Desiran Tak Sengaja

114 5 0
                                    

Assalamualaikum, selamat malam semua!

I'm back gais! Setelah sekian purnama terlewati, aku kembali dengan 1 cerita baru di wattpad.

"Interaksi Takdir"
Sebuah judul yang tak pernah terpikirkan muncul ketika aku menyadari bahwa setiap pertemuan selalu memiliki ceritanya. Entah baik atau buruk, mau mengelak ataupun tidak, takdir Allah selalu mengajak berinteraksi.

Dan di pertemuan selanjutnya, tanpa kita harapkan, takdir itu akan kembali untuk mengingatkan, bahwa cerita lama tak akan pernah usai bila pemiliknya tak pernah bisa menyelesaikan.

Tulisan ini mencoba untuk mengabadikan. Mungkin akan terkenang, atau mungkin akan diabaikan.

Selamat membaca, selamat berpetualang bersama!

- - - - - - - - - -

Tentang kamu dan segala ketidaksengajaan yang Allah
atur untuk kita

— Interaksi Takdir —

- - - - - - - - - -

Pukul 07.49, sembilan belas menit sudah aku terlambat memasuki kelas pagi ini. Beberapa pasang mata sudah memandangku saat membuka pintu kelas. Untung saja dosen kali ini adalah dosen baik hati yang tak akan menghukum mahasiswinya yang terlambat.

Aku langsung mengambil tempat di samping Bella yang masih kosong. Memang sengaja kupinta anak itu mengambilkan tempat untukku malam tadi.

"Ada drama apa lagi, sih, Shafaira Mumtaza? Telat mulu!" tanyanya berbisik ke arahku.

"Biasa, drama meja makan." Aku tak menolehnya sama sekali, lebih memilih mengambil buku binder dan ikut mencatat materi.

Kudengar Bella mengembuskan napasnya, seolah lelah dengan alasan yang selalu kupakai tiap pagi.

Drama meja makan adalah drama paling sering kuperbincangkan dengan Bella. Masalah yang sama setiap harinya. Di mana Ibu yang selalu memberi nasehat tentang perasaanku kepada sosok pria di masa lalu. Dia Zafi, sahabat Mas Kaffa yang berhasil membuatku jatuh pada hatinya sejak 10 tahun yang lalu.

Tak mudah bagiku melupakannya, terlebih dia tak pernah membuat record buruk yang membuatku benci padanya. Namun, pernikahannya tiba-tiba membuat semuanya berubah begitu saja.

. . .

"Sebegitunya Ibu mengingatkanmu berulang kali? Kamu pasti inget-inget doi kan, Shaf?" tanya Bella. Sejak tadi ia terus mengikuti setiap langkahku. Bahkan di trotoar depan kampus yang banyak pedagang kaki lima pun, ia masih terus mengekor.

"Ini sudah 16 kali dengan pertanyaan yang sama kamu tanyakan, Bel," ujarku. Aku tak menjawab pertanyaannya, dan memilih berhenti di pedagang kaki lima yang menjual tahu aci.

"Ya habisnya kamu nggak jawab, Shafa!" sungutnya.

"Bener lah kalau ibu kamu nasehatin mulu tiap hari, otak anaknya aja masih belum bisa berpaling," lanjut Bella dengan nada sebal.

Aku melirik sebentar, melihat raut muka sebalnya membuatku ingin tertawa.

Setelah membeli beberapa makanan, kami duduk di salah satu bangku taman kampus.

"Bel, kamu inget kan aku pernah bilang apa soal Mas Zafi?" tanyaku setelah menaruh beberapa makanan yang kubeli di sampingku duduk.

Ia menerawang, mengingat perkataanku soal Zafi.

Interaksi TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang