Bagian 3

687 161 13
                                    

Setelah liburan dadakan mereka ke Bandung kemarin. Shani dan Aran saling tak menghubungi satu sama lain. Ada perasan bergejolak setiap nama Shani muncul dikepala Aran, begitupun dengan Shani yang akhir-akhir ini sering teringat dengan wajah Aran.

Aran menutup laptopnya, pikirannya dipenuhi oleh Shani. Aran memutar kursinya, Ia memandangi gedung gedung tinggi didepannya sambil terus mengingat hal-hal yang harus ia kerjakan selain memikirkan Shani.

Shani sendiri lebih banyak berdiam diri dikamarnya. Senyuman Aran terus saja hadir didalam ingatannya. Ia ikut tersenyum mengingat betapa candunya senyuman Aran.

Setelah pertemuan mereka berdua, mereka tidak saling bertukar nomer. Shani tertawa kecil mengingat betapa anehnya dirinya sendiri hari ini, begitupun dengan Aran.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan mereka. Shani menoleh kearah pintu dimana Muthe dan Cristy muncul disana. Aran pun menoleh kearah pintu dan melihat Mirzan sudah masuk membawakannya setumpuk pekerjaan.

"Udah makan belum lu?"

"Belum"

Mirzan melihat jam tangannya, waktu istirahat sudah selesai tapi Aran belum juga keluar ruangannya.

Shani tak jauh berbeda, ia belum keluar makan siang tak biasa bagi penghuni panti jika Shani tak ada di meja makan.

"Cici sakit ya?" tanya Cristy

"Gak"

"Terus kenapa gak makan ci?" Kali ini Muthe yang bertanya

"Tadi lagi nyulam" Shani tak sepenuhnya berbohong namun kegiatannya itu ia hentikan karna pikirannya yang entah mengapa terus membayangkan Aran.

"Yuk kita keruang makan, temanin cici makan" ucap Shani

Mereka berdua membantu Shani mendorong kursi roda itu menuju ruang makan.

Shani mendengarkan keduanya bercerita sambil menikmati makanannya.

Dilain tempat Aran tengah memakan sandwich yang Mirzan belikan.

"Jangan terlalu maksain untuk kerja, lu harus ingat makan. Jangan mentang-mentang lu jomblo gak ada yang ingatin lu jadi gini"

Aran tersenyum mendengar omelan Mirzan.

"Oke gue bakal mengakhiri ke jombloan gue" ucap Aran sambil tertawa kecil namun tersirat kesungguhannya disana

Mirzan tak begitu paham dengan maksud Aran ia hanya diam menatap Aran.

Shani dan Aran seakan sedang mengirimkan sinyal, mereka sama sama tersenyum membayangkan wajah satu sama lain.

.
.
.
.

Ibu panti merayakan ulang tahun Cristy yang ke 17 tahun. Acaranya tak mewah namun semua bisa merasakan kebahagian untuk Cristy.

Shani tengah mendandani Cristy ditemani beberapa anak-anak panti lainnya termasuk Muthe.

"Cantik banget Kity" ucap Muthe

"Iyaa lah Cici yang make up-in"

"Kamu emang udah cantik dari kecil dek" Shani mengusap kepala Cristy lembut

Ibu panti tiba-tiba muncul dari balik pintu.

"Udah dandannya?"

"Udah bu" jawab Shani

"Yuk semua udah nunggu didepan tuh"

Shani terhenti saat melihat Aran tengah membantu Oniel menyelesaikan beberapa dekorasi. Orang yang beberapa hari ini mengganggu pikirannya kini hadir dihadapannya, Shani diam-diam tersenyum dan pergi melewati Aran begitu saja.

MenantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang