5

257 34 0
                                    

5. Kenyataan

Karena segala sesuatu yang terjadi, merupakan keputusan paling baik untuk kamu yang ditentukan oleh Tuhan. Bahkan jika kamu sendiri tidak menyukainya.

Laura memandang ke arah lapangan dari balik jendela kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laura memandang ke arah lapangan dari balik jendela kelas. Kelas masih sepi, dan suasana kelas ini sangat amat asing di penglihatannya. Meskipun waktu itu dirinya juga sempat mampir ke Adyatma bersama Naura, tetap saja, dia butuh waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan baru.

Suasana kelas yang terasa sepi membuatnya mengantuk. Naura membangunkannya terlalu pagi. Gadis itu bilang dia tidak ingin terlalu menjadi perhatian saat bertemu dengan murid-murid di Braja dan membutuhkan waktu untuk memulai kembali aktingnya.

Laura sih iya-iya saja. Dia sejujurnya juga malas jika harus memulai hidupnya di SMA Adyatma ini. Laura menghela nafasnya pelan lalu menelungkup kan kepalanya diatas lipatan tangannya.

Laura memejamkan mata dan berniat untuk tidur sebentar sampai bel masuk berbunyi nanti.

Kapan dirinya bisa kembali ke tubuhnya sendiri ya?

°°°

Naura berjalan mengendap-endap saat melewati koridor. Dia tentu tau jalan menuju kelas Laura yang sekarang juga akan menjadi kelasnya. Walaupun sudah menjelajah Braja bersama Laura hari itu, Naura merasa bisa saja dia tersasar di STM Braja yang luas dengan koridor yang berliku-liku seperti ini.

Naura menghentikan langkahnya yang seperti maling tadi saat sudah sampai di depan kelas.

"Akhirnya.."

"LAURAAA."

Saat dia baru saja akan bernapas lega, tiba-tiba saja ada seseorang yang memanggilnya membuat dia terlonjak kaget.

Naura tetap berada di posisinya tanpa mau menoleh pada orang yang memanggilnya itu. Dia memejamkan matanya kesal. Padahal, dia meminta Laura agar datang pagi supaya dia bisa mempersiapkan dirinya dulu sebelum berakting menjadi Laura lagi. Tetapi bahkan, sepagi ini sudah ada yang menyapanya.

"Lau! Anjir lo! Kenapa lo ga ngabarin gue sama sekali sih?!"

Naura akhirnya menoleh dengan cengiran tak berdosa. "Kenapa? Lo khawatir ya?" tanyanya sambil menaik-turunkan alisnya menggoda.

Naura ketar-ketir dengan aktingnya ini, terlebih melihat reaksi siswi didepannya yang memicing aneh.

"Pake nanya lagi lo! Dasar ya! Udah nomor gabisa dihubungin, ga ngasih kabar sama sekali lagi. Lo kira gue peramal yang bisa ngeramal kondisi lo apa?"

Garis TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang