Nihil

16 0 0
                                    

"Rencana manusia memang indah, namun rencana Allah jauh lebih indah."

- - - - - - - - - -

Manusia terus berencana tentang hidupnya. Tak pernah buruk, ia selalu menantikan kebaikan akan datang pada hidupnya. Lantas bagaimana jika rencana-rencana tersebut tak sesuai yang diharapkan. Kecewa ujungnya, itu pasti.

Apakah ia akan menyerah? Lantas bagaimana pula jika Allah tampakkan padanya indahnya takdir yang Allah beri jauh lebih indah daripada rencana manusia itu sendiri? Bagaimana jika Allah tampakkan arti sabarnya penantian dengan hanya berharap kepada-Nya.

Sejak hari di mana Mas Zafi ijab qabul, seluruhnya aku memasrahkan diri pada Allah. Tak hanya untuk kisah cintaku selanjutnya, namun untuk segala kehidupan yang akan kujalani setelah hari itu.

Dulu, aku pikir Mas Zafi merasa apa yang kurasakan. Dia akan benar-benar meminangku suatu saat nanti ketika aku siap, dan aku akan membangun rumah tangga yang baik bersamanya. Tapi nyatanya, aku lupa bahwa ia adalah pria berumur, sedangkan aku hanyalah gadis SMA pada saat itu.

Lantas apa yang bisa diharapkan gadis 17 tahun itu? Selain hanya bisa melihat pria idamannya memilih wanita lain yang lebih sempurna darinya.

Perjalananku masih jauh, dan hidup tak selamanya tentang cinta. Rencanaku mungkin dulu memang indah. Namun, aku tersadar bahwa rencana-Nya jauh lebih indah dari apa yang kubayangkan.

Seperti sekarang ini, mungkin jika dulu aku benar-benar disandingkan dengannya Mas Zafi, aku tak akan mengenal sosok pria yang jauh sebelum aku mengenal Mas Zafi, aku bahkan terlebih dulu membuat garis tak kasat mata dengannya. Orang masa kini bilang, ini invisible string.

Ya, dia adalah Chanif. Pria yang 14 tahun lebih berada di lingkungan yang sama denganku. Pria yang mungkin selalu bertemu denganku meski hanya sebuah ketidaksengajaan. Pria yang kini berhasil menjadi obat untuk sakit di masa lalu.

Ya, dia adalah obat bagiku. Karena aku berhasil bahkan sungguh berhasil melepas Mas Zafi karena pria ini. Aku tidak bohong dan tidak munafik. Dia memang orang baru yang membawa perubahan untuk hidupku.

Ting!

Satu notifikasi membuyarkan fokus menulisku di sebuah buku diariku. Nama Bella tertera saat aku membacanya sekilas.

Aku mengembuskan napas panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mengembuskan napas panjang. Sudah dari awal aku menemukan akunnya, aku sudah berpikir yang tidak-tidak. Pasalnya, 80% isi followingnya adalah perempuan dan beberapa di antaranya aku kenal. Termasuk Faira.

Namun namanya cinta, tak pernah memandang seburuk apa tingkahnya. Aku sudah sejatuh ini dan pikiranku sudah penuh dengan namanya sejak 7 bulan yang lalu.

Beberapa bulan lalu, Bella memintaku untuk meyakinkan perasaanku selama 4 bulan. Karena konon katanya, jika kamu masih mencintainya lebih dari 4 bulan, maka itu sudah bisa dikatakan cinta. Bahkan kini perasaanku sudah berjalan 7 bulan lebih. Lantas bisa dikatakan apa perasaan yang sudah menghuni hatiku ini?

Interaksi TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang