Bagian 6

703 144 12
                                    

Shani tak pernah segelisah ini selama hidupnya, ia dari tadi hanya berdiam diri dikamarnya sambil menggenggam ponselnya erat menanti kabar dari Aran. Pandangan Shani mengarah keluar jendela tempat dimana Aran sering memarkirkan mobil.

"Tumben banget betah dikamar Shan"

Shani menoleh dan tersenyum kepada dua temannya yang masih berdiri didepan pintu.

"Gak papa"

"Lagi gak enak badan?" Indah duduk diujung tempat tidur diikuti Feni

Shani menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum.

"Oh karna LDR" Feni tersenyum jahil

Shani hanya tersenyum kecil, ia tak membantah hal itu.

"Jadi ke tunda ya kita ketemu Aran?" tanya Indah sedikit cemberut

"Nanti ya setelah dia pulang"

"Yaudah kita jalan-jalan aja Shan, dari pada kamu disini galau" usul Feni

"Aku gak galau ya"

Kedua temannya itu langsung tersenyum jahil pada Shani. Mereka mengenal Shani sudah begitu lama dan tahu betul bagaimana Shani.

"Yaudah yuk kita jajan diujung komplek aja" Indah mendorong kursi roda Shani keluar kamar

"Aku mau dikamar aja"

"Ih kita kesini tuh mau jajan Shan"

"Tapi aku males keluar Fen"

Mereka berdua tetap memaksa Shani keluar dari kamarnya. Shani cemberut sepanjang jalan namun Indah dan Feni semakin ingin menjahili Shani.

Ponsel Shani tiba-tiba berdering membuatnya kaget sendiri. Shani adalah type orang yang malas jika ponselnya berbunyi dan sering lupa membalas chat tapi sekarang ponsel itu tak pernah lepas dari genggamannya.

"Halo Ran"

"Halo Shan, maaf aku baru kabarin sekarang. Aku baru dapat sinyal"

"Kamu baru ngabarin sekarang, pas nyampe bandara kamu kemana?" nada suara Shani tersengar kecewa

"Maaf tadi pas sampai langsung ke lokasi, maaf"

"Padahal kan kamu bisa chat aku kalau udah landing"

"Iya aku tau aku salah, aku gak kepikiran tadi"

"Berarti kamu gak mikirin aku?"

Aran memejamkan matanya mencari penjelasan yang jelas dan tidak membingungkan sehingga Shani bisa mengerti posisi dirinya.

"Bukan gitu Shan, tadi buru-buru banget" Aran menggigit bibirnya takut Shani semakin marah

"Udahlah" kali ini kata yang dipilih Shani sangat membuat Aran bingung

Arti kata itu terkesan mudah dipahami namun mendengar nada bicara Shani seakan-akan memberi sinyal pada Aran agar ia waspada.

"Maaf ya sayang, bukan aku gak ingat kamu tapi aku bener-bener tadi itu dikejar waktu"

"Hmm" hanya gumam yang Aran dengar

"Jadi kamu mau apa?"

"Kamu kapan pulang?"

Aran tertawa kecil, ia gemes mendengar suara Shani.

"Aku baru sampai Shan, gak mungkin aku pulang ke Jakarta malam ini"

"Tapi aku kangen" jawab Shani tanpa malu

Aran tak kuat lagi menahan senyumannya, rasanya ia ingin mencubit kedua pipi Shani jika Shani ada didepannya saat ini.

MenantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang