Hyunjin bercermin di kaca kamarnya, perkelahian tadi siang bersama tiga orang asing yang mengejar pencopet itu berhasil meninggalkan bekas lebam di beberapa sudut wajahnya.
Sekalipun perkelahian itu berhasil ia menangkan tapi tetap saja, wajahnya sedikit bonyok.
Dengan sabar, hyunjin membersihkan wajahnya, mengobati sedikit luka dengan hati-hati karna ia tau rasanya akan sedikit perih.
Fokus dengan kegiatan itu kemudian teralih saat ketukan pintu terdengar dari pintu tempat tinggalnya.
Hyunjin meletakkan anti septik di laci dan pergi ke arah pintu.
Saat pintu di buka, hyunjin tak tau harus berekspresi seperti apa. Di depannya berdiri empat orang asing
Tiga di antara nya adalah orang yang tadi berkelahi dengan dirinya.
Wajah ketiga orang itu lebih parah dari pada wajah hyunjin.
Sedangkan satu orang lagi, adalah lelaki paruh baya, berpakaian rapi, lengkap dengan pentofel dilapisi kulit buaya asli di kedua kakinya.
Lelaki itu terlihat sangat mahal walaupun ditangan kiri memegang sepuntung rokok.
"Bisa kita berbicara sebentar Mr. Em........"
"-hyunjin" sambung hyunjin saat lelaki paruh baya itu berusaha berkenalan dengan nya.
mendengar hyunjin yang merespon dirinya, lelaki paruh baya tersenyum ramah tanda sebagai ia menyukai sikap hyunjin.
"Boleh saya masuk? Tidak etis rasanya berbicara di depan pintu"
setelahnya lelaki maskulin berwajah tampan itu masuk sebelum hyunjin mempersilahkan. Ia melihat rumah yang hyunjin sewa, tidak kecil tidak juga besar, cukup untuk hidup seorang diri.
Di sudut ruangan terdapat satu sofa berwarna merah gelap dengan meja bundar di depannya, di atas meja itu terdapat sebilah belati yang masih didalam sarung.
Dia mendekat ke arah sana, mengambil belati dan membuka sarungnya.
"Apa kau juga menyukai benda tajam? Belati seperti ini sangat banyak di kediaman saya, tentu harganya sepuluh kali lipat dari yang kau punya anak muda".
Hyunjin ikut melangkah mendekati sang tamu, sedangkan tiga orang lagi tetap berdiri di posisi semula.
"Itu pemberian mendiang papa ku" ujar hyunjin kemudian mengambil alih belati di tangan tamu tak di undangnya.
"baik. Saya minta maaf sudah menyentuh sembarangan, tidak heran belati keluaran tahun delapan puluhan masih tersimpan dan terjaga, ternyata memang barang yang berharga untuk mu."
Lelaki paruh baya itu mendudukkan diri di sofa hyunjin, sedangkan hyunjin berdiri menghadap lelaki itu.
"Jadi bisa di jelaskan maksud kedatangan anda di kediaman saya ? Jika di lihat dari ketiga orang itu, aku yakin kamu pasti boss mereka"
"Hahaha, kau sangat cerdas. Selain jago berkelahi kau juga cepat menangkap situasi, insting ku memang tidak pernah salah jika sudah menyukai seseorang."
Lelaki itu tertawa, hyunjin tertegun, hanya dengan tertawa saja tetapi rasanya sudah sangat mendominasi dirinya.
Kemudian lelaki itu mengeluarkan dompet hyunjin, lengkap dengan nominal uang yang dua kali lipat lebih besar dari pada yang seharusnya ada di dalam dompet itu.
Hyunjin menerimanya, meskipun agak ragu jika lelaki ini memiliki maksud lain, tetapi ia memang tengah membutuhkan uang.
Pasca kabur dari Korea, ia hanya membawa tabungan yang sedikit. Hanya cukup untuk menyewa tempat tinggal yang kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara aku-kamu dan paris ! || hyunlix.
Fanfictionniat mengawali kisah penuh problematika dengan merubah identitas dari seorang terkenal menjadi rakyat biasa di sebuah negara roman picisan. memilih negara itu karena terkontaminasi dengan racun sebuah kalimat romantis, seketika merubah cara pandang...