahui kekasihku terlahir kembali menjadi seorang anak yatim piatu. Aku mengadopsinya...."

"Tetapi aku tak pernah berharap. Anak ini akan mencintaiku seperti suamiku mencintaiku dulu. Sekarang aku cuma ingin menjadi ayah yang baik untuknya."

Kaveh hanya bisa tercengang. Dia tak menyangka masih ada lagi orang yang bernasib lebih tragis darinya. Pria di hadapannya ini jauh lebih bijaksana dan tegar.

Kaveh pun tak ingin berargumen dengannya. Masalah ini tidak punya  jawaban yang benar atau salah.

"Aku mengerti," jawab Kaveh sambil mengangguk. "Lalu? Ini dimana? Apakah ini rumah sakit?" tanyanya lalu kembali mengamati sekitarnya.

"Iya. Tadi aku sudah menghubungi suamimu. Sebentar lagi dia akan datang menjemputmu...."

Kaveh mengerutkan dahinya. "Suamiku?" tanyanya. "Tuan. Sepertinya kau salah----"

Belum sempat Kaveh menjelaskannya. Pintu tiba-tiba terbuka, diikuti suara cepat langkah kaki. Seseorang datang buru-buru memeluknya.

"Al-alhaitam?"

Si empunya nama tersenyum padanya. Dia membantu Kaveh turun dari ranjang.

"Kaveh. Pulanglah bersamaku...."

Setelah apa yang terjadi. Kaveh masih ragu, dia tak langsung menerima uluran tangan Alhaitam. "A-aku...." gumamnya sambil menggengam tangannya.

Melihat Kaveh yang murung. Alhaitam butuh memutar balik otaknya. Setelah pengalaman mengerikan yang mereka alami. Mana mungkin dia bisa melepaskan Kaveh?

"Kaveh. Pulang dan menikah lah denganku...."

Sekarang apa yang dilanturkan Alhaitam!? Kaveh langsung mendongak dan meneriakinya, "A-apa yang k-kau katakan pada seseorang yang baru saja siuman!!?"

Tetapi Alhaitam tetaplah Alhaitam. Pria besar itu masih tak mengindahkan ocehannya. Entah bagaimana Kaveh mengeluh dan mengomel. Alhaitam menggendongnya pulang secara paksa.











...

Semenjak hari itu. Setiap pagi Kaveh selalu di sapa dengan lamaran Alhaitam.

Kaveh tidak pernah menjawab lamarannya. Dia selalu mengalihkan pembicaraan sambil tertawa canggung.

Tetapi Alhaitam pun tak pernah menyerah. Dia akan selalu melamar sampai Kaveh bersedia menerimanya.

Suatu hari nanti mereka berdua pasti akan bersatu seperti harapan sang putra mahkota-----Mehrak. Walaupun kini wujudnya bukan lagi seorang anak campuran yang lahir dari cinta kaisar dan siluman rubah.

Setidaknya Mehrak datang ke dunia untuk menemani ibunya. Setiap kali Kaveh kabur dari lamaran rutin Alhaitam. Mehrak selalu terbang mengikutinya sambil membentuk wajah tersenyum dengan lampunya.

Kaveh tidak mengingat anak mereka. Tapi Alhaitam selalu mengingatnya. Entah kapan dia bisa memberitahunya, dan bagaimana reaksinya setelah mengetahui kebenarannya.

Di lain waktu, di lain cerita. Pasti masih ada kesempatan untuk mereka memulai hidup baru.



End of Epilogue 

False MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang