Bagian 4

771 171 14
                                    

Aran rajin mengirimi Shani chat meskipun Shani hanya membalasnya singkat. Aran tak mempermasalahkan karna sejak awal ia bilang pada dirinya sendiri untuk tidak memaksakan perasaannya pada Shani.

Sudah dua minggu Aran rutin mengunjungi panti saat weekend, bukan tanpa alasan Aran kesana. Aran bermain bersama anak-anak lain disana namun tentu ia juga ingin bertemu dengan Shani.

Shani memperhatikan Aran dari kejauhan. Senyumannya terus-terusan terukir saat menatap Aran. Shani sadar jika dirinya juga menyukai Aran namun ia ingin melihat sedikit lagi kesungguhan Aran padanya. Sulit untuknya membuka hati, Shani sadar ia memiliki kekurangan dan tak ingin membuat orang yang ia sayangi malu karnanya.

"Kenapa gak ditemuin?"

"Ibu" Shani kaget

"Udah sana"

"Gak ah, aku mau masuk kamar aja bu"

Shani memutar kursi rodanya untuk pergi dari sana. Dorongan tangan Shani pada kursi rodanya terasa ringan.

"Mau kemana?"

"Hmm"

"Mau tidur?"

Aran menatap jam tangannya, memang sudah pukul 10 malam wajar jika Shani ingin beristirahat.

"Aku antar"

"Aku bisa kok"

Aran melepas tangannya dari kursi roda untuk membiarkan Shani pergi sendiri. Tatapan Aran masih setia menatap Shani.

"Kamu hati-hati ya pulangnya" Shani sempat berbalik melihat Aran sebelum ia masuk ke area lorong menuju kamar.

Aran pun berpamitan pada yang lain dan Ibu panti untuk pulang.

Shani masih setia mengamati Aran dari balik jendela kamarnya. Helaan nafas panjang keluar dari bibir Shani setelah mobil Aran meninggalkan halaman.

Berpura-pura dengan perasaan ternyata sangat melelahkan. Shani sangat menyukai Aran tapi banyak pertimbangan untuk dirinya kehubungan yang serius dengan Aran.

Ponsel ditangan Shani tak pernah ia lepas sampai nanti Aran mengabarinya telah sampai dengan selamat.

Shani tersenyum membaca isi chat Aran. Lama ia menunggu Aran mengabarinya, Shani pun memutuskan untuk menanyakan pada Aran.

"Udah sampai rumah?" Shani menatap layar ponselnya menanti jawaban

"Udah Ci" Aran cukup lama membalas chat Shani

"Syukurlah"

"Ci boleh gak kalau aku manggil nama aja?"

Shani tersenyum membaca chat Aran. Sejak awal tak ada yang menyuruh Aran memanggilnya dengan panggilan "Cici".

"Boleh"

"Shani"

"Iya?"

"Shani"

"Kenapa Ran?"

"Shani"

"Aran"

"Hehe lucu banget manggil nama kamu"

Shani membayangkan Aran tertawa membuatnya tak tahan menahan senyumannya.

"Yaudah aku mau tidur ya"

"Shan, besok pagi temani aku joging yuk"

"Gimana caranya aku nemani kamu joging?"

Aran tak membalas pesan Shani, ia langsung menelpon Shani.

"Iya Ran" dengan suara lembutnya

MenantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang