Lisa pernah suka sama seseorang. Saat umurnya 17 tahun. Cintanya gak pernah tersampaikan.
Hingga di umurnya yang ke 27, cinta pertamanya muncul. Dengan versi lebih dewasa dan beraroma cinnamon. Satu yang gak pernah Lisa kira, kakak kelas yang dulu dikaguminya kini memilih membuka bakery di pinggir kota. Dengan spesialist menu cinnamon rolls, seluruh ruangan kecil dengan warna putih beraroma kayu manis.
Lisa bukan fans berat kayu manis, tapi pemiliknya luar biasa manis.
"Eh? Lisa ya? Dulu anak Nubas bukan sih?" NUBAS itu singkatan dari Nusa Bangsa, SMA mereka dulu.
Lucu banget ya percintaan yang belum usai ini. Karena meski ada jarak 10 tahun di mana mereka tak bertemu dan hanya sebait kata halo saat dulu berpapasan, namun mendengar suaranya diucap masih menciptakan desir gila di dadanya. Egonya mencoba menahan bibir yang hampir naik ke atas. "Iya, Kak Bogum."
Rambut lelaki di hadapannya sekarang sudah dipotong rapi sebatas kerah. Rambutnya ditutupi kain putih agar tetap steril saat di dapur. Senyumnya makin menarik. Dengan mata ramah yang masih membuat Lisa tenggelam.
"Udah lama banget gak ketemu. Sekarang udah jadi wanita karir nih?" Dalam hati Lisa berdoa agar toko milik kakak kelasnya ini akan sepi sehingga mereka bisa terus bicara.
"Iya. Kakak sendiri udah lama buka bakery di sini?" Tanyanya. Syukurlah otak Lisa masih bisa digunakan. Untunglah basa-basinya tidak terdengar seperti orang tolol.
"Lumayan sih. Ini udah tahun ke lima. Tapi kalau in-store baru dua tahunan. Kamu sekarang di mana?"
"Di depan Kakak."
Anak tolol! Lisa otaknya beneran sudah ditukar dengan cinnamon rolls!
Bogum tertawa. Geli sekali sementara di hadapannya, si gadis berambut sebahu sedang memikirkan cara untuk menggali lantai.
"Bener sih. Dan aku bersyukur kamu ada di sini." Lidah Lisa kelu untuk membalas. "Kalau besok dan seterusnya kamu bakal tetep di depan aku gak?"
Lisa menggigit bibir bawahnya sebelum membalas dengan tatapan lurus pada lawan bicaranya. Sudah sepuluh tahun dan Lisa tak mau menyerah begitu saja. Apalagi untuk seseorang yang sampai saat ini masih disukai. "Kalau boleh aku lebih suka ada di samping Kakak sih."
Ada jeda panjang. Tiap detik seakan jantung Lisa berhenti bergerak.
"Harusnya aku yang tanya. Kamu mau jalan di samping aku yang lebih sering di dapur?"
Lisa ketawa. Kali ini lebih bebas seakan bebannya telah diangkat. "Untuk aku yang tiap kali ke dapur selalu buat masalah, aku yakin Kakak sempurna."
Baru kali ini Lisa menyaksikan wajah Bogum yang merah—hingga telinga. "Kalau gitu mulai besok jangan bosen ngeliat aku di sini ya!"
"Jangan bosen juga nunggu aku."
"Kak, nunggu 10 tahun aja aku bisa. Masa cuma beberapa jam ngeluh?"
Sekali lagi Bogum merona sementara Lisa menemukan hobi baru.
🌼🌼🌼
Hehehe lagii
Jujur aku gemes bgt sama mereka ueheueu akhirnya kesampean buat nulis mereka walaupun pendek
-mel