07. Umbrella

5.4K 685 91
                                    

NASKAH YANG TERSEDIA DI WATTPAD MERUPAKAN NASKAH YANG BELUM PERNAH DI REVISI, MASIH TERDAPAT BANYAK KESALAHAN TERMASUK ADA BEBERAPA KATA ATAU NARASI YANG KURANG NYAMAN DI BACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

NASKAH YANG TERSEDIA DI WATTPAD MERUPAKAN NASKAH YANG BELUM PERNAH DI REVISI, MASIH TERDAPAT BANYAK KESALAHAN TERMASUK ADA BEBERAPA KATA ATAU NARASI YANG KURANG NYAMAN DI BACA. VERSI BUKU NOVEL ADALAH VERSI TERBAIK DAN LENGKAP.

~~~

TOLONG VOTE SEBELUM MEMBACA



🛠️🛠️🛠️

Sudah terhitung satu pekan sejak Ibu Sera pulang dari rumah sakit, lalu sudah terhitung dua pekan sejak Varlenzo memeluk Alvira untuk yang kedua kali. Ya, gadis itu beru menyadari bahwa sebelum itu Varlenzo telah sempat memeluk dirinya—bahkan melindungi seluruh tubuhnya saat kecelakaan tunggal yang mengingatkan kembali dirinya di masa lalu yang tragis.

Sore nanti jadwal kontrol Ibu Sera ke rumah sakit, Alvira tengah frustrasi memikirkan bagaimana caranya mereka pergi. Bibi Yumi masih bekerja dan pasti pulang malam, tidak mungkin membawa ibunya ke halte bus—itu sangat jauh, lalu jika memesan taxi online sejujurnya Alvira belum mampu juga belum berani, bagi orang lain mungkin ini hal yang sangat sepele, tetapi bagi Alvira ini begitu menyesakkan.

"Kecuali Varlenzo yang mengemudi, aku mau." Tanpa di sadari, Alvira melanjutkan pikirannya dengan perkataan.

Alvira berjalan menuju kamar ibunya dengan satu piring hidangan juga sebotol air minum yang ia bawa. Gadis itu duduk di tepi ranjang, terpaksa membangunkan ibunya yang tengah tidur pulas. "Bu, bangun... Ibu harus makan!" tangannya menepuk pelan lengan ibunya diiringi suara yang tercipta begitu lembut.

Mata sayu yang perlahan mulai terbuka tampak sekali lelah dan pilu. Ibu sera meraih tangan putrinya dengan perlahan juga sedikit gemetar payah kala ingin menyampaikan sesuatu lewat bahasa isyarat. "Kenapa kau menjual motor? Itu pemberian dari ayahmu, hanya itu yang tersisa dari semua peninggalannya...."

Alvira tersenyap sejemang, menelan salivanya dengan gugup. Lalu memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan ibunya dengan jujur. "Aku harus menjualnya, Ibu harus sembuh dan kembali sehat."

Ibu Sera menggeleng pelan bersama air mata yang tak terasa menitik begitu hangat nan perih. "Seharusnya kau membawa Ibu ke rumah sakit yang biasa saja, nanti juga akan sembuh sendiri."

"Lebih baik aku kehilangan banyak harta dari pada harus melihat Ibu sakit seperti ini...."

"Tapi itu kado ulang tahun terakhir dari ayahmu, kau yakin tidak akan menyesal telah menjualnya?"

Ada sayatan di hatinya yang menciptakan rasa perih yang begitu dalam saat menangkap kalimat yang di utarakan ibunya. "Jika Ayah masih bersama kami di sini, lalu ekonomi kita tercipta seperti sekarang, maka Ayah akan melakukan hal yang sama sepertiku."

VARLENZO: Wound Healer [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang