Kimbab

185 36 5
                                    

"Yak hoobae! Kemarilah"

Suara remaja perempuan yang sedang memanggil seorang remaja laki-laki terdengar di luar sebuah bangungan dengan beberapa lantai.

Walau dengan sedikit ragu, remaja yang dipanggil itu tetap mendekat.

"Tolong bantu aku, eoh?"

Entah kenapa remaja laki-laki itu hanya diam saja. Seakan terpaku pada sesuatu yang tidak dimengerti.

"Yak, apa kau baik-baik saja?"

"Ah i-iya, ada apa sunbae?" Suaranya terdengar sedikit gugup.

Remaja perempuan itu menghela nafas kasar seakan ada beban berat yang sedang dia pikul. Membuat si remaja laki-laki itu sedikit heran.

"Kau tahu kan, perusahaan selalu menyuruh kita untuk berlatih setiap hari? Begitu pula aku dan teman-temanku, kami pun selalu berlatih dengan keras dan mendengarkan kata manajer oppa. Sekarang aku tanya padamu, apakah menurutmu latihan itu tidak perlu energi?"

Dengan malu-malu si pemuda menjawab pelan, "T-tentu perlu sunbae,"

"Nah, kau benar sekali. Kalau begitu tolong belikan aku kimbab, ne?" Ucapnya tanpa basa-basi lagi.

Membuat si pemuda sedikit tersentak.

"Kenapa tidak sunbae sendiri yang membelinya?"

Mata si remaja perempuan sedikit melotot,

"Karna kami disuruh diet oleh manajer oppa dan kalau aku yang membeli sendiri nanti akan ketahuan. Kami pasti akan diberi hukuman."

"Kau tidak kasihan pada kami? Aku dan teman-temanku sangat kelaparan, latihan kami jadi tidak maksimal karna energi kami sudah habis,"

Bisa saja sunbae satu ini merayu agar keinginannya terpenuhi.

"Baiklah sunbae, apa yang harus ku beli?"

Si perempuan tersenyum dan hampir memekik girang.

"Ini uangnya. Tolong belikan lima kimbab tuna, di tempat ahjumma yang ada di ujung jalan sana saja."

"Baiklah."

Si pemuda mengambil uang itu dan hendak pergi namun tangannya dicekal oleh perempuan itu.

"Jangan sampai ketahuan ya, jebal. Aku tunggu didekat tangga itu. Terima kasih hoobae."

Remaja perempuan itu segera berlari dan menghilang di belokan tangga yang tadi sempat dia tunjuk.

Katanya ingin bersembunyi sebentar dari sang manajer sembari menunggunya kembali membawakan pesanan kimbab tuna.

.
.
.
.
.
.


Sehun duduk sendiri di depan televisi yang saat ini sedang menyiarkan laporan cuaca terkini.

Namun agaknya dia sendiri tidak fokus pada layar besar di hadapannya itu karena baru saja ingatannya terlempar pada beberapa tahun belakang.

Jika diingat lagi, kejadian ketika Soojung menyuruhnya untuk membelikan kimbab saat itu tidak pernah gagal membuat Sehun tersenyum.

Sehun yang merupakan seorang pemalu dengan patuhnya menyanggupi permintaan Soojung saat itu.

"Hei, apa yang sedang kau pikirkan Oh Sehun?"

Tiba-tiba saja Sehun merasakan pelukan di lehernya dan suara wanita yang ada dipikirannya itu seketika menginterupsi kegiatan Sehun yang sedang bernostalgia mengingat masa-masa ketika mereka masih belum dekat seperti sekarang.

Idol's LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang