Nice Try

13 0 0
                                    

Apapun yang terjadi, tugas kita hanya ikhtiar dan berdoa. Urusan hasil, semua sudah diatur oleh-Nya.

— Shafaira Mumtaza —

- - - - - - - - - -

"Serius belum ada balasan?!" tanya Bella kesekian kalinya, dan untuk kesekian kali pula aku mengangguk meng-iyakan.

Ini sudah bulan kedua sejak aku confess pada Chanif, dan pria itu sama sekali tak menyentuh pesan yang kukirimkan untuknya.

"Bener-bener seleb! Kok kesel ya," dengusnya kesal.

Jika Bella menganggapnya sebagai seleb yang tak mau buka-buka pesan dari orang lain, maka berbeda denganku yang masih saja berpikiran positif bahwa dirinya semenjaga itu untuk urusan membalas pesan. Terlebih aku hanyalah sebuah akun tak penting yang terpampang di deretan pesan pentingnya secara langsung.

"Bagaimanapun aku sudah berusaha, Bel. Apapun yang terjadi, dari awal aku sudah pasrah. Bukankah semua sudah diatur oleh Allah?" gumamku.

"Tetap saja, Shafaira Mumtaza! Followers juga tidak seberapa, tapi untuk sekedar membuka pesan dari orang lain sulitnya melebihi orang yang followersnya sudah puluhan juta!" balasnya dengan nada kesal.

Aku tak menggubris ucapannya lagi. Bella tak sepenuhnya salah, namun aku juga tak mau berpikiran yang tidak-tidak soal Chanif seperti yang dilakukan Bella.

Hari ini gadis itu datang ke rumah tanpa aba-aba. Dia datang begitu saja dengan alibi akan mengerjakan tugas bersama. Padahal ini masih liburan semester, dan kami baru akan masuk minggu depan.

"Oh iya, Bel. Omong-omong soal mas-mas fakultas sebelah yang pernah kamu omongin waktu semester awal, gimana kabarnya?" tanyaku mengalihkan pembicaraan Bella yang masih memaki-maki Chanif.

Raut wajah yang awalnya kusut, kini tiba-tiba berubah. Senyumnya mengembang. Aku menatapnya curiga, pasalnya gadis itu sekarang jarang sekali membicarakan pria yang pernah ditaksirnya.

"Ternyata dia sekelas dengan teman organisasiku, Shaf. Sumpah, waktu kemarin ke kampus buat cek basecamp, aku ketemu doi lagi naik motor sama temennya. Kalau dia tau, kira-kira dia bakal mengenaliku tidak ya?" ucapnya mengawang sembari tersenyum lebar.

"Doi bener-bener kenal kamu sebelumnya?" tanyaku memastikan.

Jika kalian bertanya siapa yang disukai Bella dan apa alasan gadis itu menyukainya? Sebenarnya sulit dipercaya jika kalian tau jawabannya.

Pria itu adalah Zayyanil Hasan, atau Zayyan. Alumni dari salah satu sekolah bergengsi yang cetakannya rata-rata adalah ustadz bahkan kyai muda. Hampir sama dengan sekolah Chanif dulu, hanya beda yayasan saja.

Bella menyukai pria itu benar-benar tanpa disengaja. Saat dirinya berpapasan di jalan, dan pria itu tampak tersenyum padanya. Padahal mereka tak saling kenal, namun awal itu yang membuat Bella jatuh hati sampai sekarang.

Plot twist nya lagi adalah kejadian itu sudah lewat dari 4 tahun yang lalu, dan kini mereka bertemu kembali karena kuliah di kampus yang sama.

. . .

Hari ini aku masuk kamar lebih awal dari biasanya. Setelah sholat isya, biasanya aku akan ikut berbincang atau ngaji kitab bersama ayah di ruang tamu. Namun malam ini tidak, aku izin untuk tidur lebih awal dengan alibi agar besok bisa bangun untuk sahur qadha puasa tahun lalu.

Interaksi TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang