PENGGALAN 38

1.3K 77 2
                                    

"Anda berencana membawa wanita aneh itu dari menara Marquiss Gracia?" Tanya Ray, ia kaget setelah mendengar pernyataan Arthur yang berencana menculik wanita bernama Chloe itu dari menara Marquiss Gracia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anda berencana membawa wanita aneh itu dari menara Marquiss Gracia?" Tanya Ray, ia kaget setelah mendengar pernyataan Arthur yang berencana menculik wanita bernama Chloe itu dari menara Marquiss Gracia.

Arthur mengangguk tanpa memasang ekspresi wajah kaget, "akan lebih mudah kita mengintrogasi nya saat berada di ruang bawah tanah ini," jawab pria itu sambil meraih batang cerutu.

Ray mengernyit ia ingin protes akan rencana sang tuan tapi melirik wajah Arthur yang senyam-senyum sendiri membuatnya mengurungkan niat saking merasa tak aman, "akan sulit melakukannya pangeran, saya dengar Marquiss Gracia meningkatkan penjagaan di menara tersebut."

Arthur terkekeh, "tak ada yang sulit bagiku, mereka hanya segerombolan kerikil kecil yang menghalangi jalanku," ujarnya lalu mengisap cerutu tersebut.

Ray yang kembali ingin membuka mulut mengurungkan niat tersebut begitu suara ketukan pintu mulai terdengar, terlihat pegangan pintu bergerak dan perlahan di tarik.

"Maaf atas keterlambatan saya yang mulia," ucap wanita berambut merah tersebut.

Ray berdecak, "ku pikir siapa tadi ternyata kau Sherlly."

Sherlly memasang senyum simpul melihat Ray yang tampak kecewa akan kedatangan, "aku rasa kau berharap tadi itu yang datang adalah penyusup," balasnya sambil memberikan sebuah kertas ke atas meja Arthur.

"Apa ini?" Tanya Arthur.

"Informasi akan kunjungan utusan dari kerajaan Meliza," jawab Sherlly sambil menghenyakkan badannya ke bangku sebelah Ray berada.

Ray mengangkat satu alisnya heran, "kunjung!? Ku dengar kerajaan Meliza sangat sensitif sampai mengabaikan beberapa kerajaan kecil lainnya, apa yang membuat mereka ingin datang ke kerajaan ini?" Celoteh pria itu tampak tak senang.

Arthur menaruh cerutunya ke atas sebuah asbak, "bukankah sudah jelas," sahutnya membuat mereka menoleh ke sana, "ingin menentukan pilihan siapa yang akan menjadi raja selanjutnya di kerajaan Cerelia ini, apakah aku atau Albert,"

Mereka tampak langsung paham akan maksud Arthur, kunjungan utusan kerajaan Meliza tersebut bisa menjadi penentu pewaris tahta selanjutnya, jika Arthur berhasil mendobrak Albert dari posisi putra mahkota maka ia memiliki kesempatan lebih besar lagi untuk menjadi raja kerajaan Cerelia selanjutnya.

"Ah! Benar juga, saya dengar tadi ratu mengundang putri ke istananya," ujar Sherlly membuat kedua pria disana terkejut.

"Putri?"

"Ratu?"

Sherlly mengangguk, "saya tak tahu tujuan dari undangan tersebut tapi putri terlihat lesu keluar dari istana ratu tadi," sambungnya memberikan penjelasan kepada mereka.

Arthur mengerutkan keningnya, ia tak menyangka sang ibu akan secepat itu mengambil tindakan. Sampai sekarang pun ia sama sekali tak paham akan keputusan sang ibu yang tak mengijinkan dirinya untung menjadi pewaris tahta dan selalu menghalangi dirinya setiap ada kesempatan.

Dia Putri Bayangan [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang