Bagian 5

625 157 7
                                    

Kesibukan Aran tidak pernah berkurang, ia masih sibuk melihat dan melakukan cross check kembali pendapatan dan pengeluaran perusahaannya. Beberapa dokumen pun harus ia baca ulang sebelum ditanda tanganin, belum lagi jadwal meeting yang biasa menyita waktunya.

"Halo, Shan"

"Kamu udah makan siang?" tanya Shani dari panggilan telpon mereka

Aran memejamkan matanya setelah melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 3 siang.

"Bentar lagi, sekalian aku mau beli kopi" Aran menatap 2 cangkir kopi dimejanya yang telah kosong.

"Aku boleh kekantor?"

"Boleh"

"Yaudah aku bawain makanan ya"

Shani memutus panggilan mereka terlebih dahulu. Sebelum Shani datang, Aran segera memanggil sekretarisnya untuk membawa 2 cangkir kosong itu keluar dari ruangannya. Aran tak bisa mendengar omelan Shani sedangkan mereka tidak bertemu selama 2 hari, rindunya pada Shani belum padam malah ia harus bertengkar.

Suara ketukan pintu membuat Aran menegang. Mirzan membuka pintu dengan senyum sumbringahnya. Shani masuk dengan dibantu Mirzan, ini adalah kali pertama Shani berkunjung kekantor Aran.

"Saya tinggal ya Pak" ucap Mirzan dengan nada menggoda Aran

Aran hanya mampu mengangguk kecil, ia segera membantu Shani duduk dikursi tamu yang ada diruangannya.

"Kamu habis dari mana?" tanya Aran sambil membuka makanan yang Shani bawa

"Kamu sibuk banget ya?"

"Hah?"

"Sampai gak liat chat ku"

Aran segera membuka kembali whattshapnya dengan Shani. Ternyata ia tak membaca semuanya dan melewatkan hal penting. Aran memberanikan diri menatap Shani, jelas Shani sangat kesal dengan Aran.

"Hehe maaf Shan tadi gak sempat ngeliat chat, tapi tadi aku niat mau makan kok habis nyelesein beberapa kerjaan"

Terdengar helaan nafas Shani, ia tak lagi menatap Aran, pandangannya jatuh pada lantai. Jantung Aran berdetak kencang, bukan karna ia sedang jatuh cinta tapi ia takut Shani marah padanya.

Shani berpindah dari duduknya menuju kursi roda.

"Yaudah makan, aku pulang ya" nada bicara Shani sebenarnya biasa saja hanya ekspresi wajah Shani yang sulit Aran terka.

"Shan tunggu, maaf ya"

Shani tak sengaja melihat lemari kaca disebelah meja kerja Aran yang terpampang jelas barisan botol-botol anggur mahal disana.

Shani menatap Aran seakan akan meminta penjelasan. Aran lupa membuang semua koleksinya itu, sekarang Aran hanya mampu memejamkan matanya.

"Ha..habis ini aku buang, i..itu se..semua" tiba tiba Aran menjadi gagap

"Kita gak usah ketemu dulu ya, seharusnya aku pertimbangin lagi hubungan ini"

Aran tak mampu lagi menahan Shani, ia membiarkan Shani pergi. Aran tak lagi minum bir atau apapun yang sejenis alkohol, ia benar-benar meninggalkan semuanya untuk Shani.

"Halo Zan, tolong anter Shani pulang" Aran memutuskan panggilan telponnya

Aran mengeluarkan semua botol wine dari lemarinya itu. Ia kesal melihat botol-botol itu, karna itu ia dan Shani jadi bertengkar.

"Tolong keruangan saya dan buang semua wine ini" Aran menunggu cleaning servicenya untuk membersihkan botol-botol itu dari ruangannya

Aran kembali duduk dan menatap bekal yang Shani bawakan.

MenantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang