30

115 17 19
                                    

30. Si Pembenci itu Jatuh Cinta

Saya dipeluk oleh Dewa Kematian, dan kini saya sedang menunggu untuk dipenggal. Tapi, sampai sekarang si Dewa Kematian itu belum juga memenggal kepala saya. Sampai-sampai saya berpikir; "apa mungkin Dewa Kematian jatuh cinta?"

 Sampai-sampai saya berpikir; "apa mungkin Dewa Kematian jatuh cinta?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Naura bilang kalau akhirnya Areska tau mengenai mereka, dan, Naura bilang kalau Areska tidak marah dan mereka akan mencoba untuk melakukan pendekatan dengan tidak membawa nama Laura.

Artinya, akhirnya Naura mendapatkan lampu hijau, Naura bisa melakukan pendekatan atas namanya sendiri. Tidak menutup kemungkinan mereka akan benar-benar jadian di masa depan nanti.

Tapi, andai Naura tidak menceritakan tentang itu, mungkin sekarang Laura masih akan tetap menjunjung tinggi akal sehatnya. Tidak seperti sekarang yang malah mengharapkan hal yang sama terjadi pada dirinya dan Ajinata.

Apa mungkin Ajinata bisa memberikan reaksi yang sama jika laki-laki itu tau kalau selama ini dia adalah Laura bukan Naura?

Laura mengabaikan reaksi tidak percaya Shafira setelah mendengarkan ceritanya tadi. Shafira yang datang untuk mengunjungi Laura yang tengah duduk di ranjang UKS itu kini menatap dengan serius.

"Gue gak dukung lo buat ngaku ke Ajinata, Lau," ucap Shafira dengan tegas.

"Kenapa?" tanyanya penasaran.

"Karena posisi lo sama Naura tuh beda," jawab Shafira.

Laura memberi tatapan tidak mengerti, membuat Shafira melanjutkan penjelasannya.

"Posisi kalian beda. Areska bisa ngasih reaksi seperti itu ke Naura ya karena selama ini Areska gak melihat lo sebagai sosok yang dia cintai, Areska menganggap lo sebagai adiknya. Sedangkan dari semua cerita lo, kita bisa tarik satu kepastian, Ajinata melihat Naura sebagai seseorang yang dia suka, dan itu udah terjadi sejak lama. Lo pikir apa mungkin Ajinata bisa kasih reaksi yang sama kayak reaksi yang Areska kasih?"

Laura termenung setelah mendengar penjelasan panjang dari Shafira. Ya, ucapan Shafira memang terdengar jauh lebih masuk akal dari segala pemikirannya tentang kemungkinan Ajinata akan menerimanya seperti Areska menerima Naura.

Tapi, rasanya Laura mau jadi manusia yang denial saat ini. Apa dirinya memang tidak bisa mengaku pada Ajinata saja? 

Shafira sebetulnya tidak tega melihat bagaimana Laura berpikir dengan sangat keras saat ini. Shafira bahagia karena Naura bahagia, dan Shafira jelas tidak mau Laura merasakan sakit hati jika kemungkinan Ajinata menerima gadis itu tidak terjadi nanti.

Sedangkan Laura kini bertambah pening. Rasa-rasanya, obat yang baru saja dia minum tidak bereaksi apa-apa selain membuatnya mengantuk. Rasa pusing dari hasil pemikirannya tentang Ajinata kini bercampur dengan rasa pusing dari sisa-sisa alergi kemarin.

Garis TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang