Bagian 10

388 89 3
                                    

Dari balik kaca Aran memperhatikan Shani yang sedang melakukan fisioterapi. Aran begitu gelisah melihat Shani beberapa kali meringis kesakitan.

"Tenang aja Ran, Shani kuat" Mirzan berdiri tepat disamping Aran

"Tapi dia kesakitan banget Zan"

"Lu harus liat usaha dia buat sembuh, dia mau ngelakuin terapi lagi demi lu kan"

Aran diam memperhatikan Shani, ia ingin sekali mengakhiri sesi ini agar Shani tak merasa kesakitan lagi.

"Gue ke kantor duluan ya"

"Oke, gue nyusul sejam lagi. Gue anterin Shani pulang dulu"

"Oke"

Aran memperhatikan Mirzan pergi sampai Mirzan tak terlihat lagi dari lorong.

Fokus Aran beralih kembali kepada Shani. Perjuangan Shani untuk sembuh begitu panjang dan menyakitkan. Sesi terapi Shani pun selesai, perawat yang bertugas mengantarkan Shani keluar.

"Sampai ketemu besok ya Shan" ucap perawat itu lalu masuk kembali keruangannya

"Kalian kenal?"

"Iya, dia temennya Indah. Pernah main ke panti beberapa kali, namanya Jaenan"

Aran hanya menganggu lalu berlutut didepan Shani sambil memperhatikan wajah Shani.

"Sakit?" tanya Aran

Shani tak langsung menjawab, ia tersenyum tipis.

"Sakit tapi aku gak papa"

Aran melihat kaki Shani dengan wajah sedih. Ia tak tega melihat Shani merasakan sakit saat sesi terapi tapi disatu sisi ia juga lah yang meminta Shani untuk terapi kembali.

"Aku gak papa" Shani mengelus kepala belakang untuk menenangkan Aran.

"Makasih sayang udah mau berusaha buat sembuh" mata Aran tampak berkaca-kaca

"Kita pulang yuk, kamu mau kekantorkan"

Aran mengangguk kecil, ia berdiri dan mendorong kursi roda Shani. Sepanjang perjalanan pulang Aran terus diam memperhatikan jalanan diluar jendela.

"Nanti malam kamu ke panti?"

"Gak tau"

"Kita lagi mau ngerayain ulang tahun Oniel, kalau kamu gak sibuk kamu datang ya sama yang lain. Ajak Marsha juga"

"Iya"

Mereka sampai di panti, terlihat beberapa anak sibuk membantu Indah mengeluarkan barang dalam mobil.

"Eh Aran, ntar malam kesini ya" ucap Indah

"Gue usahain"

Aran mengantar Shani sampai ruang tamu.

"Aku ke kantor ya"

"Kamu hati-hati jangan telat makan"

"Siap capt"

.
.
.
.

Indah tengah memotong-motong bawang bombay.

"Ndah, ini mau dicampurin kemana?"

"Ya Allah Oniel, motongnya kegedean ini"

"Jadi?"

"Bagi dua lagi"

"Bisa gak sih gak usah ngomel-ngomel"

"Gak, kamu kerja gak pernah bener"

Oniel langsung menghentikan pisaunya yang tengah memotong irisan daging. Indah yang kini tersadar dengan ucapannnya menoleh kearah Oniel yang berada tepat dibelakangnya.

MenantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang