(3)

340 69 11
                                    

Wild.

Gambaran pertama yang hyunjin rasakan setelah menginjakkan kakinya di kota paris.

Sangat sangat jauh berbeda dengan apa yang hyunjin bayangkan sebelum dirinya menginjakkan kaki di sini.

Ingin kembali pulang ke korea, tapi situasi tak memungkinkan untuk muncul sekarang.

"Aw!" Hyunjin menunduk dengan tangan bertopang di meja rias, tatap betapa rusaknya muka yang membengkak akibat perkelahian tak terduga beberapa waktu lalu.

Hyunjin tak masalah dengan berkelahi, mengingat ia pun jago dalam hal itu. Tapi masalah nya adalah, ia tak terima akan alasan di pukuli tanpa tau salahnya dimana bahkan terlibat dengan masalah orang lain pula.

Jika di ingat kembali, berandal kecil itu bernyali juga sampai membuat para preman mengejar dan beberapa kali mengatakan akan membunuh jika dapat di tangkap.

Hyunjin menyentuh tepian bibir yang terluka akibat pukulan salah satu preman yang tadinya ia tumbangkan, darah yang mengering ia bersihkan meskipun dengan rintihan rintihan kecil mengiringi kegiatan itu.

Hyunjin terdiam sesaat, lama tatap pantulan wajah sendiri di dalam cermin rias sebesar ukuran buku bendahara ketika ia menginjak bangku SMA dulu.

Fokusnya teralih tatkala mendengar ketukan pintu beberapa kali dari arah pintu rumah yang telah ia beli sejak satu minggu sebelum memutuskan pindah ke paris.

Kakinya melangkah dekati sumber suara, membuka pintu setelah mengecek lewat kontrol pintu siapakah yang bertamu di rumahnya. Hyunjin cukup yakin bahwa dirinya tidak memiliki kenalan di kota ini.

"Selamat sore".

****

Di tempat lain.

Felix duduk bersama teman-teman nya. Sesuai dengan janji tadi sore, mereka bertemu kembali jam tujuh malam.

Minum-minuman keras seperti biasa, sambil makan pizza dan snack yang telah tersedia. beberapa bermain kartu dan ada juga yang sibuk dengan kegiatan lainnya.

Sedangkan felix hanya duduk tak bersemangat di sofa paling pojok tempat nongkrong mereka ini. bayangan kejadian tadi sore masih saja menghantui pikirannya.

Meskipun ia seorang pencopet dan tidak termasuk kedalam definisi lelaki baik budi pekerti, felix tak suka membuat orang lain kesusahan karena nya dalam konteks yang tak berhubungan dengan uang.

"Kenapa lix? Diam terus dari tadi"

Seorang teman mengambil posisi duduk di sebelah felix, menyerahkan segelas miras untuk felix minum.

"Malam ini gue nggak minum, buat lo aja" tolak felix dengan tepukan halus di pundak temannya itu kemudian berdiri dan berjalan menjauh menuju sebuah pembatas setinggi dada orang dewasa dan berdiri disana sambil melihat indahnya lampu kekuningan milik menara eifel pada malam hari dari kejauhan.

Sebatang rokok ia keluarkan lagi, seolah de ja vu, felix kembali tak memiliki korek.

Felix berdecik. Pikiran nya terusik parah. Felix menuju tempat dimana ia duduk tadi kemudian menyambar kunci motor miliknya. "Gue cabut" ujar felix setelah berpamitan singkat pada semua teman disana. 

Kakinya menguntai tapaki aspal-aspal kumuh dengan hentakan senada, naik diatas kuda hitam kesayangan kemudian melaju pecahkan kota paris dimalam hari.

Gema kenalpot terdengar bahkan dari jarak jauh, ia melaju tanpa melihat berapa jarak tempuh yang kini dirinya capai.

Beberapa saat kemudian ia sampai di tempat dimana dirinya bertemu seseorang yang sedari tadi mengusik pikiran nya.

Ia duduk di atas motor seharga apartemen miliknya, menunggu cukup lama dengan harapan orang itu akan melewati jalan ini dan mereka dapat bertemu kembali seperti takdir dalam drama-drama romansa kebanyakan.

Satu jam, dua jam, bahkan sekarang sudah memasuki jam sebelas malam, felix masih setia disana untuk menunggu.

Namun yang di tunggu tak kunjung menampakkan diri. Karena merasa lelah, dengan rasa putus harapan, ia memutuskan untuk pulang kerumahnya saja.

Hari demi hari berlalu, aktifitas felix masih seperti biasanya. Perlahan ingatan tentang orang itu pun terlupakan.

Dia masih dengan kegiatan yang sama, mencuri dompet orang-orang yang berhasil ia tipu daya di siang hari, dan bersenang-senang di malam setelahnya.

Satu botol beer felix angkat kemudian diikuti botol-botol lainnya yang di angkat oleh teman-temannya. "Cheers" ujar semua orang kompak kemudian meneguk minuman perisa anggur itu sampai hampir habis.

Felix pusing, ia bukanlah seorang yang tahan dengan kadar alkohol, disaat teman lainnya sibuk minum dan bermain, felix memilih duduk di sofa kemudian tidur disana.

Tak ingat lagi dengan apa yang terjadi, pagi nya felix bangun dan ia sudah berada di rumah utama keluarga nya.

"sudah bangun?"

Felix mengucek mata yang masih buram dan pening sisa semalam, berusaha sesuaikan mata dengan cahaya matahari yang masuk kedalam kamar ini.

Setelah ia sadar, felix menelisik, bajunya telah berganti dengan piyama berwarna biru navy, tak ada lagi bau alkohol menyengat apalagi tempat tongkrongan kumuh yang jadi pemandangan biasa baginya.

Ditambah dengan suara pertama yang ia dengar beberapa detik yang lalu. Asing, suara orang baru.

"lo?".

"Gue hyunjin, orang yang di bayar dengan gaji tinggi sama orang tua lo buat jadi bodyguard baru lo mulai hari ini".















Tbc

Antara aku-kamu dan paris ! || hyunlix.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang