Chapter 1 Keseharian Para Murid

25 3 2
                                    

Suara larian para murid yang ada di koridor sangat kencang hingga membuat guru terkadang marah dan sampai menghukum nya, itulah yang awalnya kupikirkan saat aku terbangun di meja ku. Ku membangunkan kepalaku yang terletak pada meja, dan melihat sekeliling bahwa sekolah yang ku mimpikan tidak sama dengan kenyataannya. Nyatanya sekolah ku hanya berisikan 6 murid saja. Meski begitu kami tetap melakukan hal yang sepatutnya para murid lakukan.
Kepalaku cukup sakit ku memegang dahiku dengan tanganku

Kok sakit ya? Batinku, mungkin karna aku tertidur di meja yang keras. Aku yang terbangun menggerakkan ekor hiu ku dan beranjak dari meja. Ku lihat jam di dinding menandakan bahwa waktunya istirahat.

"Yukshi, nih susu buat kamu. Aku belikan"

Wanita muda, dengan rambut sepanjang pundak, tanduk putih hitamnya, dan berkacamata memberikan ku susu. Ya, aku selalu membeli susu di kantin.. hanya saja aku hampir tak pernah di traktir terutama olehnya, Kanna.

"..kau tidak perlu repot.. tapi makasih, ini bayaran—"

"Eh gausah! Aku ga minta dibayarin kok!"

"..oh, makasih"

Ku kembali duduk di kursi ku sambil meminum susuku, kemudian Kanna memulai perbincangan.

"Yukshi udah belajar buat ujian?"

"Ujian? Oh.. biologi? Sudah"

"Nanti Kanna nyontek ya"

"...kamu aja duduk didepan karna namamu K, sedangkan aku Y. Masuk akal dikit dong. Kalo mau nyontek mending sama Mira atau ga Coco"

"...Mereka pelit!"

"Itu karena kamu males belajar aja.."

"Ish! Kamu nih"

"Tenang aja, nanti palingan bisa nyontek kan bareng.."

Sesaat kami berbincang, Yubuki datang. Yap, dia cukup cantik meski agak jahat. Berbeda dengan ku dan Kanna, Yubuki adalah manusia biasa dengan kristal ajaibnya yang ada di mahkotanya.. dia bisa mengeluarkan apapun dari kristal merah itu, seperti Doraemon saja. Dia bilangnya Ruby, tapi aku selalu menyangkalnya bahwa itu bukan Ruby, melainkan hanya kristal biasa, kadang kita bisa saja berantem hanya karena itu. Oh ya, balik ke cerita. Yubuki yang datang menutup pintu kelas dan duduk di kursinya. Kursinya berada pas di depanku.. ya karena aku absen paling belakang, biasanya Yubuki akan berbincang dengan kami, anehnya sekarang tidak. Mungkin sedang stress akan ujian nanti.

Bel pun berbunyi, semua murid dudukdi tempatnya masing masing. Tempat duduk pertama diduduki oleh Akand, sejujurnya aku masih binggung gendernya apa. Katanya Laki, tapi mukanya polos layaknya perempuan. Tempat duduk kedua diduduki oleh manusia kucing putih bernama Coco, yup dia paling pendek dan menggemaskan untuk di jahili. Tempat duduk ketiga diduduki Kanna. Selanjutnya diduduki oleh Mari, Dia cukup populer dikalangan para guru, bagaimana tidak? dia saja memiliki tinggi hampir 2 meter mengalahkan ku yang hanya 185 cm. Kemudian tempat duduk kelima diduduki oleh Yubuki dan disusul oleh ku, Yukshi.

Guru atau yang biasanya kami sebut master datang dan memberikan kita sehelai kertas yang berisikan tulisan yang membuat kami pusing, yup kertas ujian. Sejujurnya kami ber 6 tidak takut akan adanya ujian meskipun tak belajar. Aneh memang karena setiap ujian saat master keluar kami selalu mengambil kesempatan untuk menyontek dan tidak pernah sekalipun ketahuan.. beruntung? Sangat aku saja sampai sekarang masih terheran akan hal itu. Kemudian kami pun dapat menyelesaikan ujian tersebut hingga bel sekolah berbunyi.

Teng tong teng tong...

"YES! AKHIRNYA SELESAI!!" Teriakan si kucing putih, Coco

"Untungnya kita ga ketahuan... Padahal kita selalu nyontek di setiap ujian bukan?" balasan Kanna terhadap teriakan Coco

Ucapan Kanna membuat ku berfikir sejenak. Bagaimana tidak, hampir setiap ujian kami selalu berhasil lolos dengan nilai sempurna hanya dengan bermodal "menyontek".

"Ah, lucky doang mah kita" Ucap Akand dengan wajah datarnya

"Kita memang bijak bisa menyontek tanpa ketahuan sekalipun~" Balasan Coco dengan nada santainya.

"Bukan bijak, emang kita terlalu beruntung saja.." ucap Mari yang membangunkan kepalanya dari atas meja.

Setelah berbincang sebentar kami berenam pergi ke kantin bersama sama, lalu makan bersama dan dilanjut berbincang bersama sungguh menyenangkan. Meskipun sederhana aku sangat berharap bahwa semoga saja hal ini berulang terus menerus, agar kami bisa menjadi dekat, mungkin lebih dekat atau sangat dejat. Batinku dengan senyuman yang ku tunjukan kepada teman teman ku saat kami berbincang didalam koridor menuju ke kantin untuk makan siang bersama sama. Itulah kegiatan kami disekolah yang indah ini.

Puppet RopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang