Fanfic-!
.
..
...Akhirnya setelah sekian lama, aku kembali mengenakan setelan jas kerja ku. Sudah saatnya Shandira kembali menjadi orang sibuk yang fokusnya hanya pada perkembangan perusahaan nya. Seharusnya aku tidak bekerja hari ini. Tetapi Adel memutuskan untuk cuti karena mengajak salah satu pegawai ku untuk pergi berlibur. Karena aku masih memiliki trauma, aku di antar oleh supir kepercayaan ku.
"Hati-hati ya sayang, kalau sudah sampai telepon aku ya? Nanti jam makan siang aku ke kantor," istri ku merapihkan kerah kemeja ku lalu berjinjit untuk mencium pipi ku.
"Iya. Nanti kamu kalau sudah sampai studio kabarin ya? Jangan buat aku khawatir."
Setelah berpamitan aku langsung masuk ke mobil dan meninggalkan rumah. Aku membuka hp untuk mengabari anak-anak ku yang sudah sampai sekolah lebih dulu. Lalu aku mematikan handphone dan berbicara kepada supir ku.
"Anton, sekarang ada berita apa aja di sekitar rumah?"
"Sekarang sih banyak maling aja Bu. Kemarin denger² ada yang vespa nya diambil."
"Ooo, terus kamu mau nikah kapan? Biar saya kasih cuti nih," tanya ku sambil sedikit tertawa.
"Waduh Bu, calon aja belum ada. Kalo ada mah saya nikahin sekarang juga," ucapnya lalu tertawa.
Aku pun ikut tertawa. Tidak lama setelah obrolan singkat itu, aku sampai di depan pintu masuk perusahaan ku. Dari depan tampaknya masih sama. Security nya pun masih menampakkan wajah garangnya.
Aku turun dari mobil dan berjalan memasuki kantor. Yang pertama kali ku lihat saat memasuk kantor adalah sekretaris ku, Jinan. Kami sudah berteman sejak SMP sampai sekarang.
"Heyy Bu bos, long time no see!" Jinan menghampiri ku lalu memasang senyuman yang lebar.
"Kamu udah 100% sembuh?"
"Belum, tapi Adel.." belum sempat melanjutkan jinan memotong kalimat ku.
"Oo yea, ur sister. Dia ambil cuti buat pergi sama Ashel."
Setelah itu kami pergi ke ruangan ku menggunakan lift. Banyak pegawai yang mengajak ku berbicara di dalam lift. Mereka semua tau kalau aku mengalami kecelakaan. Karena biasanya aku akan mengapel para pegawai pagi-pagi sekali. Tapi beberapa waktu lalu Adel yang mengerjakan tugas ku.
Aku masuk ke ruangan ku, sudah lama aku tidak menginjak lantai ini. Aku sangat merindukannya. Figura yang ada di ruangan ini tidak diganti. Aku kira Adel akan menggantinya menggunakan foto-foto dirinya sendiri.
Aku berjalan untuk duduk di kursi ku. Rasanya sangat nyaman. Meja ku pun sangat bersih dan rapih.
"Ada agenda apa hari ini?" Tanya ku sambil membetulkan posisi duduk.
"Sibuk pokoknya. Ga bakal kebagian waktu makan siang deh," Jinan menghampiri ku dan memberikan tab yang berisi jadwal kegiatan ku hari ini.
Tuhan.. hari pertama sudah lembur aja. Tidak apa, demi keluarga Natio apapun akan ku lakukan.
"Gabisa makan sama istri dong ini, jam 1 ada meeting.. sama.. Harlan?" Tidak percaya dengan yang ku lihat, aku zoom in layar itu. Dan ternyata benar.
"Itu kesalahan mu sendiri sih. But gapapa lah, nanti sama manager nya kok, ga langsung CEO."
Aku menghembuskan nafas lalu meletakkan tab di atas meja kerjaku. Aku berdiri dan berjalan ke arah lemari berkas. Aku mencari data dari perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan ku. Terdapat berkas dengan nama perusahaan "Harlan Group". Dan benar apa kata Adel. Shandira bodoh. Nasi telah menjadi bubur.
---
"Hei bangun. Dasar CEO pemalas." aku membuka mata ku dan melihat Jinan yang sedang berusaha membangunkan ku.
Oh astaga, aku ketiduran karena sangat mengantuk. Tadi malam aku sudah sibuk mengurus pekerjaan yang Adel berikan. Sampai-sampai aku hanya tertidur 2 jam.
Aku mengusap mata ku lalu mengambil handphone yang berada di dekat ku.
*6 missed call from Dewita*
Aku melotot melihat notifikasi panggilan tak terjawab. Ya ampun Shandira.. kau melanggar janji. Aku lupa mengabari istri ku. Tidur di luar deh malam ini.
Aku segera menelepon balik dan untungnya langsung di angkat.
"Halo sayang? Aku minta maaf. Aku lupa ngabarin. Ini juga baru bangun tidur karena ketiduran. Maaf ya," aku langsung membuka suara. Jinan yang berada di seberang ku menahan tawa melihat kepanikan ku.
"Ok, nice info. Dah sana lanjut kerja. Aku mau rekaman. Bye," Sisca mematikan teleponnya dan meninggalkan ku diam membeku.
Aku meletakkan handphone ku lalu memijat pelipis ku. "Tuhan.. aku lupa."
Jinan melepaskan tertawanya. Suaranya begitu nyaring memenuhi ruangan ku, "hahahah, dia sampe telepon aku loh. Dia ngomel-ngomel karena kamu ga ngabarin." Jinan mengusap matanya yang basah karena tertawa.
Aku hanya melihat ke arahnya yang sedang mengejekku. Salah ku juga kenapa tidak mengabari.
"Sudahlah, sebentar lagi kamu harus pergi meeting di luar kantor. Jadi bersiaplah, aku akan menunggu di luar."
Jinan meninggalkan ruangan ku. Lalu aku membuka handphone dan spam chat ke WhatsApp istri ku. Aku meminta maaf dan mengirim beberapa foto ku sedang bersiap menghadiri meeting. Ia tidak langsung merespon ku. Karena lelah mengetik, aku langsung merapikan pakaian dan menghampiri Jinan.
Meeting pertama berjalan sesuai rencana. Aku berhasil meyakinkan mereka untuk menandatangani beberapa kontrak. Walaupun selama meeting aku masih saja menunggu notifikasi dari Sisca yang tak kunjung datang.
Aku kembali ke kantor bersama Jinan. Ia menjelaskan agenda berikutnya dan memberitahu kontrak yang harus di tanda tangani. Aku tidak terlalu fokus mendengar ocehannya, aku hanya terima beres saja.
"Masih ada beberapa waktu untuk meeting dengan Harlan Group. Tapi kita ga bakal sempet kalau mengambil jam makan siang."
Aku teringat janji kalau Sisca akan ke kantor pada jam makan siang. Setelah kejadian tadi, tidak mungkin rasanya jika Sisca benar-benar datang ke kantor.
"Gimana kalau kamu yang gantiin aku. Aku ada agenda penting jam 1 siang. Boleh ya?? Please," aku memohon kepada Jinan. Sudah sangat sering aku memintanya untuk menggantikan kehadiran ku.
"Mending Adel aja yang jadi CEO. Dia ga pernah ngerepotin aku. Tapi kakaknya malah ngerepotin terus."
"Please. Sekali ini aja, kamu kan tau kalau Sisca udah ngambek gimana.."
Jinan memutar bola matanya dan mengiyakan permintaan ku. Mendengar jawabannya aku langsung menelepon supir ku untuk menjemput ku di kantor. Aku meninggalkan Jinan yang memasang muka masam.
Aku melihat mobil ku yang sudah terparkir di depan kantor. Anton yang melihat ku langsung membukakan pintu dan mempersilahkan ku masuk.
"Ke studio Sisca kerja ya."
Anton mengangguk lalu menginjak pedal. Studio tempat Sisca berada tidak begitu jauh dari kantorku. Tetapi perlu waktu yang lama karena macetnya jalanan. Aku memandangi keadaan jalanan sambil memikirkan keadaan Sisca.
---
Aku membuka pintu studio dan hal pertama yang aku lihat adalah Sisca sedang memeluk seorang.. lelaki?
"Sisca."
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Tutorial = Cara
RandomSurat rindu. Terimakasih sudah ikut andil dalam hidupku. Terimakasih karena bisa memahami ku dalam keadaan apapun. Terimakasih sudah membuatku merasa sempurna. Maaf jika aku belum mampu menjadikan kamu satu-satunya dalam hidupku. Maaf jika yang aku...