Peringatan buat kamu-kamu yang phobia sama kekerasan apalagi kekerasan berbau sensualitas.
❦ ❦ ❦
Dalam perjalanan ke apartemennya Chika diculik beberapa orang bertopeng dan diseret paksa ke hadapan Gito yang telah menunggu di kamarnya.
“Buka bajumu!”
“Ba-baik, Tuan!” Chika mulai melucuti semua helai yang melekat pada tubuhnya.
Pria itu menatap puas, kakinya melangkah maju untuk membuka kotak besar di sudut kamar dan melirik sebentar ke arah Chika. Di mana, perempuan itu malu-malu bertelanjang di depannya.
“Cepat pakai ini!”
Tanpa babibu Chika pun mengenakan leather harness hitam ala-ala BDSM.
“Liat tubuhmu begitu mulus, dan sexy!” Chika menutup mata, begitu jari-jemari Gito menuruni dadanya.
Entah mengapa tahu-tahu diperlakukan selembut ini membuat dadanya bergemuruh. Namun, perempuan itu tahu ini hanyalah awal dari rasa sakit yang paling berdarah-darah.
“Pegang tongkat pecut ini, dan lakukan apa yang biasa kamu lakukan!”
Lagi-lagi Chika hanya bisa patuh dan mulai berlutut. Kepalanya mencium lantai dengan kedua tangan berada di depan beserta tongkat pecut yang dia genggam.
Gito berjalan ke sisi kiri ruangan, meraih sebuah rantai panjang yang dia sembunyikan di balik punggungnya.
“Sekarang angkat kepalamu dan nungging!”
Tak punya pilihan, Chika hanya bergerak sesuai perintah. Jika menolak nyawa adalah taruhannya.
Cetasss!
“Akhhh!”
Chika memekik begitu cambukan rantai besi mengenai punggungnya, nyeri yang teramat. Bahkan perempuan itu merasa tulang serasa dipatahkan.
Tarrr cesss!
Pria itu kembali mengibaskan cambuknya.
“Arrrghhh!”
Air mata Chika tak bisa dibendung, sakitnya luar biasa. Bahkan sekarang dia merasa kulitnya seperti terkelupas dari dagingnya.
“Arghhh, ampun Tuan!”
Chika limbung, kedua lututnya bergetar. Darah segar menetes akibat cambukan dari rantai besi tersebut. Sungguh tak ada kata yang dapat melukiskan perih di punggungnya.
Tubuhnya laksana ranting yang dipatahkan, bahkan untuk berdiri saja rasanya dia tak sanggup.
“Siapa yang suruh kamu duduk!”
Gito mendekat lalu menjambak rambut honey blonde milik Chika, hingga perempuan cantik itu kembali berdiri.
“Ma-maaf, Tuan!”
Susah payah Chika berubah ke posisi awal. Menungging dengan bulir kepedihan yang mengalir tanpa jeda. Dia menunduk, tak berani menatap wajah orang yang tengah menyiksanya.
“Ini hanya permulaan, ayo kita mulai permainannya, Sayang.”
Gito membuka setelan baju submissive Chika hanya di bagian payudara dan selangkanya saja. Sesudahnya pria itu kembali mengambil tiga buah alat BDSM.
KAMU SEDANG MEMBACA
Holy Blood (Chikara)
Mystery / Thriller🔞21++ Perkumpulan rahasia yang bergerak di bidang kejahatan alias kriminalisasi.