Awal kebahagiaan

1.1K 58 0
                                    

Fanfic-!

.
..
...

Aku tidak tau apa yang merasuki diriku. Sampai-sampai aku membiarkan semesta-ku di ambil oleh mu. Tidak pernah ada kata menyesal yang keluar dari diri ku. Karena kamu yang memberi warna-warna indah di semesta-ku. Kau membangun taman disana. Kau menanam bunga dan merawatnya.

Hidup ku yang mati kini hidup kembali. Alasannya hanya satu. Yaitu kamu. Kamu yang tidak pernah bosan bercerita dan bercanda. Kamu yang selalu menuai cinta untuk diri ini. Kamu yang selalu ada kapan pun. Kamu yang melukis senyum. Kamu yang berhasil merebut waktuku.

Sungguh, aku bingung. Kamu yang begitu indah dan lembut mau meluangkan waktu untuk aku yang tersingkir kala itu. Aku selalu bertanya padamu. Dan jawabannya masih menjadi rahasia.

Aku tidak sanggup melihatmu tertawa dibalik kesedihan itu. Kamu rela membuang sedihmu hanya untuk aku. Aku benci saat kamu berbohong. Tapi aku lebih benci jika aku lah alasannya. Maafkan aku, rembulan.

Sekali lagi maafkan aku. Mari kita bertemu ditempat baru yang hanya ada kita berdua. Mari membuat janji dengan kelingking ini. Biar jari manis jadi saksi. Aku akan selalu menunggu kebahagiaan kita. Hingga sang bumi enggan berputar lagi.

----

Samar-samar aku mendengar suara. Suara merdu yang membuat diriku terhipnotis olehnya. Ingin sekali aku membuka mata. Tapi sangat berat rasanya.

Perlahan aku membuka mataku. Dan yang terlihat adalah cahaya yang begitu terang. Membuat mataku terasa terbakar.

Dimana aku? Mengapa aku bisa ada disini?

"Akhirnya kamu bangun," seorang wanita yang tidak asing tersenyum padaku. Disampingnya juga ada 2 gadis kecil.

"Bunda bundaa. Kity kangen bangettt," Christy.. bungsu kesayanganku. Rasanya sudah lama tidak mendengar suara mu nak

"I Miss you so much honey," dia istriku. Pujaan hatiku. Jika aku sanggup menggerakkan seluruh tubuhku, aku akan memeluk dan menciumnya. Aku sungguh rindu rasa itu.

"Bundaa keren banget bisa bertahan sampai sekarang. Proud of you so much,"

Iya. Aku mengalami kecelakaan yang cukup parah. Untungnya aku masih diberi kesempatan untuk menemani istri serta anak-anak ku.

Aku mengelus tangan istriku yang setia memegangi jari-jariku. Kalau tidak ada dia, mungkin aku sudah tidak sanggup bertahan dengan rasa sakit ini. Christy dan Zeerlan. 2 anak ku juga menjadi alasan aku membuka mata hari ini. Pemandangan yang sangat aku rindukan.

"Maafin bunda ya. Karena bunda kalian jadi repot," lalu aku tersenyum. Mereka sudah meluangkan waktu untukku. Aku tidak boleh menunjukkan rasa sakit yang aku derita.

Selanjutnya, kami berbincang mengenai agenda yang mereka jalani. Zeerlan yang sibuk dengan grup band nya. Christy yang sibuk mengoleksi ikan. Serta istriku yang berjuang sendiri mengantar jemput anakku dan setia menungguku di rumah sakit.

Sampai tak terasa sudah hampir larut waktunya. Kedua anakku pulang ke rumah. Istri ku tetap disini menemani ku. Aku tau ia begitu khawatir. Tapi ia selalu menunjukkan dan meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.

"Maaf, aku ingkar janji sama kamu,"

"Kamu ngga ingkar janji. Janji mu masih aku tunggu. Sekarang sehat dulu ya? Jangan sampai anak-anak khawatir sama bundanya," ia membelai pipi ku dengan sangat lembut.

"Kapan aku bisa memeluk mu lagi?" Tanya ku sambil sedikit menaikkan posisi.

"Eh, kamu ngapain. Udah tiduran aja. Nanti lama sembuhnya sayang,"

"Baiklah, tapi kapan aku bisa peluk. Aku kangen meluk kamu,"

"Sabar ya, nanti kalau sudah waktunya pasti bisa. Yang penting kamu nurut apa kata dokter sama aku. Oke?"

Aku hanya tersenyum ke arahnya. Ia benar-benar bisa menenangkan hatiku. Tapi itu membuatku merasa bersalah. Aku mengecewakan dia. Kepercayaannya lambat laun akan pudar. Maafkan aku yang tidak bisa membuatmu bahagia. Maafkan aku yang pernah membuat mu menyesal karena menikah dengan ku. Maafkan aku yang selalu meninggalkan kewajibanku sebagai kepala keluarga. Maafkan aku yang telah lalai. Banyak maaf yang ingin aku sampaikan padamu. Tapi wajahmu menunjukkan bahwa yang ia butuhkan bukan hanya maaf.

"Jangan banyak pikiran, nanti sembuhnya lama,"

"Apa-apa salah deh. Terus yang bener gimana?"

"Yang bener itu kaya gini," ia beranjak dari kursinya dan mendekati wajahku. Ia menyentuh pipiku pelan. Lalu menempelkan bibir manisnya dengan bibirku. Aku menikmati setiap sentuhan yang diberikan. Aku sedikit membalas dengan kekuatan sebisaku. Tangannya turun ke leherku. Aku berusaha membalasnya. Untungnya tangan kananku baik-baik saja. Tangan nakal ku memegangi pinggangnya. Hingga permainan kita dihentikan dengan bel ruangan.

Dokter muda memasuki ruanganku. Ia memeriksa keadaan ku.

"Keadaan sudah cukup baik. Ibu bisa pulang setelah menjalani rawat inap selama 3 Minggu. Untuk perkembangan pasca operasi akan kami kabarkan setiap pagi. Saya permisi dulu, selamat malam," dokter itu menutup pintunya. Aku tidak tau harus lega atau kecewa. Karena 3 Minggu waktu yang cukup lama. Tapi setelah itu aku bisa memeluk istri kesayanganku.

"Dasar mesum, dirumah sakit itu untuk istirahat bukan ciuman," istriku menunjukkan roll eyesnya lalu duduk sambil melipat tangan. Ia begitu khawatir jika dokternya lupa memencet bel dan melihat kami berciuman mesra.

"Yang mulai duluan kan bukan aku,"

"Tapi kamu juga Nerima, jadi kamu ikut salah,"

Haha, lucu sekali. Tingkahnya selalu menggemaskan jika kita hanya berdua. Tapi bisa sangat nakal. Aku bahkan sampai heran dengan mood swing nya itu. Tapi disamping itu, aku benar-benar mencintainya. Selalu.

-TBC-

usrelio


Tutorial = Cara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang