Sweet Moment

13.6K 660 29
                                    

Hari bersejarah bagi sebagian mahasiswa kampus termasuk Ririn Dion Dian dan Sasa. Kini mereka akan mengikuti wisuda. Setelah sekian lama mereka berjuang akhirnya perjuangan mereka tidak sia-sia. Ririn dengan dibalut kebaya berwarna pink yang senada dengan sepatunya. Tampak sangat cantik. Dion dengan kemeja putih ditutupi jas hitam sangat tampan dan mempesona. Setelah ini mereka semua akan berpisah untuk menjalani kehidupan mereka masing-masing. Ririn yang menjadi salah satu mahasiswi berprestasi telah di tawarkan untuk bekerja di negeri kincir angin. Dion yang seorang pewaris perusahaan orang tuanya akan ke Jerman melanjutkan usaha ayahnya diikuti Dian. Mereka akan berpisah.
***
Pagi ini Dian sudah mengosongkan rumahnya. Ia akan pindah,akan tinggal bersama Dion kembali seperti dulu kala.
"Selamat pagi tuan puteri" sapa Dion yang sudah tidak sabar menunggu kedatangan Dian.
Dian hanya tertawa melihat tingkah laku kakaknya. Dian mengangkat barang-barangnya ke kamar di bantu oleh para pelayan.
Ponsel Dion berbunyi.
"Halo. Ada apa Rin?" tanya Dion
"Bisakah kita bertemu? Sore ini?"
"Tentu. Aku akan menjemputmu"
Dion menutup telfonnya dengan raut wajah yang gembira.
"Kenapa?" tanya Dian penasaran.
"Aku akan bertemu dengannya"
"Hanya berdua?"
"Ya"
"Tanpa mengajakku. Kalian jahat!" ucap Dian dengan memonyongkan bibirnya.
"Baiklah"

"Pipp" klakson mobil berbunyi di depan rumah Ririn. Ririn segera berlari dari rumah dengan mambawa sebuah kotak makanan.
"Dion. Kok ada Dian" tanya Ririn.
"Dia merengek-rengek ingin ikut jadi aku membawanya"
Ririn tersenyum pada mereka berdua tanda ia tidak keberatan.
"Kita mau kemana?" tanya Dion.
"Ke pantai"
Mereka berjalan ke arah pondok yang pernah mereka tempati duduk berdua. Mereka menatap matahari yang tidaj terlalu panas yang mulai berjalan ke arah barat.
"Kapan kau akan pergi?" tanya Dion.
"Kemana?"
"Bukankah kau akan ke Belanda?"
"Untuk apa?"
"Kau akan bekerja di sana kan?"
"Tidak"
"Why?"
"Karena aku punya pasien yang hrus aku dampingi setiap saat" kata Ririn dengan senyuman mengejek.
"Baguslah. Aku juga tidak akan ke Jerman"
"Kenapa?"
"Karena aku sedang berobat"
Ririn tersenyum padanya. Dion kemudian mengambil sesuatu dalam sakunya.
"Apakah kau ingin bahagia denganku" Dion menyerahkan sebuah cincin permata untuk Ririn.
Ririn terkejut melihat Dion di hadapannya.
"Ia. Aku mau" jawab Ririn penuh bahagia.
"Aaaa" teriak Dian
Ririn dan Dion melihat ke arah Dian. Tampak seorang lelaki menarik tangan Dian. Mereka berlari menuju Dian.
"Ada apa?" tanya Ririn.
"Dia memaksaku mengikutinya"
"Kurang ajar belum tahu siapa aku" ucap Dion dengan tatapan ingin membunuh.
"Dion ndak boleh" ucap Ririn memberi peringatan sambil berkacak pinggang.

Nb:ceritanya udah selesai:) maaf jika ada yang salah sama jika ada yang kalian nggak suka. So happy reading.

Jangan lupa baca juga novelku "je t' aime"

Love For PsychopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang