Prolog

31.1K 1.4K 7
                                    

Tak biasanya Ririn pulang dari kampus larut malam. Biasanya ia pulang pukul 18.00 dan kini benda mungil yang melingkar di tangannya sudah menunjukkan pukul 22.00. Karena program konsultasi di kampusnya sebagai program tahunan bagi mahasiswa psikologi menuntutnya untuk pulang lebih lambat dari biasanya. Ia sangat asing dengan semua ini,sebagai anak perempuan ia tidak suka keluar malam. Jalan ibukota walau malam begini masih sangat ramai. Setidaknya Ririn sedikit lega karena jalan masih ramai. Namun semuanya berubah saat Ririn mulai memasuki lorong yang menuju ke arah rumahnya. Lorong yang gelap,sunyi dan sepi. Ia melangkahkan kakinya dengan perasaan was-was.

Tiba-tiba seseorang menabraknya dari belakang. Sepertinya orang itu sedang terburu-buru dan berlari terbukti dengan Ririn yang sampai terjatuh.
"Maaf,saya tidak sengaja" terdengar suara seorang pemuda yang membantu Ririn untuk bangkit. Belum sempat Ririn berdiri dengan baik ada seseorang yang berteriak ke arah mereka "Hey,kamu tunggu. Jangan lari!!" segerombolan pria dengan benda-benda tak jelas digenggamannya. Lelaki yang menabrak tadi kemudian menyeret Ririn untuk ikut berlari. Bagaikan anak anjing yang dibawa jalan-jalan oleh majikannya,Ririn mengikuti lelaki yang ia tidak kenal dan tidak tahu mereka hendak kemana. Kemudian mereka memasuki sebuah toilet umum di persimpangan 4 lorong.

"Ka...mmmptt" belum sempat Ririn bertanya mulutnya sudah dibekap oleh lelaki itu.

"Sttt,jangan ribut kalau kamu ingin selamat" bisik pemuda tersebut.

Ririn hanya menurut. Tidak lama segerombolan orang-orang tadi sampai di tempat mereka.

"Mereka kemana?" tanya seseorang dari mereka.

"Mungkin dia ke sana" jawab orang yang lain lagi.

"Kita berpencar saja" usul yang lain. Langkah mereka sangat jelas terdengar meninggalkan Ririn dengan lelaki aneh itu.

Lelaki itu melepaskan tangannya dari mulut Ririn membuatnya dapat bernapas dengan lega. Lelaki itu membuka pintu toilet dengan sangat hati-hati dan melihat kesana-kemari untuk memastikan keadaan. Saat dia yakin bahwa orang-orang tadi telah jauh ia meraih tangan Ririn dan keluar dari toilet itu.

"Kamu siapa?" tanya Ririn ragu-ragu.

Pemuda tersebut melirik Ririn yang agak takut. Wajah Ririn tampak jelas disinari lampu jalan. Dengan jelas Ririn juga melihat bahwa pemuda di hadapannya, ketakutan Ririn semakin menjadi-jadi saat ia melihat segores luka di pelipis pemuda tersebut yang mengeluarkan darah segar. Menyadari tatapan mata Ririn yang tertuju pada pelipisnya ia segera menarik tangan Ririn.

"Aku antar kamu pulang" kata lelaki itu. Ririn berhenti.

"kamu siapa?" Ririn mengulangi pertanyaannya sekali lagi.

Tapi sepertinya pemuda tersebut sepertinya tidak senang dengan pertanyaan Ririn. Ririn hanya diam dan mengikuti langkah pemuda tersebut yang agak cepat.

"Emangnya kamu tahu rumahku?" tanya Ririn.

"Tidak, di mana?" tanya lelaki tersebut tanpa mengurangi kecepatan langkahnya.

"Di sana,di persimpangan lorong, sebelah kanan" ucap Ririn sambil menunjuk ke arah persimpangan lorong.

"Trimakasih sudah mengantarku" kata Ririn. Pemuda itu hanya tersenyum hendak kembali.

"Eh, tunggu!" Ririn menghentihkan langkah pemuda tersebut. Pemuda itu hanya menoleh.

"Kamu mau mampir? Biar aku obati lukamu setidaknya untuk mengurangi pendarahannya" ajak Ririn. Pemuda tersebut menimbang ajakan Ririn. Ia pun setuju.

Ririn tinggal sendirian. Orang tuanya tinggal di kota yang jauh dari kampusnya, jadi Ririn lebih memilih tinggal di rumah mereka dahulu. Kini seluruh tubuh pemuda tersebut sangat jelas di mata Ririn. Ada banyak noda darah di pakaiannya yang kaos oblong putih. Ririn segera mengambil kotak P3K dan mengobati luka pemuda itu. Setelah selesai pemuda itu berdiri.

"aku pulang".

Ririn mengangguk. Pemuda itu pergi meninggalkan rumah Ririn.

Ririn tidak bisa tidur karena kejadian itu. Ia masih kaget dengan kejadian malam itu. Gimana nggak kaget tiba-tiba ia bertemu dengan pemuda yang dikejar-kejar orang plus nggak dikenal. Di tambah darah di pakaiannya. Ririn mulai takut "mungkin pemuda itu pembunuh? Kenapa aku mau menurut aja sih! Astaga, untung aku nggak diapa-apain sama dia" gumam Ririn.

Nb: siapa kira-kira pemuda misterius yang bertemu dengan Ririn? Penasaran? Silahkan baca part berikutnya. Di part berikutnya akan di ceritakan siapa sesosok pemuda misterius itu. :)

Please your comment and vote ;)

Love For PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang