Bagian 11

352 82 4
                                    

Hari ini Shani kembali menjalankan terapinya, selama seminggu Shani akan mengikuti terapi tiga sampai empat sekali. Melelahkan memang namun ini semua demi kebaikkan Shani.

Aran tersenyum tipis melihat Shani. Dari luar ia tak pernah melepas pandangannya pada Shani, setiap kali sesi terapi berlangsung Aran menahan air matanya agar Shani tak melihatnya bersedih. Aran merasa tak sanggup melihat Shani kesakitan berjuang didalam sana.

Mata Aran mengikuti Shani yang diantar keluar setelah sesi terapinya selesai.

"Kita ketemu minggu depan lagi ya"

"Makasih dokter" ucap Shani

"Makasih dok" Aran mengambil alih kursi roda Shani

Aran mengusap rambut belakang Shani sambil berjalan.

"Kamu hebat banget sayang"

Shani tersenyum mendengar kalimat pujian itu.

"Mau langsung pulang Ran?"

"Kamu mau kemana?"

"Nemani kamu seharian dikantor boleh gak?"

"Kamu gak cape?"

"Gak, aku kangen"

Senyuman Shani itu menular ke Aran.

"Oke, kita kekantor sekarang ya"

Mereka meninggalkan Rumah Sakit dan menuju kantor Aran.

Aran membawa Shani berkeliling kantor dulu sebelum menuju ruangannya. Aran dengan bangganya memperkenalkan Shani sebagai calon istrinya.

"Nah ini ruangannya Mirzan"

"Eh Shan?"

"Hai Zan maaf ya mengganggu"

"Gak papa, masuk-masuk kebetulan mau ke ruangan pak bos ini malah didatengin ratunya"

"Pak Mirzan perkenalkan ini Shani calon istri saya"

"Wah selamat ya Pak, semoga calonnya gak nyesel milih Bapak"

"Maksudnya apa ya?"

"Hehe maaf Pak bercanda, mending bapak tanda tangani berkas saya dulu"

Shani ikut tertawa melihat tingkah keduanya. Mereka pun menuju ruangan Aran. Ruangan itu sangat besar dengan pemandangan dari atas sehingga mereka bisa melihat gedung-gedung tinggi disekelingnya.

"Kamu kalau mau tidur disini ya" Aran menekan tombol disatu dinding dan sebuah tempat tidur keluar dari dinding itu

Shani cukup terkesima dengan ruangan Aran.

"Kamu sering tidur disini Ran?"

"Gak juga, tapi beberapa kali lah"

Aran membantu Shani untuk duduk diujung kasur.

"Mau makan apa?"

"Aku belum lapar, kamu kerja aja"

Aran mengangguk dan tersenyum kearah Shani.

"Aku kerja dulu ya"

Aran duduk dikursinya, banyak berkas diatas mejanya sampai menghalangi pandangan Shani untuk melihat wajah Aran.

"Aran"

"Iya sayang" Aran masih berkutat dengan berkas-berkas itu

"Kamu gak keliatan"

"Hmm maksudnya?"

"Kehalangan tumpukan itu"

Aran tertawa kecil dan mengintip diantar cela-cela berkas-berkasnya. Mereka berdua tertawa kecil, seperti itu saja membuat keduanya bahagia. Aran buru-buru menurunkan beberapa berkas itu dari mejanya agar Shani dapat melihatnya dan begitupun sebaliknya.

MenantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang