Hari ini Ririn harus berangkat ke kampus lebih awal. Karena tes psikologi yang akan diadakan besok ia harus segera ke kampus menyelesaikan semua keperluan test.
"Rin,kamu udah punya berapa"tanya Sasa.
"Udah 9 orang nih. kamu?"
"Udah 10. Kamu mau nggak? Aku kasih kamu satu deh"
"Lah trus kamunya nggak cukup gitu? Baik banget. Kemasukan apa?"
"Kemasukan malaikat pencabut nyawa"
"Hahaha"
"Mau nggak?"
"Nggak usah. Nanti aku cari sendiri,nggak enak nanti kamu kena marah sama dosen killer lagi"
"Nggak kok! Nanti aku cari yang baru. Kamu mau ya"
"Kamu kenapa sih?" tanya Ririn yang mulai bingung dengan tingkah laku Sasa.
"Aku cuma mau tolong kamu Ri,kamu juga mau kan tolongin aku"
"Maksudnya? Aku bingung!" Ririn semakin bingung.
"Kamu tahu kan Raya?"
"Ya ialah. Emang Raya kenapa?"
"Dia tuh kasih aku 1 calon yang bakalan ikut tes besok. Trus dia suruh aku buat konsultasi dengannya"
"Trus masalahnya apa?"
"Masalahnya mahasiswa yang diberikan Maya tuh anak mahasiswa hukum"
"Trus? Kamu jelaskan yang bagus dong. Nanti malah akunya nggak ngerti" protes Ririn.
"Kamu nggak tahu? Sepanjang test psikologi wajib diadakan di kampus kita ini,tidak ada mahasiswa hukum yang masuk ke dalam daftar. Hanya pernah satu kali, tapi mahasiswa hukum itu gila. Ia membunuh mahasiswa psikologi yang berhadapan dengannya dengan membabi buta. Katanya jika ada mahasiswa hukum yang masuk dalam daftar tes psikologi itu artinya dia benar-benar nggak beres"
"Itukan dulu, emangnya kamu pernah liat?"
"Nggak sih"
"Trus? Kamu parno deh"
"Biarin. Kamu mau nggak?"
"Mana kasih aku kalau kamu nggak mau"
"Makasih Rin" .
"Emangnya namanya siapa?"
"Eldion"
"Anak hukum ya?"
"Iya,aku pergi dulu ya"
Sasa meninggalkan Ririn di ruang kuliah sendirian. Ririn jadi penasaran dengan semua perkataan Sasa tentang mahasiswa hukum yang pernah masuk dalam daftar nama tes psikologi.
"Emangnya ada apa dengan mereka. Mungkin kebetulan aja mahasiswa itu dalam keadaan stres" gumam Ririn yang tanpa ia sadari sesosok pemuda memperhatikannya dari pintu.
"Mereka siapa?" Pertanyaan yang mampu membuat Ririn terperanjat dari tempat duduknya.
Ia menoleh ke arah sumber suara. Ia mendapati Rian sedang berdiri di pintu.
"Eh,tidak kok" jawab Ririn. Rian memasuki ruangan Ririn dan duduk tepat di hadapannya.
"Rin,jangan bohong!"
"Nggak kok! Aku cuman kepikiran aja sama kata-kata Sasa tadi"
"Emangnya Sasa ngomong apa?"
"Dia bilang kalau selama test psikologi pernah diadakan. Nggak pernah ada anak mahasiswa hukum yang masuk dalam daftar,pernah sih sekali tetapi ia membunuh mahasiswa psikologi yang berhadapan dengannya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love For Psychopath
RomanceSeorang pewaris perusahaan yang misterius yang juga adalah seorang psikopat. Bertemu dengan mahasiswi psikologi. Benih cinta pun tumbuh di antara mereka. Apakah mereka dapat bersatu? Ataukah mahasiswi tersebut akan menjadi korban keganasan psikopat...