Prolog

405 34 2
                                    

Seorang gadis berjalan santai di sebuah koridor sekolah. Kedua tangannya ia masukkan kedalam jaket berwarna biru miliknya. Hari pertama masuk sekolah setelah libur semester yang sangat panjang.

Matanya melirik ke setiap ruang kelas, mencari letak kelas yang akan ia masuki di kelas 11 ini. Langkahnya terhenti didepan sebuah kelas dengan papan berjuntai di atas pintu bertuliskan '11 U-2'.

Ia menyunggingkan senyumnya saat ia menemukan kelas yang sedari tadi ia cari. Langkahnya berbelok memasuki ruang kelas yang sudah agak ramai.

"Pagi Class," sapa nya membuat teman-teman sekelasnya menoleh.

"TAUFAN!!!"

Taufan menolehkan kepalanya, mencari asal suara yang memanggilnya. Senyumnya melebar mendapati Blaze dan Thorn yang melambaikan tangan padanya.

"Yoo bestie!" Langkahnya maju, menghampiri dua teman karibnya.

Taufan mengangkat tangannya, lalu melakukan tos dengan kedua temannya.

"Gw duduk dimana?" Pertanyaan itu terlontar.

"Dekat gw, sini." Blaze menjawab seraya menepuk kursi kosong yang ada disampingnya.

Taufan mengangguk lalu meletakkan tas punggungnya di kursi itu. Ia menoleh kearah Thorn yang sedari tadi berada didekat mereka.

"Thorn duduk sama siapa?" tanyanya.

"Sama Elya, dia yang mau duduk sama Thorn," jawab gadis bermanik mata hijau itu.

Taufan menganggukkan kepalanya, lalu melirik kearah Elya yang tengah membaca buku di kursinya. Ia menghela nafasnya, setidaknya mereka bertiga tidak terpisah.

"Gak sia-sia ya?" Taufan menyenderkan tubuhnya di kursi seraya terkekeh pelan.

"Ya, kemauan lo kan?"

Taufan menatap kearah Blaze, senyumnya mengembang sempurna di wajahnya.

"Masuk kelas unggulan banyak manfaatnya tau, kan Thorn?" Taufan menoleh kearah Thorn, bermaksud meminta pembelaan dari sahabatnya.

Thorn mengangguk sebagai jawaban. "Iya, Solar bilang kalau masuk kelas unggulan bakal mudah masuk kuliah," jawabnya.

Blaze mengangkat alisnya. "Sedekat apa sih lo sama Solar? Perasaan setiap kali nanya masalah ginian pasti jawabnya 'Solar bilang' terus."

Thorn terkekeh kecil. "Kita kan sahabat dari tk," jawabnya membuat Blaze mengangguk-angguk kecil.

"Gw gak yakin sih Taufan mau masuk kelas unggulan gara-gara itu." Blaze menggelengkan kepalanya. Wajahnya tampak tak percaya dengan alasan Taufan masuk kelas unggulan.

"Gw punya cita-cita kali Blaze," jawab Taufan dengan raut wajah kesalnya. "Gak kayak lo," cibirnya.

"Eh! Enak aja!"

"Tapi .... " Thorn menjeda ucapannya membuat kedua sahabatnya menoleh.

"Kenapa Thorn?" Taufan bertanya. Ia sedikit heran dengan perubahan raut wajah Thorn yang menjadi sedih.

"Kita disini cuma bertiga ... berempat sama Elya, sisanya baru semua." Thorn mengangkat wajahnya, menatap Taufan dan Blaze yang mengernyit. "Thorn kangen teman-teman kelas 10," adunya.

Taufan mengangguk kecil, memahami rasa sedih Thorn yang dipisahkan dengan teman-teman mereka. Banyak dari teman-teman mereka sewaktu kelas sepuluh kini berada di kelas unggulan 1 dan 4.

"Gak papa Thorn, nanti disini kita cari teman baru lagi." Blaze menepuk kepala Thorn dengan pelan, berusaha menenangkan sahabatnya itu.

Thorn mencebikkan bibirnya. "Kalau ada yang gak mau temenan sama Thorn gimana?" tanyanya setengah merengek.

I Love, but... [HALITAU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang