Bagian 1

1.6K 198 11
                                    

Seorang Direktur muda memasuki ruangannya. Ia melonggarkan dasinya agar ia dapat bernafas lebih bebas. Papan nama dimejanya tertulis
'Aran Nata Zabran'.

"Aran" Seseorang memanggilnya.

"Coba kamu cek lagi Zan, kenapa bisa harga jual kelapa sawit kita jatuh begini?"

Aran duduk dikursinya sambil memejamkan mata, kepalanya benar-benar ingin pecah saat Perusahaannya gagal menjual kelapa sawit dengan harga semestinya.

"Saya usahakan mencari sumber masalahnya hari ini"

Aran berjalan menuju ke kulkas kecil yang ada diruangannya. Di bukanya sekaleng bir lalu ia teguk hingga habis.

"Kamu gak mau Zan"

"Bisa gak jangan minum sebagai pelarian lu" Sekarang orang kepercayaan Aran itu berubah menjadi sahabat untuk Aran

"Gue cape, Mirzan" Aran memukul meja kerjanya.

"Iyaa gue tau tapi lu gak sendiri ada gue Ran dan gak mungkin gue ninggalin lu"

Aran melangkah kembali ke kursinya, ia arahkan pandangannya keluar jendela besar yang membentang dihadapannya. Gedung-gedung tinggi yang setiap hari menemaninya serta langit pun ikut jadi saksi setiap gerak-gerik Aran didalam ruangannya itu.

"Kalau ayah tau nilai jual kita jatuh banget kaya gini, gimana Zan?"

"Kita bakal coba tinjau kembali Ran dimana letak permasalahannya, percaya sama gue"

Aran dibuat tak mampu lagi berpikir. Ia sudah menjalankan perusahan milik ayahnya sejak ia berusia 23 tahun, kini perusahan itu sudah 2 tahun lebih dibawah kendalinya.

"Nanti malam temanin gue ke Bar"

"Ran jangan jadiin mabuk sebagai pelarian lu, gue tahu Ran ini sulit"

"Apalagi yang bisa nenangin gue selain alkohol?"

"Tapi itu gak akan pernah nyelesein masalah lu Ran"

Mirzan meletakkan sebuah amplop diatas meja kerja Aran.

"Anda ada undangan peresmian yayasan yatim piatu milik keluarga anda" Mirzan keluar dari ruangan Aran

.
.
.
.

Acara pembukaan yayasan bukan acara yang digelar mewah tapi cukup membangun kedekatan antar tamu. Aran silih berganti berjabat tangan dengan para pengurus yayasan.

Malam itu Aran tak banyak bicara karna pikirannya benar-benar terbagi. Ia memilih mencari tempat yang tenang dan hanya ada dirinya.

Aran melihat seorang gadis duduk sendiri memandang gedung yayasan bertingkat tiga itu.

"Boleh ikut duduk?" Gadis itu menoleh ke arah Aran

"Boleh" jawabnya

"Mau kemana?" Aran melihat gadis itu mencoba berdiri berpindah kekursi rodanya

"Kamu mau dudukkan? aku bisa pergi"

"Gak papa duduk aja" Aran membantu gadis itu untuk duduk kembali

Aran ikut menatap gedung didepan mereka.

"Aran" mengulurkan tangannya pada gadis itu

"Shani"

Aran cukup kaget mendengar nama itu tapi buru buru ia menetralkan mimik wajahnya.

"Kenapa gak gabung?" tanya Aran

"Mau sendiri" jawabnya sambil tersenyum

Aran menghela nafasnya melihat gadis cantik itu memakai kursi roda.

MenantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang