Kayanya Lisa punya obsesi pada tangan deh. Soalnya setiap melihat tangan, ia menjadi gila sendiri. Apalagi saat melihat tangan milik adik tingkatnya. Namanya Mark Lee. Tangannya tak sebesar tangan adiknya si Lucas. Namun, tetap lebih besar dari tangannya.
Tangan yang indah. Tiap kali ia melihat tangan milik Mark, jantungnya jadi berdebar cepat. Lisa ingin menyentuhnya. Apalagi saat tangan kiri Mark berada di sisi tangannya. "Mark, boleh minjem tangannya?" Tanya Lisa akhirnya, tak tahan.
Mark menoleh, heran. "Heh? Buat apa Kak?"
Ia menyentuh tangan Mark, menyatukan telapak tangan mereka. "Beda banget ya. Tangan lo lebih panjang."
Mark ketawa. Lucu. Ini kayanya bukan obsesi tangan, tapi obsesi Mark Lee. Tangan Mark tiba-tiba menekuk, menggenggam miliknya. "Tangan lo dingin banget Kak."
Lisa? Eror.
"Kata temen-temen gue tangan gue tuh hangat. Jadi gini aja dulu." Kata Mark santai.
Lisa udah deg-degan sendiri. Pusing. Sepanjang rapat, dia gak fokus. Mark menoleh, "kalau lo malu-malu gini gue jadi berharap lho?"
Lisa tak menjawab. Sampai rapat selesai mereka masih di ruangan tersebut. "Jadi, gimana?"
"Apanya?" Balas Lisa, bingung.
Mark menunjukkan genggaman tangan keduanya. "Ini. Boleh berharap gak?"
Lisa menaruh kepalanya di atas meja. "Kalau gak boleh dari tadi gak gue biarin lo megang tangan gue."
Mark ketawa. Kali ini mengecup punggung tangan Lisa. "I will treat you well."
Akhirnya Marklis versi happy ending
-amel