Prologue

1.7K 81 3
                                    

Dari balik tirai yang tersingkap, bisa ku lihat angin disertai hujan menerpa tirai berwarna coklat muda itu hingga airnya bercucuran mengenai nakas yang tepat berada didepan jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari balik tirai yang tersingkap, bisa ku lihat angin disertai hujan menerpa tirai berwarna coklat muda itu hingga airnya bercucuran mengenai nakas yang tepat berada didepan jendela. Tak ketinggalan dengan riuh badai serta suara petir yang menyuar hingga menembus dinding flat sederhana yang ku tempati. Padahal sejak pagi hingga siang tadi cuaca terlihat cerah, tidak ada tanda-tanda akan datang badai.

Mungkin itu adalah suasana yang kini tengah menderaku, seolah ia mendukung segala kehancuran atas diriku hari ini. Ingat sekali tadi pagi aku berangkat bekerja dengan semangat yang menggebu tak lupa tersenyum dan bisa kuingat pula alunan tutur kata yang terdengar ceria pada setiap orang yang aku kenali dijalan tapi siapa sangka bak dihempas begitu kejamnya berubah menjadi rintihan pilu yang menyesakkan. Duduk terkulai lemas bersandar disamping ranjang, air mata yang masih setia turun membasahi pipi, bercak ungu disepanjang kulit, serta darah dibawah sana yang sudah mengering, aku bersusah payah walau berjalan tertatih-tatih untuk pulang dari tempat awal ciptanya nerakaku. Mengabaikan cibiran orang tentang keadaanku yang terlihat seperti pelacur.

Mengingat kembali kejadian beberapa jam lalu yang terus menguras kewarasanku. Menarik rambut sendiri hingga banyak yang rontok tanpa bisa merasakan sakit, karena tak lebih besar dari harga diri yang diinjak-injak tanpa belas kasih.

"AKU INGIN MATI SAJA!" Teriakku frustasi.

"Aku membencimu, aku-membencimu dan di-ri-ku" lirihku.

Siapa pula yang akan mendengar piluku walau berteriak tak akan ada satu orang pun yang akan datang merengkuh dan menyampaikan belas kasihnya. Siapa yang akan datang padaku yang sedari bayinya sudah dibuang dipanti asuhan tanpa belas kasih oleh orang tuanya.

Jadi kuanggap saja tidak akan ada belas kasih untukku karena aku dilahirkan tanpa belas kasih.

Tapi kali ini bolehkah rengkuh aku? Bahkan untuk belas kasih pun tak apa. Tidak, aku bukan serendah itu untuk meminta belas kasih seseorang tapi bukankah kalian kejam sekali membiarkan aku menderita sendirian seperti ini?

Andai aku tidak mengiyakan permintaan Nyonya Hwang untuk membantunya membersihkan apartemen anaknya, aku tidak akan berakhir begini bukan?

Bahkan setelah melakukan hal menjijikan itu, Pria itu masih bisa tersenyum dengan liciknya. Seolah menghinaku yang sudah terlihat hina sekali.

"Lalu apa sekarang? Tidakkah lebih baik mati saja?"

Itu adalah pikiranku sebulan yang lalu sebelum aku melihat dua garis disebuah alat tes kehamilan yang baru saja aku gunakan kemarin pagi.

Positif.

Aku semakin kalang kabut dibuat kenyataan. Pria bajingan itu bahkan tidak datang untuk bertanggung jawab bahkan sekedar maaf pun tidak.

Tidak mungkin aku membunuhnya, bayiku tidak bersalah. Bukankah aku Ibu yang jahat karena sudah membiarkannya hadir namun dengan sadisnya ingin melenyapkannya begitu saja.

Berusaha berfikir positif ditengah riuh yang terus menghajar isi kepala. Aku lantas mengambil sisi baiknya.
Dulu, aku pernah meminta pada Tuhan agar tidak lagi membiarkanku kesepian karena sendiri.

Jadi apakah bayiku adalah jawaban dari Tuhan setelah kesedihanku puluhan tahun ini?

Pagi ini aku yang sedang mengalami morning sickness mendadak tersentak saat mendengar suara ketukan dari pintu flatku. Setelah membasuh muka, aku segera melangkahkan kaki untuk membuka pintu.

Namun aku semakin tersentak saat mendapati Bibi Hwang dan anaknya, pria brengsek yang sudah memperkosaku sebulan yang lalu.

Aku hendak menutup pintu tak menerima kedatangan mereka yang ku pikir sudah sangat terlambat.

"Nak, biarkan kami masuk dulu. Kita bicarakan ini baik-baik"

'Bicarakan baik-baik katanya? Setelah anak kurang ajarnya ini merenggut bagian terpenting dari hidupku tanpa sesal?'

'Bicarakan baik-baik katanya? Setelah anak kurang ajarnya ini merenggut bagian terpenting dari hidupku tanpa sesal?'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nah, gimana nih sama prologue nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nah, gimana nih sama prologue nya. Udah ada gambaran ini alurnya bakal gimana?
Jangan lupa untuk vote dan tulis komentar sebanyak-banyaknya ya.
Terima kasih sudah disini 💜

Not A Mistake || Jungkook || Belum RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang