Bagian 15

262 74 9
                                    

Aran mengambil jasnya dan langsung berlari keluar ruangannya.

"Cind aku keluar bentar"

"Baik Pak"

Aran buru-buru menuju basement dan menuju panti. Diluar ternyata hujan deras.

"Ah kenapa pake macet segala sih" kesal Aran terjebak macet ditengah badai

Sepanjang perjalanan Aran hanya merutuki dirinya yang bodoh.

"Apa sih bego banget jadi orang" beberapa kali ia memukul stir mobilnya.

Aran kembali menghubungi Shani namun Shani tak mengangkat panggilannya bahkan Shani mematikan ponselnya.

Sesampainya Aran di Panti, Aran bergegas mencari Shani.

"Niel, Shani dimana?"

Oniel terlihat diam dan menepuk bahu Aran. Jas Aran basah terkena hujan namun ia tak perduli.

"Bang, Cici gak mau ketemu dulu"

"Niel, please!"

Oniel menarik Aran keluar, Aran masih menunggu penjelasan mengapa Shani tak mau menemuinya.

"Kalau bisa jangan datang lagi bang kecuali karna urusan yayasan yang sudah terjadwal"

"Gue harus selesaikan masalah ini sama Shani"

"Bukannya udah selesai?" tanya Oniel

"Gue salah Niel, gue kepancing emosi"

"Bagus kalau lu sadar tapi sayangnya Cici bener-bener gak mau ketemu lu lagi Bang"

"Gue mau ngejelasin kedia"

"Udah ya Bang jangan mancing emosi gue"

Oniel berlalu pergi meninggalkan Aran didepan pintu. Aran tak tahu harus bagaimana menjelaskan pada Shani dan meminta maaf. Ia kembali kedalam mobilnya dengan pakaiannya yang telah basah.

Sepanjang perjalanan Aran hanya merutuki kebodohannya, dia tak langsung pulang namun Aran menepikan mobilnya didepan rumah yang tengah ia siapkan untuk diri dan Shani dimasa depan. Tanah itu tak lagi kosong, sudah ada tiang-tiang yang berdiri. Aran tak perduli dengan dirinya yang sudah basah karna hujan, pandangannya terarah pada bangunan itu.

Bagaimana kedepannya? Bagaimana jika Shani tak ingin kembali padanya? Bagaimana dirinya yang sudah terlanjur jatuh terlalu dalam pada Shani? Tapi mengapa semua pertanyaan-pertanyaan itu baru muncul setelah mereka berpisah?

'Bodoh' kalimat itulah yang Aran sematkan pada dirinya.

"Ran, Kenapa hujan-hujanan gini?" Feni tampak kaget melihat Aran

"Gue putus Fen sama Shani"

Feni dapat melihat wajah Aran yang terluka.

"Kok bisa?"

"Gue yang bodoh emang, bisa-bisanya karna cemburu gue coba buat tes Shani dan akhirnya hubungan kami berakhir"

Feni memejamkan matanya mendengar penjelasan Aran. Ia tak habis pikir jika bosnya ini memiliki sikap kekanak-kanakan. Feni menghirup nafas panjang lalu memukul kepala belakang Aran sangat kencang hingga terdengar rintihan dari Aran.

"Aw Fen"

"Kenapa lu bego banget sih Aran, udah tau Shani belum pernah pacaran malah lu mau coba-coba kaya gitu. Aran lu sama aja mainin Shani kalau kaya gini." Feni sudah tak peduli jika ia harus dipecat oleh Aran karna memukul bosnya sendiri.

"Maaf Fen" ucap Aran menunduk

Feni menatap Aran dengan kesal, sekarang ia pun bingung harus bagaimana disatu sisi dia tak ingin Shani terluka tapi disisi lain dia pun kasihan dengan Aran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MenantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang