Unexpected Meeting

16.6K 967 31
                                    

"Kamu kenapa sih muram amat?" tanya Sasa yang memperhatikan raut wajah Ririn yang tak seperti biasanya.

"Nggak kok. Cuman kesal aja sama Rian"

"Emang Rian kenapa? Gara-gara pertengkaran gak jelas kalian tentang Eldion itu?"

"Ia. Malas aja dia kok nuduh yang nggak-nggak Eldion"

"Itu karena dia sayang sama kamu Rin. Dia nggak mau ada lelaki lain di hatimu"

"Tapi aku nggak suka caranya. Kalau emang dia sayang,kenapa coba ndak dari dulu dia nyatain perasaannya. Dia nggak tahu aku tungguin dari SMP"

"Sabar Rin. Mungkin dia belum menemukan waktu yang tepat"

"Semoga saja begitu"
Ririn dan Sasa melanjutkan perjalanan mereka ke rumah.

Di tengah perjalanan mata Ririn menangkap sesosok pemuda yang tak asing baginya berjalan di dekat mereka.

"Eldion" teriak Ririn dengan melambaikan tangannya.

Eldion menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah sumber suara. Ia melihat dua gadis sedang berdiri di hadapannya. Yang satu sedang semangatnya melambaikan tangan seakan Eldion adalah seorang artis korea. Sedangkan yang satu tengah menatap Eldion. Namun mata Eldion juga mendapati sesosok pria sedang terpaku di belakang kedua gadis itu. Ia hanya mengenali gadis yang memanggilnya. Ia kemudian berlari meninggalkan ketiga fans palsunya.

"Kok lari?" tanya Ririn heran.

"Nggak tahu tuh"

"Kita kejar yuk" ajak Ririn.

Belum sempat Sasa mengeluarkan pendapatnya,tangan Ririn sudah menarik-nariknya.
***
Rian merasa menyesal. Ia sadar bahwa kini Ririn dan Sasa telah pulang meninggalkannya sendirian.
Ia berlari meninggalkan ruangan untuk mengejar kedua gadis itu.

Ia melihat dua gadis sedang berjalan menyusuri bahu jalan dengan santai.

"Ri.."

belum sempat ia memanggil nama Ririn dengan lengkap. Terdengar Ririn memanggil nama seseorang yang sempat membuat mereka bertengkar. Kini Rian kembali berdiri mematung melihat pemandangan yang ia lihat.

Pemuda bernama Eldion itu kemudian berlari disusul oleh Ririn dan Sasa. Rian masih saja berdiri mematung. Tak pernah Rian menjumpai hal seperti itu dilakukan oleh Ririn. Ia merasakan sesak yang teramat sangat dalam hatinya. Seketika itu tubuhnya rebah jatuh ke jalan. Kebencian dalam hati Rian semakin menjadi-jadi.
***
"Kok hilang" kata Ririn sambil menoleh ke kiri dan ke kanan.

"Udahlah Rin. Ngapain sih kita ngejar dia. Dia lari artinya dia nggak mau ketemu sama kita"

"Tapikan.."

"Nggak ada tapi-tapian. Sekarang kita pulang" kini Sasa berbalik menyeret Ririn.

"Tunggu dulu" Ririn meronta-ronta berusaha melepaskan genggaman Sasa.

"Ririn! Kamu kayak anak kecil aja. Malu tahu diliatin orang nanti mereka berpikir aku mau ngapain kamu" protes Sasa.

"Tapi..."

"Dia udah besar Rin. Kamu mau tungguin dia sampai besok? Kenal aja baru hari ini"

"Udah lam..." tiba-tiba Ririn menutup mulutnya.

"Ayo pulang" kembali Sasa mnyeret Ririn. Ririn hanya menurut saja.
***
Seperti biasa Ririn berangkat ke kampus tepat pukul 07.30. Jarak kampus yang tidak terlalu jauh dari rumah Ririn dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Namun ia masih berdiri di depan rumah seakan menunggu seseorang. Ia melirik benda mungil di tangannya. Sudah setengah jam ia menunggu namun sosok yang ia tunggu tidak kunjung datang. Akhirnya ia memutuskan untuk berjalan kaki seorang diri.

Love For PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang