06. Hukuman yang tak setimpal

181 27 0
                                    

Yuhuu, kembali lagi dengan ceritaku. Jangan lupa vote dan komen, karena itu sangat berarti bagi saya.

..

Brak

Tubuh Leana di lempar dengan kasar kelantai, hingga membuat Leana memekik kesakitan. Sungguh Tristan tidak punya hati, dia sama sekali tidak ada rasa kasihan terhadap Leana.

"Aww," ringis Leana.

"Sakit Tristan, bisa pelan pelan gak? Ini benaran sakit," ucap Leana sambil mengelus bokongnya yang terbentur keras kelantai.

Tristan tidak peduli dia berjalan menuju kamar mandi untuk sekedar membersihkan diri dan menenangkan diri, dia tidak ingin kelewat batas bisa bisa dia membunuh Leana tanpa sadar.

Leana yang melihat Tristan masuk ke kamar mandi pun bernafas lega karena dia bisa selamat beberapa saat, "Tristan pasti tau soal tadi, tapi dari mana ya Tristan tau? Kan di ruangan itu cuman ada aku sama Varel" guman Leana sambil mencoba berdiri, dia berjalan menuju sofa yang ada di kamar Tristan.

Terlalu larut dengan pikirannya sampai sampai Leana tidak sadar kalau ponselnya berbunyi, Leana mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menelponnya.

Ternyata yang menelpon Leana adalah Deigo, sudah tiga kali Deigo menelpon Leana namun tidak di angkat karena Leana masih kesal kepada Deigo jadi dia memutuskan untuk tidak mengangkat telponnya.

"Dih? Apaan banget nelpon nelpon, tadi aja ku telpon gak di angkat. Jangan berharap deh aku bakal angkat telpon mu, ketos bajingan!" batin Leana sambil mematikan ponselnya agar tidak ada lagi telpon dari Deigo.

Cklek

Pintu kamar mandi terbuka menampilkan Tristan yang keluar hanya menggunakan celana pendek tanpa atasan, dia berjalan menuju Leana yang sedang duduk di sofa dengan badan yang sedikit bergetar karena ketakutan.

"Leana." panggil Tristan dengan nada sedikit membentak.

Tristan berdiri di depan Leana, dia menatap tajam Leana yang sudah sangat ketakutan, "Kalau gue panggil jawab, bangsat!" bentak Tristan yang membuat Leana tambah ketakutan.

Badan Leana bergetar kuat dia sungguh takut sekarang, demi apapun Tristan sangat mengerikan jika sudah marah. Walaupun takut Leana mencoba menatap Tristan, matanya berkaca kaca siap untuk menangis.

Melihat Leana yang ingin menangis membuat Tristan makin semangat untuk menyiksanya, "Ngapain nangis? Lo pikir gue bakal kasian, enggak Leana." ujar Tristan sambil mencengkram pipi Leana dengan keras, Leana meneteskan air mata yang dari tadi ia tahan.

Tristan mengelurkan smirk andalannya saat melihat Leana yang menangis, sungguh pemandangan yang indah baginya. "Nangis? Dasar lemah, tapi lo kira gue bakal luluh? Jangan harap Leana." hina Tristan, dia masih mencengkram pipi Leana.

"T-tristan...." panggil Leana dengan suara bergetar karena menahan sakit dan ketakutan.

"L-lepasin...."

"Sakit, Tristan. Ini sakit, lepasin" mohon Leana, dia berusaha melepaskan cengkraman di pipinya namun kekuatan Tristan lebih besar dari padanya.

Tristan melepaskan cengkramannya dia berdiri tegak sambil memandang tajam ke Leana, Leana masih menangis bahkan tangisannya lebih keras sekarang.

"Tau kan kesalahan lo dimana? Leana Dirangga felsia." ucap Tristan dengan nada suara tinggi, dia sungguh sangat emosi namun masih berusaha untuk menahan emosinya.

"T-tau, maaf...." jawab Leana menangis sesegukan, tangisan Leana tidak membuat Tristan iba.

"Ngapain nangis? Bukannya lo juga suka di peluk sama Varel? Iya kan Leana," cemooh Tristan yang membuat Leana membeku seketika, benar pikir Leana kalau Tristan sudah tau semuanya.

Tristan🚩 (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang