Di sebuah sudut ruangan yang penuh dengan rak-rak buku yang menjulang tinggi dihiasi dengan lampu remang-remang, Eldion tengah duduk menatap sesuatu yang berada pada genggamannya. Ia menggenggam sebuah perban berwarna coklat tua karena noda darah yang telah mengering.
Sepanjang hari ini ia hanya duduk memperhatikan perban itu. Seakan perban yang indah sehingga tak bosan-bosannya ia memandanginya. Namun bukan perban yang indah melainkan sosok wanita yang memberikan perban itu. Memorinya akan kejadian malam itu kini terputar kembali. Dengan senyuman ia mengenang masa itu. Saat pertama kali ia berjumpa dengan Ririn. Saat kejadian itu, pertemuan dengannya sering terjadi seperti telah direncanakan. Hingga mampu membuat suatu getaran saat melihat Ririn. Bahkan Dion tak tahu apa yang telah ia rasakan.
Setelah sekian lama memperhatikan perban itu, ia teringat bahwa sudah seminggu ia tidak mengunjungi Eldian,adik kembarnya yang kelahirannya hanya beda 5 menit. Ia beranjak dari tempat duduknya namun sebelum itu ia menyimpan perbannya dalam sebuah kotak kaca.
"Tom.." Dion memanggil salah satu pegawainya.
Tidak perlu menunggu terlalu lama Tom sudah datang mendapatkan tuannya.
"Ada apa tuan?"
"Siapkan mobil. Aku akan ke rumah Dian" perintah Dion.
"Baiklah" Tom pergi meninggalkan tuannya.
Dion melangkahkan kakinya keluar dari rumah yang begitu besar bagaikan istana. Di depan rumah sudah ada mobil yang menunggunya. Ia memasuki mobil dan melaju. Ia menghentikan mobilnya tepat di sebuah toko bunga. Ia selalu membawakan sebuket bunga untuk kembarannya. Ia juga berhenti di sebuah toko kue sekedar untuk membeli kue kesukaan adik perempuannya.
"Tok..tok.." bunyi pintu di ketuk.
Sesosok wanita paruh baya membuka pintu dan segera memberi hormat untuk tamu nonanya.
"Dimana Dian" tanya Dion pada wanita itu.
"Di kamar tuan"
Segera Dion berjalan ke arah kamar Dian. Ia membuka pintu dan mendapati saudara kembarnya sedang tertidur pulas. Ia mendekati kembarnya dan dengan lembut membelai rambutnya. Namun belaiannya tidaklah lembut karena sanggup membangunkan kembarannya dari tidur nyenyaknya.
Mata Dian perlahan ia buka saat menyadari seseorang telah menyentuh kepalanya.
"Ada apa ke sini" tanyanya ketus.
"Menurutmu? Tentu untuk melihatmu"
"Aku bukan anak kecil yang harus selalu kamu jaga"
Dion hanya diam mendengar pernyataan Dian.
"Aku membawakanmu sebuket bunga dan kue kesukaanmu"
"Aku tidak perlu itu. Yang ku perlu kasih sayang mu sebagai kakakku"
"Apakah yang ku lakukan selama ini belum cukup untuk menunjukkan kasih sayangku?"
"Itu bukan sayang. Kakak mengekangku. Orang yang dekat denganku selalu kakak bunuh!"
"Aku takut mereka merebutmu dariku"
"Itu karena kakak selalu diam dalam rumah dan tidak mau bergaul"
"Aku sudah bergaul"
"Bergaul dengan mayat"
"Tidak. Dia hidup. Saat bersamanya aku merasakan hal yang lain""Seperti ingin membunuhnya? Kakak memang selalu begitu karena insting membunuh kakak"
"Bukan. Sebuah getaran aneh"
Dian terkejut mendengar kata Dion. Sebuah getaran? Apakah getaran yang selama ini ia rasakan adalah getaran dari kembarnya? Artinya Dion jatuh cinta?
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For Psychopath
RomanceSeorang pewaris perusahaan yang misterius yang juga adalah seorang psikopat. Bertemu dengan mahasiswi psikologi. Benih cinta pun tumbuh di antara mereka. Apakah mereka dapat bersatu? Ataukah mahasiswi tersebut akan menjadi korban keganasan psikopat...