Wangi lavender menyebar di udara, menenangkan dan sekaligus memancing kesadaran Chika yang baru terjaga. Aroma lembut itu memeluknya dengan hangat, seperti dekapan lembut dari seseorang yang tidak terlihat. Ia membuka mata perlahan, disambut oleh langit-langit kamar yang dihiasi lampu kelap-kelip berwarna putih lembut, seolah bintang-bintang kecil yang bergemerlapan di malam hari. Cahaya tersebut berpendar lembut, menciptakan pola-pola halus di dinding putih yang bersih, menambah rasa kesendirian di ruangan minimalis yang tampaknya terlalu besar dan kosong.
Chika bergerak, merasakan sentuhan lembut dari selimut sutra biru muda yang membalut tubuhnya. Rasa dingin meresap ke kulitnya, seolah selimut itu adalah jaring-jaring dingin yang menyelimuti seluruh tubuhnya. Ia menarik selimut, perlahan-lahan menyingkapnya, menyadari bahwa pakaian yang dikenakannya adalah piyama lembut yang tidak dikenalnya. Kegelisahan menderu di dadanya seperti ombak besar yang menghantam tebing, sementara pikirannya terombang-ambing antara bingung dan marah.
Pintu kamar berderit pelan, memecah keheningan. Aran muncul di ambang pintu, membawa baki kayu berisi bubur ayam yang masih mengepul. Aroma gurihnya melayang di udara, bercampur dengan wangi lavender, membentuk kombinasi yang aneh namun menggugah selera. Aran menurunkan bokongnya ke tepian kasur dengan gerakan tenang namun penuh rasa tanggung jawab, wajahnya menampilkan ekspresi campuran antara kehati-hatian dan penyesalan.
“Kamu udah bangun?” suaranya lembut, penuh perhatian. Tangannya menepuk-nepuk kakinya yang bersandar di kasur, seperti berusaha memberi dukungan tanpa kata.
Chika menarik napas panjang, merasakan kehangatan yang terkurung dalam piyama yang lembut. Matanya menatap Aran dengan penuh kesal, bibirnya mengerucut. "Siapa yang gantiin baju gue?" suaranya pecah, menembus ruang kamar dengan nada marah yang menusuk.
Aran membalas dengan senyum kecil, penuh kesadaran akan situasi yang tegang. "Tenanglah," jawabnya, suaranya seperti angin sepoi-sepoi yang berusaha menenangkan badai di dalam hati. “Kalau saya bisa mencabut nyawa seseorang dalam kegelapan, mengganti pakaian kamu dengan mata tertutup itu gampang. Tapi saya lupa sih, tadi tutup mata atau enggak.”
Kalimat itu memicu ledakan kemarahan dalam diri Chika. Matanya menyala, bibirnya terkatup rapat, dan tangannya bergerak dengan cepat, mendorong dada Aran hingga nampan makanan terlempar ke lantai. Bubur ayam menumpah, berceceran di lantai seperti serpihan kaca yang pecah. Aroma gurih bercampur dengan bau lantai kayu, menciptakan suasana kacau yang mengejutkan.
“Kamu bersih-bersih aja. Biar saya ambilin lagi, kebetulan saya bikin banyak.” Aran berkata dengan nada datar, berusaha menjaga ketenangan meskipun air mata kegugupan menetes di sudut matanya. Ia mulai membereskan pecahan-pecahan bubur, menyeka lantai dengan tangan yang bergerak penuh hati-hati.
Chika berdiri dengan gerakan kasar, matanya mencari handuk dan jubah mandi yang diletakkan Aran di meja samping tempat tidur. Sentuhan handuk yang lembut di tangannya terasa kontras dengan kemarahan yang membara di dalam dirinya. Ia membungkus tubuhnya dengan jubah mandi putih, mengubah warna kesedihan menjadi kenyamanan sementara.
Di cermin wastafel, Chika menemukan tulisan-tulisan manis yang diukir Aran dengan lipstik merah. "Selamat datang di rumah kita, princess. I need you." Tulisan itu terlihat seperti noda merah darah di permukaan cermin, menciptakan kontras yang mencolok dengan putih bersih dari wastafel.
Chika menatap tulisan itu dengan rasa sakit yang menjerat hatinya. Tangannya bergetar saat ia menghapusnya dengan handuk, gerakannya kasar dan penuh amarah, meninggalkan bekas noda merah di cermin yang perlahan-lahan memudar.
Setelah mandi, Chika berjalan menuju ruang makan, mengenakan piyama lembut dan jubah mandi yang melorot di pundaknya. Ia menghampiri meja makan, di mana hanya ada satu kotak bubur ayam. Aromanya masih terasa hangat, namun tak lagi menggugah selera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Holy Blood (Chikara)
Mystery / Thriller🔞21++ Perkumpulan rahasia yang bergerak di bidang kejahatan alias kriminalisasi.